-
SIANG itu udara terasa lebih panas dari biasanya. Lapangan basket bertuliskan kalimat karena hidup penuh banyak rasa telah dipenuhi oleh siswa kelas sebelas dan kelas dua belas yang mendapatkan jam mata pelajaran olahraga pada siang hari.
"Nafisya,!!!" Hanna memanggilku dari ambang pintu kelas.
"Iya, ada apa Han?" Tanyaku pada Hanna setelah jarak antara kami lebih dekat.
"Kamu dicari Pak Alfan...."
"Astaghfirullahaladziiim..." aku menepuk jidatku. Kenapa aku lupa, benar-benar lupa. Bukankah tadi pagi Pak Alfan menyuruhku untuk bertemu beliau waktu istirahat. Tapi yang dimaksud Pak Alfan adalah jam istirahat pertama tadi. Tapi aku malah makan bersama Billa, dan ini sudah jam istirahat ke dua. Aku melempar buku novelku yang baru ku baca di atas meja. Aku berlari begitu saja meninggalkan Billa yang sedang memakan kuenya.
Billa menatapku kebingungan dan entah kue yang baru saja ia makan terjatuh atau tidak. Tanpa sadar, kenapa aku tidak membawa Billa untuk teman. Menemui Pak Alfan adalah salah satu hal yang menakutkan bagiku. Entah, bagi kalian. Tanpa pikir panjang, aku kembali ke kelas dan menarik Billa yang kebetulan ingin keluar.
"Kenapa sih, Sya..." sewotnya
"Temenin aku...titik nggak pake koma..."
Billa tidak berkutik atau menolakku sama sekali. Karena sebenarnya ia juga jenuh terus-terusan berada di kelas, yang papan tulisnya penuh denngan catatan rumus fisika. Membuat pening. Aku dan Billa menuju gedung belakang.
"Assalamu'alaikum..." ucapku sambil menggigit bibir bawah.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakaatuh...." Pak Alfan mengangkat kepalanya yang tadinya menunduk membaca buku tebal. Entah buku apa itu. Yang aku tahu buku itu memiliki halaman tebal, kira-kira 5 cm.
Aku segera masuk ruangan itu tanpa dipersilakan masuk lebih dulu bersama Billa. Dan langsung duduk di hadapan pria berpakaian batik tersebut.
"Ma...maaf Pak, tadi saya lupa kalau saya harus menemui Pak Alfan...saya benar-benar lupa, saya nggak sengaja..."
"Tidak apa-apa, namanya juga lupa, pasti tidak ingat, dan itu manusiawi. Mana ada lupa di sengaja?" Katanya terkekeh. Kalimatnya cukup membuatku sedikit lega.
"Kenapa, Bil?" Pak Alfan melihat Billa yang nafasnya tersengal-sengal mengibas-kibaskan tangannya di depan wajahnya, karena tadi kuajak berlari.
"Itu..fuh fuh.. Pak, habis diajak fuh.., lari-larian sama Nhafhisyhaah...." kata Billa menjelaskan kepada Pak Alfan sambil memegangi dadanya. Kasihan juga sahabatku ini. Hehe..
"Maaf, Bil...." sesalku melirik Billa sambil sedikit menekuk wajahku karena merasa bersalah pada Billa.
Pak Alfan hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Maklum ya, Pak. Karena saya tidak berani sendiri.
"Jadi gini Sya, dua minggu lagi kan ada acara wisuda pelepasan untuk kakak kelas kalian.." Pak Alfan menatapku dan Billa bergantian."..saya boleh minta tolong sama kamu, Sya?"
"E...boleh Pak, semoga saya bisa membantu...."
"Kamu baca Al Qur'an ya!!"
What?
Sekolah mempercayakan aku dalam acara yang istimewa itu? Aku belum pernah sama sekali mengisi acara yang sangat istimewa, apalagi untuk kakak kelasku sendiri.
"Inshaallah, Pak..." kataku tanpa adanya penolakan sedikit pun. Toh, sebelum itu guru lain pun sudah menyampaikan ini. Tapi aku menganggap hanya sebuah candaan. Daann...siang ini...kalian dengar sendiri, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakinah Bersamamu [SELESAI]
Romance⚠A W A S⚠ BAPER. Ini hanya kehidupan sehari-hari Nafisya. "Jikalau tidak bersamamu, apa aku bisa mewujudkan kata sakinah seperti ini?" -Alfan Putra Rahmawan- Note : Chapter masih lengkap Rank#1 Nafisya (2019,2020,2021) Rank#2 Alfan (2019,2020) Ra...