9. Bakso Ghaib

8.3K 564 5
                                    

"Tidak sekarang, mungkin nanti."

-Nafisya Shaquella A.

🍀🍀🍀

ANGIN sepoi-sepoi, duapoi adakah? Ah, aku tak peduli. Yang pasti ciptaan Allah yang tak terlihat tapi bisa dirasakan dan dinikmati itu membuat gerakan-gerakan lucu dedaunan yang ada di ranting-rantingnya. Seakan-akan mereka melambai padaku. Hanya senyum dan bersyukur. Sejuk rasanya, ketika jam sebelas siang dengan suasana seperti ini. Langit yang biru dipenuhi kumulus, satu dua ekor burung yang terlihat kecil, Ia mengepakkan sayapnya menambah nuansa kehidupan dilangit. Dan menurutku menjadi dekorasi yang indah.

M

entari yang sangat bersahabat ini menggerakkan kakiku untuk mengunjungi perpustakaan. Billa memandang hidmat rak-rak yang ada diruangan bercat hijau itu. Penuh buku yang berjejer rapih disana. Entah buku berjudul apa yang ia cari. Mondar-mandir kesana kemari tak kunjung ia temui. Aku lebih memilih duduk sambil mengambil asal satu buku untuk kubaca sambil menunggu Billa menemukan buku yang ia inginkan.

Aku duduk dan mulai membuka buku bersampul merah muda yang sudah ku dapat sebelumnya dari Zuhra, temanku satu kelas. Karena menurutku buku berjudul Assalamu'alaikum Calon Imam, dari Teh madani_ lebih menginspirasi. Daripada novel bucin yang tidak ada unsur spiritualnya sama sekali.

Billa kemudian duduk disebelahku. Ia menemukan sebuah buku dari Sujiwo Tejo. Awalnya di ruangan itu hanya ada aku dan Billa, di tambah Mbak Hani, sebagai penjaga perpustakaan sekolah. Lambat laun penghuni ruangan itu bertambah. Saking banyaknya minat baca di sekolah kami. Setiap harinya perpustakaan bisa dikunjungi kurang lebih lima puluh hingga enam puluh siswa secara bergantian. Tak hanya siswa putri, bahkan siswa laki-laki pun banyak yang memiliki jiwa literasi yang tinggi.

Tapi tetap ada yang disayangkan. Seyogyanya di dalam perpustakaan harus tetap tenang. Tapi, saking banyaknya orang yang berbisik di tempat itu menciptakan keriuhan. Rasa tak nyaman pun mulai bermunculan membuatku mengajak Billa untuk keluar dan lebih duduk di bangku taman.

"Aduh, Sya, aku kebelet ni...titip bentar ya, aku ke toilet dulu..." Billa berlari begitu saja tanpa menunggu jawaban dariku setelag ia meletakkan bukunya di sebelahku secara asal-asalan. Alhasil aku ditinggal sendiri dibangku itu. Entah akan lama atau tidak Billa berada di toilet. Jujur, aku tidak suka sendiri.

Lalu lalang beberapa siswa tidak kuhiraukan, aku sudah terhipnotis oleh tulisan dari Teh Ima. Begitulah aku menyebut penulis buku Assalamu'alaikum Calon Imam. Yang belum baca, bukunya bisa dibeli dulu.

Tiba-tiba suara berat itu menyadarkanku dari hipnotis Teh Ima. Pria itu tidak mengucap salam melainkan menjawab salam. Aku terperanjat kaget dan mengerling. Ini bercanda yang tidak lucu sama sekali. Tapi kenapa aku ingin tertawa. Mungkinkah pria itu salah mengucapkannya?

Aku mengerling.

"Kenapa? Kok sendiri?" Tanyanya.

"Ada.. " sahut Billa yang tiba-tiba muncul dari balik tumbuhan pucuk merah yang ada di sebelah kananku. Sebesar apa pohonnya? Sebesar cintaku pada-Mu, Ya Rabb.

"Eh...Pak..." Aku menampakkan barisan gigi dengan tersenyum kikuk.

Bliau tersenyum sambil berusaha menautkan kedua alisnya memandangku. Pak Alfan seakan tahu aku sedang memikirkan...kenapa Pak Alfan tidak mengucap salam melainkan menjawab salam. Aku tidak merasa mengucap Assalamu'alaikum kepadanya sama sekali.

Sakinah Bersamamu [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang