|| EXTRA CHAPTER || For You

11.7K 379 11
                                    

Sakinah adalah salah satu tujuan hidupnya.

🍀🍀🍀

GADIS itu sedang duduk bertopang dagu di balkon kamarnya. Memikirkan hasil skripsinya dan besok pagi ia akan menghadapi sidang. Selain itu yang membuat pikirannya tak tenang adalah bagaimana ia menyampaikan sesuatu yang membuatnya setiap malam tak tenang belakangan ini pada Yandanya.

Tok tok tok

Seketika ia menoleh ke arah pintu kamarnya setelah mendengar ketukan itu.

"Icha??" Suara lembut itu memanggil namanya.

Icha adalah panggilan gadis itu sejak kecil. Nama aslinya adalah Abqarina Aisha Putri Rahmawan. Putri satu-satunya Alfan dan Nafisya yang kini telah beranjak dewasa.

Icha beranjak dari duduknya bermaksud untuk membukakan pintu. Sebelum ia sempat menyentuh knop pintu tiba-tiba ponselnya berdering. Setelah tahu siapa yang menelpon ia urung untuk mengangkatnya. Akhirnya ia membukakan pintu.

"Ya, Nda?" Katanya setelah mendapati Bunda tersayangnya berdiri di hadapannya.

"Ayo, makan malam dulu, Yanda sudah menunggu di bawah," katanya Nafisya yang matanya mengarah pada ponsel Icha yang masih berdering.

"Itu kok nggak diangkat?" Tanya Nafisya.

"Nggak penting kok, Nda....ayo kita makan," kata Icha sambil menutup pintu kamarnya dan menggandeng tangan Bunda. Ia tetap mengabaikan panggilan itu.

Panggilan itu rupanya dari Algi yang membuatnya merasa tidak tenang dan bingung. Maka untuk malam ini ia enggan mengangkat telepon dari teman kuliahnya itu. Mengingat apa yang pernah dikatakan Yanda beberapa hari yang lalu.

"Cha, berbuat baik itu nggak boleh di tunda-tunda. Nanti Allah juga kasih pahalanya ditunda dong,"

"Tidak cuma kamu, tapi orang lain juga. Misalnya ada orang yang berniat baik dan orang itu mengajakmu, lakukanlah segera." kata Yanda.

Icha selalu ingat kalimat dan nasehat dari Yanda. Tapi untuk kali ini Icha bingung harus memulai dari mana untuk menjelaskannya. Toh ini kali pertama Icha merasakan hal yang berbeda.

Usai makan malam Icha kembali ke kamarnya untuk menunaikan sholat isya. Setelah itu ia ingin segera tidur karena memang sudah sejak tadi pagi ia berniat malam ini akan tidur lebih awal.

Ia menarik selimutnya kemudian memejamkan mata. Entah kenapa tiba-tiba ia berfikir bahwa dirinya jahat. Bagaimana tidak, beberapa panggilan dari Algi saja ia tidak mengangkatnya. Ia kembali terbangun dan membuka ponselnya. Barang kali ada pesan yang dikirim Algi. Dan jika ditanya kenapa panggilannya tidak di angkat Icha harus memberikan alibi yang terpat.

Kurang lebih sepuluh pesan via whatsapp ada di chat room. Dan semua itu adalah pesan dari Algi. Mau tidak mau Icha harus menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dari sekarang, dari pada besok pagi dan harus bertatap muka dengannya.

Setidaknya Icha membalas mantap satu pesan. Meski bimbang tapi harus. Kata Yanda tidak boleh menunda-nunda niat baik.

Algi:
Boleh aku silaturahmi ke rumahmu, Sha?

IchaRahmawan:
Boleh.
√√read

Setelah menjawab pesan itu Icha beranjak keluar kamar berharap mendapati kedua orang tuanya masih berada di luar alias belum tertidur.

Sakinah Bersamamu [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang