-no quote-
🍀🍀🍀
Kriiingg......
ALARM jam bekerku berdering. Tidurku terusik. Bukannya malah bangun, aku malam menarik selimutku lagi setelah mematikan alarm.
Mohon jangan ditiru, itu tidak baik.
Lima belas menit kira-kira setelah aku kembali terlelap, adzan subuh sudah berkumandang. Entah kenapa, hari itu aku terasa malas sekali. Lesu. Tak bersemangat seperti biasanya.
Aku tahu badanku lelah, tapi biasanya memang begitu, bukan?Berangkat pagi pulang sore berangkat pagi lagi. Dan sudah menjadi rutinitas hari-hariku.Tapi ternyata hatiku juga ikut lelah. Karena apa aku pun tak tahu.
Aku mengerjap-kerjapkan mataku. Masih perih, silau ketika lampu kamar kunyalakan. Sejenak aku duduk. Mengingat mimpi apa aku semalam.
Ah...dua menit berlalu aku belum juga menemukan apa mimpiku. Langsung saja aku menuju kamar mandi mengambil air wudhu sebelum masjid setempat mengumandangkan iqamah.
Hampir lupa. Bahkan pagi itu juga aku baru menjadwal mapel sekolah. Entah ada tugas atau tidak. Semalam aku tidak belajar, atau sekedar membuka buku saja.
Badmood.
Karena apa? Lagi-lagi aku tidak tahu penyebab yang sesungguhnya. Baiklah.... aku menyeret kakiku dengan berat untuk mandi, bersolek...hanya sedikit, sarapan dan meluncur ke sekolah, tempat dimana aku menghabiskan waktu sehari-hariku.
Insha Allah lillah. Ilmu wajib di gali bagi setiap umat Muslim, jangan malas, Sya.
Wajahku masih datar, tidak ada aura ceria pagi itu. Padahal Bunda memasak makanan kesukaanku pagi itu. Kuharap semua baik-baik saja hari ini.Badmoodku tidak menjadi halangan untuk aku belajar.
Dan benar...sesampai di sekolah setelah bertemu mereka yang mampu mengembalikan mood baikku. Mereka asalah sahabat yang insha Allah sehidup sesurga, Aamiin.
Sampai memasuki jam ke-6,Al Quran hadits. Uh, malasku kembali lagi. Kalian tahu kan, siapa yang mengampu? Kurasa itu adalah salah satu penyebabnya.
Baiklah, jangan terlihat malas Sya. Oke, bismillah.... kubuka buku tebal itu perlahan. Satu dua tiga, tidurlah aku di pojok. Kebetulan aku dan Billa sedang dapat bangku di pojok, dekat dinding. Nyamannya. Masha Allah....
Eit, aku tidak tidur. Hanya saja mengantuk, berat sekali mataku. Tapi untuk tidur pun kalau tidak di rumah aku tak bisa. Telingaku tetap mendengar apa yang sedang dijelaskan Pak Alfan di depan.
Entah apa yang beliau pikirkan melihatku lesu seperti ini.
"Sya, ayolah!"
Atau "Sya, semangat dong,"
Atau "Fisya, kenapa?"
Ya, wajahku masih datar-datar saja, tidak terlalu welcome menyambutnya masuk kelas, bahkan menjawab salamnya pun hampir tak ada suara, hanya gerakan bibir saja.Akankah memberiku power? Power rangers?
Tidak. Alih-alih berkata "semangat, Sya," lagi-lagi malah Billa yang diajak bicara. Hal seperti itu yang membuatku semakin tidak suka. Aku tidak cemburu, hanya saja kenapa ia bersikap seperti itu padaku. Sungguh menyebalkan.
Aku tetap diam dan melirik dengan malas mereka yang sedang berbincang-bincang di sampingku. Ya sudah, aku lebih baik pura-pura tidur saja. Hanya kali ini dan dengannya saja, tidak dengan guru yang lain.
Oops, tapi rupanya yang kusebut hatiku lelah, aku sedang terserang virus tidak percaya diri.
Ngaku aja, Syaaa.....
Seperti Dilan. Tahu kan readers? Yang tahu coba dong jawab di kolom komentar...
Waktu terus berjalan, hingga tiba waktu sholat dhuhur, kami selalu melaksanakannya dengan berjamaah.
Ya Allah, pak imam. Takbirnya yang khas membuatku langsung mengenali milik siapa suara itu tanpa melihat orangnya pun.
🍀🍀🍀
Yah....menjelang pelajaran usai mooddyku membaik. Siapa yang tidak sepertiku, sudah jam terakhir tandanya akan segera pulang. Dengan pulang kembali ke rumah dan segera bertemu kasur mampu menghasilkan hormon bahagia, lhoo...tidak percaya? Coba saja.
Sumringah.
Menunggu Ayah menjemputku adalah rutinitas setiap sore di sekolah. Kawan-kawanku sudah terlebih dulu pulang.
Tin..
Aduh, senyumnya itu lho, kelebihan sakarin. Tak lama dari itu mobil Ayah tiba, karena sudah menunjukkan pukul enam belas, dan Ayah selalu tepat waktu.
Wait? Kok cowo labil? Dua hari membuatku kusut, dan sore ini tiba-tiba senyum semanis itu sambil membunyikan klakson motornya. Aku semakin tak paham dengannya kalau begini jadinya.
Langkahku tidak lagi gontai seperti tadi pagi ketika akan berangkat sekolah. Kali ini aku menuju rumah, rindu kasur. Selain itu....he come back. Memangnya darimana? Rasanya seperti pergi jauh dan sore ini ia kembali.
Ah, humor deh.
Mana buktinya rindu kasur, malahan aku menjatuhkan tubuh lelahku ini di sofa depan. Itu namanya rindu sofa...
Tidak langsung mandi, iseng dulu lah buka-buka akun, scroll instagram, stalking instagram. Usut punya usut, aku yang jarang membuka laman pemberitahuan di instagram, tiba-tiba..... jreng-jreng.Ternyata ada kejutan.
alfanputra telah mengikuti anda
Kembang api dinyalakan daaaaan....
Ah, tidak. Tidak ada kembang api. Aku kegirangan. Ingat-ingatlah tadi pagi, Sya.Berjalan seperti makhluk tanpa tulang. Tahu-tahu dikasih kejutan sama pujaan hati,katanya. Tidak tahu kata siapa.
Jangan anggap itu tidak special, bagiku itu sangat istimewa. Pak Alfan tidak pernah melakukan itu. Tapi sepertinya aku adalah satu-satunya anak didik Pak Alfan yang di follow back.
Geer....
Sssst, aku bukan stalker profesional ya, hehe.
Bersambung...
🍀🍀🍀
Hallo readers, udah up nih, ada yang kangen sama Pak Alfan dan Fisya?
Hehe, maaf ya, kami lagi sibuk.
Jangan lupa vote ya, boleh komen-komen kok kalo kurang dapet feel nya atau kurang paham.
I love you
🍀🍀🍀
Jangan lupa mengaji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakinah Bersamamu [SELESAI]
Lãng mạn⚠A W A S⚠ BAPER. Ini hanya kehidupan sehari-hari Nafisya. "Jikalau tidak bersamamu, apa aku bisa mewujudkan kata sakinah seperti ini?" -Alfan Putra Rahmawan- Note : Chapter masih lengkap Rank#1 Nafisya (2019,2020,2021) Rank#2 Alfan (2019,2020) Ra...