Fabiayyiaalaaa irabbikuma tukadzibaan
-Ar Rahman: 13
🍀🍀🍀
"SYA...nanti bilang ke Bunda ya, Ayah mau pertemuan RT dulu" katanya berpesan padaku.
"Iya Ayah,"
Malam itu rumah terasa sepi sekali, hanya berdua dengan Nailah. Ayah yang baru saja meninggalkan rumah menghadiri undangan dari Pak RT. Sedangkan Bunda masih arisan.
"Dek...nonton kartun dong," pintaku.
"Kartun apa, kak? Emang kakak nggak mau belajar,..."
"Kakak nanti aja deh belajarnya, sepi nih mana Bunda belum pulang," Aku mondar mandir mencari ponsel.
"Dek..hp kakak dimana, ya?" Nailah hanya mengangkat bahunya, tanda ia tak tahu dan lebih fokus pada kegiatannya.Memilih dan memilah kaset mana yang akan ia putar.
"Aduh, dimana sih, Ya Allah jam delapan Bunda belum pulang juga,"
"Kak, nonton Elina ya,"
"Iya, terserah adeek...," aku membanting tubuhku di sofa.
Ting tong
"Aduh ada tamu lagi, bentar ya, Dek.., "
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam warahmatullah...eh Pa...pak Alfan,"
"Emh...kok sepi, Ayah ada?"
"Ayah lagi,"tingkahku gugup di depannya.
"Ke Pak RT?"
"Iya,"
Syukurlah Bunda muncul dari balik pagar hitam. Terjadilah perbincangan yang cukup lama antara Pak Alfan dan Bunda. Aku meninggalkan mereka di luar dengan niat mengambilkan minuman ala kadarnya.
"Silakan Pak,"
"Makasih, Fisya," lalu aku pergi, tapi, "Sya...masnya kok ilang?" pertanyaannya membuat langkahku terhenti.
"Hih..."kesalku sambil menghentakkan kaki yang membuat Bunda dan....ok deh, Mas Alfan tertawa. Saya bukan pelawak...
Sebenarnya aku penasaran apa yang mereka bicarakan. Tapi apa sopan jika aku diam-diam mendengarkan perbincangan mereka. Akhirnya aku menuju ruang tengah untuk kembali menonton Elina yang telah di putarkan oleh Nailah.
"Udah pada makan malam anak-anak Bunda?"
"Loh Pak Alfan?"
"Ini Bunda," Bunda terkekeh.
"Bunda...maksudnya itu Pak Alfan udah pulang?"
"Udah," aku hanya manggut-manggut. Sebenarnya aku sangat penasaran, ada apa malam-malam begini Pak Alfan datang. Padahal jika tidak ada Ayah Pak Alfan jarang sekali berbincang-bincang dengan Bunda yang lumayan lama seperti yang baru saja terjadi.
"Bunda, kok tadi lama,.."
"Tadi Bunda ketemu teman lama Bunda di rumah Tamte Elli, jadi agak lama, maaf ya,..."
"Oh iya... tadi Ayah ke Pak RT,"
"Iya tadi ketemu di perempatan, jangan malam-malam ya besok sekolah!"
"Iya Bunda..,"
Kira-kira lima belas menit saja aku menemani Nailah, ternyata ia sudah terlelap memeluk bonekanya. Aku matikan tvnya dan kebetulan Ayah pulang. Jadi langsung membopong tubuh Nailah ke kamarnya. Aku pun ikut ke atas untuk tidur.
🍀🍀🍀
Jum'at pagi ini aku merasa hal yang berbeda. Entah apa?Seperti akan ada kejutan. Selesai membereskan tempat tidur, membantu Bunda mencuci piring, aku mandi lalu sarapan dan meluncur ke sekolah.
Jam pertama, rutinitas sekolah kami setiap Jum'at pagi selalu mengadakan tadarus bersama per kelasnya. Menyenangkan, bukan? Kecuali awal bulan yang selalu mengadakan kerja bakti untuk memenuhi program Jum'at bersih.
Shadaqallahul'adziim
"Kita ke ruang musik ya,"
"Baik, Pak."
Karena materi saat ini adalah belajar musik, jadi kelas kami berpindah ke ruang musik salama dua jam pelajaran.
Terlalu asyik, hingga tanpa sadar jam mapel ini hampir habis. Kami berebutan keluar dari ruangan menuju kelas. Kelas setelah ini adalah Pak Alfan, yang selalu memberi hukuman kultum di depan kelas siapa pun yang terlambat masuk kelas.
Lucu kalau dipikir-pikir. Seperti masa kanak-kanak, harus berlarian demi terhindar dari hukuman. Sebenarnya bukan hukuman , tapi apa ya... artikan sendiri saja, hehe.
Harena hari Jum'at, jam istirahat siang lima belas menit lebih awal dari hari-hari yang lain. Untuk persiapan sholat Jum'at berjamaah di sekolah.
Khotib sudah naik mimbar, itu artinya seluruh jamaah tidak boleh mengeluarkan suara. Sebentar lagi adzan akan di kumandangkan.
Anzar.
Aku menghela nafas malas melihat muadzin. Masih ada sisa-sisa kagum untuknya. Ia qari' juga. Itu yang membuat aku tidak bisa benci. Eit, tidak boleh saling membenci ya. :)
Khotib telah menyampaikan khotbahnya. Kantukku melanda, tapi aku harus tetap fokus pada apa yang di sampaikan khotib dan melawan rasa kantuk yang luar biasa.
Sampai pada akhirnya aku berhasil melawan rasa kantukku. Isi khotbah yang sangat menarik, membuat para jamaah tetap khusyuk melaksanakan serangkaian sholat jumat.
Allaahuakbar
Arrahmaan.....
Masyaallah, bergetar hatiku. Ini memang kejutan. Sang imam melantunkan surah itu dengan begitu merdu. Hingga beberapa jamaah menitikkan air mata, termasuk aku yang tangisnya hampir pecah ketika sholat Jum'at. Mengingat arti dan makna surah Ar Rahman. Ditambah lantunannya yang menggetarkan jiwa siapa saja yang mendengarnya.
Tiga belas ayatmu cukup untuk saat ini. Ku harap nantinya tujuh puluh delapan ayat kau lantunkan sebagai mahar yang sangat istimewa, Alfan Putra Rahmawan.
Dan ini adalah yang disebut....ngarep.
Bersambung...
🍀🍀🍀
Up kilat, halu gaees, tapi semoga halunya Fisya itu kesampean ya😂
Vote vote vote.🍀🍀🍀
Jangan lupa mengaji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakinah Bersamamu [SELESAI]
Romansa⚠A W A S⚠ BAPER. Ini hanya kehidupan sehari-hari Nafisya. "Jikalau tidak bersamamu, apa aku bisa mewujudkan kata sakinah seperti ini?" -Alfan Putra Rahmawan- Note : Chapter masih lengkap Rank#1 Nafisya (2019,2020,2021) Rank#2 Alfan (2019,2020) Ra...