34. Gagal Fokus

6K 385 7
                                    

-no quote

🍀🍀🍀

MASIH kalut juga dan bingung membagi waktu. Yang kutakutkan di ujian kali ini adalah berbasis android, semakin ribet saja ya pendidikan di Indonesia. Apalagi jika ada trouble, fix panik.

Kubuka kembali buku tebal berwarna hujau itu. Pelan-pelan kubaca dan memahaminya lebih dalam lagi. Aku anak IPA tapi ada mata pelajaran kewirausahaan, dan siang itu aku sedang mempelajarinya.

Malamnya tentu aku belajar lagi dengan mata pelajaran yang lain yang juga akan diujikan besok pagi. Semakin tidak fokus saat perutku terasa lapar. Saat jam-jam tertentu Bunda pasti memanggilku untuk makan malam terlebih dulu.

"Nanti dulu, Bunda...," tolakku yang matanya masih menatap buku tebal dihadapanku.

"Keburu malem, Sya....ayo ah...makan bareng..." Bunda akhirnya mendekat karena aku tak kunjung beranjak.

"Ehm....iya deh," Bunda tersenyum merangkulku.

"Bunda,..."

"Hmm,"

"Nanti aja deng,....makan dulu, Nailah mana?" Tidak kulihat Nailah di meja makan, entah kemana dia.

"Udah bobo..." aku hanya ber oh ria mendengar jawaban Ayah.

"Tapi, Bun nggak dibangunin dulu?"

"Tadi udah Bunda bangunin, Ya....cuma nggak mau, tapi coba deh Bunda bawain makanannya ke atas aja kali ya?"

Akhirnya aku dan Ayah memulai makan malam dahulu saat Bunda ke atas menghampiri Nailah. Karena ia belum makan, takutnya nanti tengah malam bangun dan minta makan, kaya aku dulu, hehe....forgive me, mom and dad...

"Sya, bikinin Ayah teh dong,..." pintanya.

"Oke , Yah... mana piringnya sekalian Fisya bawa ke belakang,"

Aku pun menuju dapur dengan maksud memenuhi permintaan Ayah. Saat aku kembali kulihat Ayah sedang menerima telepon dari seseorang yang entah siapa. Aku hanya bersikap masa bodoh karena setahuku itu handphone Ayah, ternyata handphoneku yang ku letakkan di meja menghilang.

Kemudian Ayah mendekatiku, "nih mas Alfan," Ayah menyodorkan ponselku dengan sambungan telepon belum juga terputus.

"Ngapain telepon malem-malem begini?" batinku.

"Hallo Assalamu'alaikum...,"

"Wa'alaikummussalam, warahmatullah wabarakaatuh,"

"Em, maaf Pak ada apa, ya?"

"Kamu darimana kok Ayah yang angkat?"  Aku pergi menuju kamar saat itu juga.

"Tadi habis dari belakang, Pak...."

"Oh, jadi gini Sya," pak Alfan diam sejenak, "wait...peraturan saya masih berlaku, Nafisya Shaqueella Ahmaaaaad..."

Mendengar kalimatnya aku menghela nafas dan memutar bola mataku malas.

"Jadi....kok nilai kamu bisa begitu padahal biasanya kan dapet sembilan keatas?"

"Itu dia Pak-,...eh sorry mas... yang Fisya takut kalau pake begituan, padahal Fisya belajarnya sampe maleeeeeem banget,....."

"Hehe...,"

"Lah kok Bapak ketawa, sih," aku mulai kesal dengan perbincangan itu. Dan kami saling diam seketika.

"Em....Pak," Aku sengaja menghindari kata Mas, huhu..

"Ya, Sya?,"

"Maaf ya, nilai Fisya jelek:("

"Nggak papa masih ada kesempatan buat perbaiki nilai kamu...resiko emang harus diterima kita bersama...nggak cuma kamu, Sya...banyak."

"Bapak baca snap whatsapp saya kan?Afwan before?"

"Iy....saya tahu, kamu takut saya marah kan? Soalnya kamu udah janji buat nilainya ngga merosot, malah mah kamu buat sampai dapat seratus,"

"Ya.... gimana ya, Pak, kalo boleh sih...saya mau pake LJ aja..."

"Sayangnya, nggak boleh....Udah sholat isya belum?"

"Belum Pak, kan lagi telponan sama Pak Alfan, gimana si?"

"Ais...kamu ini, sudah... sholat dulu, saya tutup ya, jangan lupa belajar, Assalamualaikum,"

"Iya Pak, wa'alaikumussalam warahmatullah...."

Sambungan terputus setelah berbunyi tuut tuut. Kemudian aku langsung mengambil air wudhu lalu sholat dan lanjut belajar sampai kurang lebih pukul setengah sepuluh. Aku kalau belajar tidak bisa lebih dari jam sepuluh, tapi kemarin demi mendapatkan nilai maksimal di mata pelajaran yang diampu Pak Alfan, aku rela sampai larut malam, dan hasilnya? Itu tidak perlu disesali.

🍀🍀🍀

Aku memang sebenarnya sudah duduk santai senyaman mungkin memegangi ponsel untuk log in di akun soal.

Oh Allah, ini tidak tepat. Pak Alfan masuk menjadi pengawas di ruanganku...lagi. Sudah kalut semakin kalut. Aku tidak bisa rileks. Tapi tetap mencoba fokus mengerjakan soal setelah kayar ponsel memunculkan soal kewirausahaan.

Alhamdulillah, aku berhasil mengendalikan diri dan pikiranku. Tapi.... tunggu dulu, pupil mataku melihatnya beranjak dari kursinya dan....kenapa duduk dibangku kosong yang ada di sampingku?

"Pak, bikin pikiran Fisya kacau tau,..." batinku kesal meliriknya yang sudah duduk tenang di bangku kosong tadi. Respon yang menjengkelkan, senyum jahilnya muncul. Untung guru, jika bukan...kotak pensilku melayang.

Gagal fokus. Pak Alfan menghilangkan jawaban yang sudah terekam di otakku.Akhirnya kuputuskan untuk berhenti sejenak meski waktu yang tersisa tidak lama. Kok tegaaa siiiih....:(

"Sya, udah selesai," tanyanya tiba-tiba.

"Belum, Pak..." lagi-lagi ia tersenyum jahil.

"Nyebelin banget si, kenapa nggak duduk sana aja,ya Allah...," batinku menyumpah serapahi guru muda idaman itu. Idaman siapa?

"Sya...selesein, malah ngelamun, jangan mikirin saya," bisiknya.

Oh my God. 

"Iya," aku menyelesaikan soal yang tersisa meski kesalnya bukan main dan masih tetap belum fokus juga.

I don't know...what happen with him. Atau habis mengonsumsi makanan jenis apa sehingga sikapnya berubah menjadi menyebalkan seperti itu setelah telepon tadi malam.

"Yang sudah selesa....hpnya bisa dikumpulkan dan meninggalkan ruangan,.." katanya disusul tawa penghuni ruangan itu.

"Receh juga..," batinku sambil tersenyum.

Sungguh aku tidak ingin dua kali atau bahkan berkali-kali. Cukuplah hari ini ia membuatku kacau. Semoga nilai tak kacau juga. Aamiin...

Bersambung...

🍀🍀🍀

Selamat malam teman-teman, maaf baru up malam ini, udah baca Al kahfi belum nih?

Btw, kalian greget ngga sama Pak Alfan?
Komen ya, hehe, happy reading:))

🍀🍀🍀

Jangan lupa mengaji.

Sakinah Bersamamu [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang