Bab 12

6.9K 341 3
                                    

Happy Reading!

Siang ini Ais sudah berjanji kepada Iren dan ibu nya,bahwa ia akan menemani mereka untuk melihat keadaan Vio,kakak dari Fahmi.

Ais mengiyakan ajakan mereka,toh hari ini dia sedang tidak ada kerjaan.Sekitar pukul 09.00 WIB Ais bergegas ke rumah Iren karena janjinya ia akan berangkat menuju tempat Vio  pukul setengah sepuluh.

" Ais,sini kita langsung aja ya ke tempat Vio" ucap Iren sambil melambaikan tangannya ke arah Ais.

Ais menganggukkan kepalanya,kemudian ia menaiki mobil avanza putih milik keluarga Iren.

.

'Rumah sakit jiwa bahagia'

Ais mengerutkan keningnya ketika ia membaca papan yang bertengger pada awal lobi  rumah sakit tersebut.

Mengapa keluarga Iren membawanya kesini,bukannya kemarin Iren meminta dirinya untuk menemaninya ke tempat Vio bukan rumah sakit jiwa.

Ais melihat sekelilingnya,tanpa sengaja tatapan Ais tertuju kepada Fahmi,dia masih saja diam.Raut wajahnya terlihat sedih dan matanya berair,sepertinya ia menahan air matanya agar tidak keluar.

Rifal suami Iren,ia menyadari bahwa adik iparnya ini memang sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.

" Lo pasti bisa bro " ucap Rifal seraya menepuk bahu Fahmi.

Fahmi kembali melangkahkan kakinya menuju receptionis untuk menanyakan ruangan tempat kakaknya  di rawat.

" permisi sus,saya mau tanya ruangan atas nama Viona Pitaloka Attama dimana ya? " tanya Fahmi

" Ruangan atas nama Viona Pitaloka berada lantai dua,kamar no 37 "

" Terima kasih ya sus "

Fahmi bersama keluarganya pun naik ke lantai dua untuk menemui Vio.Mereka memperhatikan seluruh ruangan untuk mencari no kamar Vio.

" A a a a "

Fahmi tercengang ketika mendengar teriakan itu,ia berlari mencari suara teriakan tersebut.

Fahmi berhasil menemukan asal teriakan tersebut,ia membuka mulutnya ketika melihat  orang itu.

" Loka sadar loka " ucap Dokter yang menangani orang tersebut.

Terlihat seorang gadis yang sedang berteriak histeris sambil menjambak rambutnya hingga beberapa helai rambut tersebut tampak lepas dari kepala sang gadis.

" Kakak!" panggil Fahmi tanpa permisi

Fahmi memberanikan dirinya untuk memasuki ruangan tersebut.Dokter Gibran sedikit tertegun melihat Fahmi yang langsung menarik Loka pada dekapannya.

" Kakak sadar,ini gue adik lo " ungkapnya dengan air mata sudah bebas meluncur di pelupuk matanya

Loka meronta-ronta dalam dekapan Fahmi,ia bahkan dengan teganya melukai Fahmi dengan gigitan nya.

Fahmi tidak peduli jika saat ini tangannya terluka,ia hanya mau kakaknya berhenti menyakiti dirinya sendiri.

Loka tetap saja meronta bahkan tangan kanan Fahmi sudah terlepas dari dekapan Loka.Dengan leluasa Loka kembali menjambak rambut nya sendiri.

Assalamualaikum MahromkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang