33. Filosofi Mawar

6.3K 364 14
                                    

Cinta ini layaknya mawar jalannya banyak berduri namun berujung wangi dan indah. Semoga.

-Billa-

🍀🍀🍀

RASANYA seluruh isi otakku hampir membeludak. Terlalu penuh dan terlalu banyak yang kupikirkan beberapa hari terakhir ini. Selain memikirkan bagaimana caranya aku mendapatkan nilai yang baik dengan cara halal, study hard. Ini hari ke lima aku melaksanakan penilaian akhir semester gasal. Dan malam itu aku sedang berusaha saling memahami dengan rumus dan teori kimia. Kenapa saling memahami? Karena akan lebih baik tak hanya aku yang memahami mereka, mereka juga harus memahamiku. Berharap soal-soal yang akan kuhadapi esok hari tidak membuatku bad mood lagi.

Kepalaku layaknya memori yang berkapasitas satu giga kemudian dipaksa menampung kenangan dan materi lebih dari dua puluh giga. Mashaallah. Allah tidak akan memberikan ujian yang diluar batas kemampuan hambNnya. Betul?

Terdengar suara kukuruyuk dari perutku. Bukan ayam yang berdiam di perutku. Tapi karena aku lapar. Namanya juga lupa, pasti tidak ingat. Aku melewatkan makan malamku setelah tadi siang aku hanya mengganjal perut dengan sepotong roti. Aku sudah asyik dengan rumus, jadi melupakan nasi begitu saja.

"Sya, makan malam dulu,.."

"Iya sebentar...," aku pun segera menuju lantai bawah untuk makan sebelum berlanjut belajar untuk persiapan ujian besok pagi.

"Waaw....terung balado, Bunda barusan masak?" Bunda mengangkat kedua alisnya.

Terung balado dan terung goreng menjadi favoriteku akhir-akhir ini. Aku tidak neko-neko, asalkan ada terung goreng dan sambal saja makanku sudah tambah sampai dua kali. Tapi harus ingat, Allah tidak suka hal yang berlebihan.

"Besok ujiannya apa, Sya?"

"Kimia, Nda,.."

"Ya udah, habis ini sholat isya baru lanjut belajar, tapi jangan malam-malam ya!" katanya.

"Heem..."

Usai makan aku melaksanakan perintah Bunda tadi. Kembali ke kamar setelah sholat kemudian berkutat lagi dengan buku-buku kimia dan beberapa mata pelajaran lain yang akan diujikan besok pagi.

Aku mengacak-acak rambutku asal. Moodku mulai buruk sepertinya. Sebenarnya aku sudah merasa lelah, hanya saja aku tidak mau membuang waktu. Ujian ini dilaksananakan besok pagi, masa iya aku tidur begitu saja. Rasa lelah dan dipaksa untuk tetap gas pol menurutku itu berat. Satu hari tiga mata pelajaran yang diujikan, lantas bagaimana aku membagi waktu untuk belajar teori yang tidak sedikit itu?

Pandai-pandailah me-manage waktu.

Aku membuka ponselku mendapatkan notifikasi pesan dari kakak sepupuku. Sebuah foto pernikahan Rezky dan Ciki. Tahu, kan? Iseng saja aku memposting ulang foto itu di whatsapp story. Sambil sejenak mencari hiburan agar tak jenuh. Lalu ponsel kembali kuletakkan di atas nakas dan melanjutkan belajar yang tidak ada peningkatan itu.

Ponselku kembali bergetar. Ku diamkan beberapa saat. Kukira itu balasan dari kakakku. Tapi setelah dibuka ternyata oh ternyata.

"Sejak kapan dia save kontakku?" Aku bertanya pada diri sendiri menatap layar ponsel yang tertera nama Pak Alfan Putra dengan emoji setangkai bunga mawar.

Berdebar hati berdebar....kaya lagu dangdut.

Jangankan untuk bertatap muka. Bertatap layar membaca pesannya saja rasanya ingin loncat.

Pak Alfan Putra:
🌹

Rupanya Pak Alfan memberi komentar dari postinganku, akad dari Rezky dan Ciki. Lucu bukan? Sayangnya ini bukan acara komedi.

Karena caption yang kutulis disana berbunyi "udah baper belum?"

Pak Alfan Putra :
Uda-uda.

(Bukan mas-mas, tapi naksudnya sudah.)

Nafisya SA:
Alhamdulillah

Girangnya bukan main, padahal ini hanyalah hal biasa. Aku sepertu dibawa terbang, tapi kuharap tidak lagi terjatuh. Karena aku tidak punya sayap. Moodku membaik, tapi....belajarku menjadi tertunda.Ah, Sya!!!

Aku berganti mata pelajaran lain dengan masih menunggu pesan selanjutnya. Tetap masih tidak waras. Semalam itu aku hanya senyum-senyum sendiri. Dasar manusia kasmaran. Rasanya ingin kusiram pakai air es lama-lama. Geram pada diri sendiri...mungkin ada yang pernah seperti itu?

Paginya aku menceritakan hal itu dengan Billa. Respons Bila tak kalah girangnya denganku. Malahan ia yang lebih heboh dariku. Sebenarnya dua orang ini sedang terserang penyakit apa?

Hari-hari berikutnya dengan mawar yang sama darinya. Bukan mawar asli, hm.... Pak Alfan suka mawar? Mungkin saja, tidak hanya perempuan yang menyukai bunga. Buktinya Pak Alfan saja menyukai mawar. Apa sih filosofi mawar bagi Pak Alfan?

"Karena bunganya cantik, dan menurut saya bunga itu............"

"Romantis,-" katanya.

Bersambung...

🍀🍀🍀

Selamat pagi, happy weekend, happy holiday, bagi yang libur hehe.

Udah up nih, have a nice day yaap
Jangan lupa vote.

🍀🍀🍀

Jangan lupa mengaji.

Sakinah Bersamamu [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang