36. Where're You?

6K 370 4
                                    

-no quote

🍀🍀🍀

LANGIT yang tampak menghitam menimbulkan suasana mencekam. Ditambah suara gemuruh halilintar menjadi pengiring ujian praktek kami.Tak kalah dengan suara perut yang sejak tadi pagi belum juga terisi makanan. Aku hanya menghabiskan satu botol air mineral untuk menetralkan diri yang dibuat tak menentu oleh sang penguji sebelumnya.

"Fisya, boleh pinjem juz amma kamu nggak?" Pinta Yuli padaku.

"Boleh, nanti balikin ya!"

"Iya, makasih..."

Kami berjalan beriringan menuju ruangan kedua untuk melaksanakan ujian praktek yang berikutnya. Kali ini lebih santai. Karena sang penguji adalah guru yang sudah lumayan dekat denganku, beliau adalah Bu Nina. Kami sudah akrab sejak lama, sudah seperti kakak dan adik. Entah, selama setengah tahun ini aku jadi lebih akrab dan lebih dekat dengan guru agama islam. Yah, semoga ilmu mereka menular kepadaku, ya....aamiin.

Giliranku tiba. Bu Nina memberikan intruksi. "Baca doa-doa harian sebanyak lima belas doa saja,"

Aku mulai membacanya. Sebenarnya aku ingin memberi lebih dari itu, tapi apalah daya, waktu tidak boleh diulur-ulur. Kurang lebih lima menit, aku selesai dan kembali ke kursi.

Kebosanan melanda kami yang sudah mendapat giliran. Hari itu terasa panas sekali meski diluar mendung, tapi sepertinya gerimis mulai membasahi lapangan basket berwarna oranye dan hijau itu.

"Eh, ituanku kemana, ya?" Tanyaku yang entah pada siapa. Berharap ada yang menjawab.

"Ituan ituan....apaan?" Sahut Fahri tiba-tiba.

"Ituan loh, Ri," jariku membentuk bujur sangkar, "ijooo...."

"Ada sama Pak Alfan..." celetuknya. Seketika aku bungkam. Sama halnya dengan Billa dan Esti, ikut membungkam. Lain dengan Nisa yang malah menambah embel-embel cie. Dasar mak comblang....

Apa-apaan?

"Kok bisa ada di dia?" Tanyaku untuk menetralkan suasana yang tiba-tiba berubah itu. Fahri memang dekat dengan Pak Alfan. Wajahnya aja senyum-senyum jahil seperti itu. Jangan-jangan ia hanya ingin mengerjaiku. Aku tidak yakin awalnya....tapi..

"Juz amma kecil itu, kan Sya? Ijo warnanya," tanya Fahri meyakinkanku bahwa benda itu memang ada pada Pak Alfan.

"Iya...itu punyaku, kamu serius dibawa Pak Alfan, perasaan tadi ada sama Yuli," aku mengingat-ingat lagi.

"Serius...aku nggak bohonh...ada di Pak Alfan, tadi aku liaaat," Fahri kembali meyakinnya. Aku semakin kesal pada kejadian hari itu tepat hari pertama aku melaksanakan ujian praktik.

Aku beranjak keluar ruangan untuk memastikan apa benar juz ammaku dibawa Pak Alfan atau tidak. Jika iya aku akan mengambilnya sekarang. Tapi aku tidak cukup nyali untuk menghampirinya yang sedang menguji di ruang sebelah. Luluh seketika saat mendengarnya melantunkan beberapa ayat Al Qur'an. Aku membalikkan badan kemudian kembali ke ruangan.

"Darimana, Sya?"

"Nggak dari mana-mana," aku menjatuhkan pantatku dibangku sebelah Billa. Jika aku berkata yang sejujurnya aku lakukan pasti mereka akan meledekku.

Sakinah Bersamamu [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang