Thanks full to Allah.
🍀🍀🍀
INI kali kedua tubuhku terbaring di ranjang rumah sakit, tanganku di infus, tapi kejadian ini berbeda walau sama-sama tragedi berdarah. Ini lebih menyakitkan. Bagaimana tidak? Calon bayi kami diambil lagi sama Allah. Tapi ini semua mungkin ada baiknya. Tetap saja ini semua salahku. Aku tidak berhenti menangis saat tahu apa yang terjadi denganku dan calon bayiku.
"Semua salah Fisya..." kataku. Aku duduk melamun di ranjang dan membuat Mas Alfan mendekatiku setelah ia mengecek ponselnya yang ada di meja.
"Tidak...jika memang Allah berkehendak seperti ini, ikhlas Sya...bukan salah kamu," katanya sambil menggenggam tanganku.
"Tapi Fisya nggak nurut Mas...itu juga salah satu penyebabnya....."
"Sssstt....nggak perlu nyalahin diri sendiri...berdoa saja sama Allah, Allah akan kasih apa pun yang di minta hambaNya...kamu percaya, kan?" aku mengangguk.
"Dan Allah tidak akan kasih permintaan hambaNya itu kalau hanya akan menimbulkan mudzarat, paham kan, sayang?" Aku kembali mengangguk.
"Maafin Fisya ya, Mas...," kataku kemudian memeluk pinggangnya.
"Iya...sekarang makan siang dulu, biar cepet sembuh, cepet pulang....." katanya. Seketika aku melepaskan pelukan kemudian Mas Alfan mengambilkanku makan siang yang baru saja di antarkan oleh perawat.
Kejadian kedua yang membuat Mas Alfan tidak pergi mengajar. Dan ini membuatku merasa bersalah lagi. Selain pada Mas Alfan juga pada anak didik Mas Alfan. Siapa tahu ada yang menanti kedatangannya. Seperti aku dulu.
Dulu pernah Mas Alfan tidak datang mengajar. Meski aku dengannya hanya sebatas guru dan murid, tapi kami sudah dekat karena memang keluarga juga sudah dekat. Cemas rasanya menunggu. Dan setelah tahu bahwa ia sakit hari itu, rasanya aku ingin menangis.
"Aaaaa...." ternyata Mas Alfan menyuapiku. Oh Allah, terima kasih Kau hadirkan dia dalam hidupku. Selalu sabar menghadapi Nafisya yang kenak-kanakan ini.
Satu suap berhasil mendarat ke mulutku membuat Mas Alfan tersenyum. Aku pun ikut tersenyum.
"Mas, sudah makan siang?" tanyaku.
"Nanti saja...yang penting kamu dulu," katanya sambil mengaduk-aduk bubur putih yang ada di mangkuk yang dibawanya sebagai menu makan siangku di rumah sakit.
"Barengan sama Fisya aja Mas.. kan biasanya kita berdua makannya, ini Fisya sendiri...."
"Hmm...tapi Mas harus beli nasinya di kantin dulu..."
"Nggak usah, itu aja di makan," kataku menunjuk bubur yang ada ditangannya.
"Loh ini kan makan siang kamu, nggak ah...nanti kamu nggak kenyang nggak bisa tidur," katanya terkekeh.
"Itu kebanyakan buat Fisya..,"kataku lalu aku mengambil sendok yang ada di mangkuk itu kemudian mendekatkan sesuap bubur di mulutnya yang masih bungkam.
"Aaaaaaa...."
Ia menggelengkan kepalanya pelan setelah melirik sebentar sesuap bubur itu. Pura-pura saja aku marah, menekuk wajahku dan tiba-tiba mulutnya terbuka. Uwuuuw.... romantis gara-gara bubur.Dan akhirnya kami makan siang berdua lagi meski di tempat berbeda dengan satu mangkuk bubur putih untuk berdua.
🍀🍀🍀
Setelah sekitar empat hari aku dirawat di rumah sakit, kini aku sudah berada di rumah dan pulang sekitar satu minggu yang lalu. Dan kami harus melakukan aktifitas seperti biasa. Meski aku harus pelan-pelan melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakinah Bersamamu [SELESAI]
Romance⚠A W A S⚠ BAPER. Ini hanya kehidupan sehari-hari Nafisya. "Jikalau tidak bersamamu, apa aku bisa mewujudkan kata sakinah seperti ini?" -Alfan Putra Rahmawan- Note : Chapter masih lengkap Rank#1 Nafisya (2019,2020,2021) Rank#2 Alfan (2019,2020) Ra...