55. Tragedi Berdarah

8.9K 385 5
                                    

Jika Kau masih ragu, kami ikhlas.

🍀🍀🍀

SUNGGUH ini kali pertamaku merasakan hal seperti ini. Cepat lelah dan satu lagi, aku tambah manja. Astaghfirullah. Kadang aku sering juga merasa kasihan pada Mas Alfan, tapi keinginanku itu tidak bisa diajak kompromi. Dan malam ini juga tiba-tiba saja aku ingin makan es krim. Hei, ini malam, ada-ada saja aku ini. Malam hari minta es krim.

Tapi aku masih berusaha menahannya. Harusnya saat ini kami makan malam. Tapi aku rasanya enggan sekali untuk makan nasi.

"Sya, makan yuk?"

"Nanti aja Mas," tolakku sambil membenarkan posisi dudukku karena pinggangku mulai pegal.

"Aku laper nih...." katanya sembari duduk disampingku dan ikut menonton acara yang disiarkan di layar kaca.

"Mas duluan aja,"

"Kan aku maunya sama kamu, Sya...kasian dedeknya lapar juga, ya kan, Nak?..." katanya sambil mengelus perutku yang masih datar.

"Iyhaaa...." lanjutnya menjawab pertanyaannya sendiri seakan-akan bayi yang ada diperutku itu berbicara. Dan hal itu membuatku tertawa.

"Ayo lah,..." ajaknya lagi dan beranjak dari duduknya. Itu membuatku menghela nafas malas.

Akhirnya aku tetap menemani Mas Alfan makan. Aku tidak ikut makan malam itu. Sungguh aku ingin es krim, ya Allah.

"Kamu kok nggak makan? Nanti keburu malam loh..malah nggak jadi makan," katanya.

"Iya nanti...yang penting sekarang Mas udah sama Fisya,"

"Iya tapi makan dong, kasian dedeknya sayang.." katanya lagi. Dan aku malah mematung tak bersuara.

"Susah banget sih, Sya disuruh makan, kamu mau apa, sih?" Katanya dengan suara dan wajah yang tetap datar meski aku tahu sebenarnya Mas Alfan kesal terhadapku.

"Kalau Fisya minta sesuatu Mas Alfan mau turutin?"

"Memangnya kamu mau apa?"

"Mau es krim, heee...." kataku kemudian dengan menunjukkan gigi yang berjejer dimulutku.

"What? Ini malam loh, Sya, kamu nggak salah,..."

"Maaaass...." rengekku.

"Kamu boleh minta apa aja, tapi enggak kalau es krim, apa lagi ini malam, Nafisyaaaaa....." katanya sambil menyubit pipiku pelan. Ih gemes.

"Kasian dedeknya...maunya es krim," alibiku tapi itu memang benar.

"Dedek apa kamu yang minta...."

"Fisya.... tapi kan ini dedeknya juga pengen Mas, boleh yaaa....."

Mas Alfan menghela nafasnya melihat tingkahku yang semakin hari semakin manja layaknya anak kecil.

"Ya udah, aku beliin, tapi makan nasi dulu!!"

"Yah...kenapa bersyarat sih, Mas?"

Sakinah Bersamamu [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang