Tujukan saja rindumu pada Rasulmu.
🍀🍀🍀
Seven days later...
BOSAN, ketika semua telah pergi dari sekitarku. Bukan karena benci denganku tapi mereka harus melakukan itu. Ayah harus bekerja, pun dengan Bunda, lalu Nailah? Ia masih harus melaksanakan ulangan akhir semester di minggu ini.
Sunyi. Telingaku seperti terdengar dengungan. Saking sepinya ruangan bernuansa putih itu, tepatnya adalah kamarku. Lalu aku harus apa agar tidak dilanda kebosanan seperti ini? Masak? Sudah tersaji dari nasi sampai makanan penutupnya. Mencuci? Ah, kurasa sudah hampir kering hasil cucianku pagi tadi.
Belajar, Sya!!
Oh tidak, aku tidak akan melakukan itu saat hari libur seperti ini. Jangan disangka aku malas, tapi aku memang malas belajar saat memiliki hari libur seperti ini.
Sepertinya aku harus pergi dari rumah dan harus merefresh otakku yang selama satu semester ini dijejali hard file yang sangat menguras ruangan. Tapi dengan siapa? Aku tidak mungkin pergi dengan sendirinya.
Bug
Sesuatu terjatuh dari rak. Sedetik berikutnya muncul seekor kucing berbulu putih, entah milik siapa itu. Karena aku tidak merasa memilikinya, aku membawa kucing itu ke luar. Lalu kupungut benda yang terjatuh tadi. Itu buku, bukan yang lain. Karena di rak itu hanya ada beberapa novel.
Sebenarnya aku ingin memelihara kucing, tapi apa daya ketika Bunda
sudah berkata"..jangan, Sy...biar disana saja!" Ya sudahlah, tidak ada yang perlu dimasalahkan. Toh, qku sekolah setiap hari full day, jika benar Bunda mengizinkanku memelihara kucing, lalu siapa yang akan mengurusnya?Kubuka novel bersampul cokelat itu dan langsung menuju pertengahan halaman. Aku sebenarnya dari awal sudah membaca novel itu, dan ini aku tinggal melanjutkannya.Tetiba saja terlintas wajahnya. Astaghfirullah...
Kucoba untuk menghilangkan dan tetal fokus membaca novel yang kini sudah mencapai halaman delapan puluh dua. Penulis sangat hebat mendeskripsikan tokohny. Ah, itu sangat mirip...
Kling
Satu notifikasi pesan via whatsapp masuk. Aku sengaja mendiamkannya sebelum aku selesai membaca novel pada bab ini.
Tante Gita :
Assalamu'alaikum, Sya.Nafisya SA:
Wa'alaikummussalam, tante.
√√readTante Gita:
Bunda, sudah pulang?Nafisya SA:
Belum, tante, mungkin bakda dzuhur bunda baru sampai rumah.
√√readTante Gita:
Oh, yasudah kalau begitu...tante telpon bunda kamu kok nggak aktif handphonnya,Nafisya SA:
Oh, iya tante, handphon bunda mati dari tadi pagi, dan tidak dibawa, masih di rumah. Ada apa tante, nanti kalau bunda sudah pulang Fisya sampaikan.
√√readTante Gita:
Tidak, nanti sore saja, insha Allah tente ke rumah.Nafisya SA:
Oh, baik tante, Fisya tunggu, hehe.
√√readKuletakkan lagi ponselku di atas nakas dan melanjutkkan membaca novel tanpa memikirkan ada apa Tante Gita ingin bertemu dengan Bunda. Yah, karena memang sudah biasanya begitu.
🍀🍀🍀
Tante Gita benar-benar datang ke rumah sore itu. Dengan tanpa siapa pun. Padahal aku berharap putra semata wayangnya akan mengantar ibunda tercintanya. Tapi tidak pada nyatanya. Aku ini kenapa kira-kira?
Setelah aku membuatkan teh hangat untuk Bunda, Ayah dan Tante Gita, aku sengaja langsung pergi ke kemar. Tanpa ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan di depan.
Rasanya aku ingin berkata aku rindu padanya, tapi apa daya ia tak datang kemari. Atau hanya sekedar menyampaikan rindu ini pada wanita yang telah melahirkan dan membesarkannya. Tapi tidak mungkin. Rasanya tidak masuk akal jika aku berkata rindu pada Tante Gita, padahal kemarin pagi saja baru bertemu, bahkan kami lebih sering bertemu.
Whatsapp? Tidak, aku tak kuasa melakukan itu.
Layar ponselku telah menampilkan laman chatting bertuliskan nama Alfan Putra di pojok kiri atas laman.
Mengetik...
Hapus.
Mengetik...
Hapus lagi.
Mengetik lagi.
Hapus lagi.
Begitulah yang aku lakukan terus menerus. Ah, ini tidak baik merindu kepada seseorang yang bukan mahram kita. Astaghfirullah...
Kuputuskan untuk mematikan ponselku. Akan lebih baik jika rindu ini tidak tertuju daripada harus merindu pada seseorang yang tidak halal untuk kita. Setuju tidak?
"Sya!! Turun sebentar, Nak...Tante Gita mau pamit," ucap Bunda dari balik pintu kamarku. Aku pun turun menemui Tante Gita yang ingin berpamitan karena waktu sudah semakin sore, sebentar lagi maghrib tiba.
"Tante pulang dulu ya sayang, besok main ke sini lagi,"
"Iya, Tante..." aku menyalami Tante Gita.
"Mau titip salam buat guru gantengmu nggak?" Tanya tante Gita. Yang lain terkekeh mendengar pertanyaan itu. Sementara aku terheran-heran. Seakan-akan Tante Gita tahu apa yang aku rasakan sekarang. I misa him...
"Lama nggak ketemu, loh,..." tambah Tante Gita.
"Baru juga seminggu lalu, Tant kesini..."
"Tapi masa kamu nggak kangen gitu...semunggu kan lama, Sya..." goda Tante Gita.
Mataku melirik Bunda dan Ayah bergantian, "emmm.... boleh?" Ayah dan Bunda tersenyum mendengar pertanyaanku.
"Boleeh dong," jawab Tante Gita."Ya sudah nanti Tante sampaikan, sekarang Tante pulang dulu,"
"Iya Tante,"
"Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumussalam."
Bersambung...
🍀🍀🍀
Assalamu'alaikum, hay hay kawan-kawannya aku. Akhirnya update juga setelah sekian abad tidak nongol notifikasinya.
Maap yaa,
Ada yang kangen FisyaAlfan nggak nih? Banyak dong. Hehe
Happy reading
🍀🍀🍀
Jangan lupa mengaji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakinah Bersamamu [SELESAI]
Romantizm⚠A W A S⚠ BAPER. Ini hanya kehidupan sehari-hari Nafisya. "Jikalau tidak bersamamu, apa aku bisa mewujudkan kata sakinah seperti ini?" -Alfan Putra Rahmawan- Note : Chapter masih lengkap Rank#1 Nafisya (2019,2020,2021) Rank#2 Alfan (2019,2020) Ra...