Bab 14

6.8K 360 3
                                    

Happy Reading!

Playing music on mulmed!

Setelah mendengar penjelasan dari Fahmi,dokter Gibran pun menganggukkan kepalanya mengerti.

" Setelah saya mendengar penjelasan anda,saya tau apa penyebab Loka seperti itu.Seperti yang saya katakan sebelumnya,setelah saya periksa fisik dari Loka,namun fisik Loka tidak menandakan sakit apapun.Sepertinya Loka trauma dengan masa lalunya. "

Fahmi menganggukkan kepalanya,kemudian ia sedikit tersenyum,senyuman yang getir dan penuh kebencian.

" Lalu,apa yang harus saya lakukan dok? '' tanya Fahmi

" Anda sebagai adik dari Loka,anda harus tetap mensupport Loka.Nanti saya akan men terapi Loka untuk menghilangkan traumanya" ucap Dokter Gibran.

Fahmi menganggukkan kepalanya,ia mencoba untuk tegar walaupun sebenarnya ia tidak mampu.Fahmi menundukkan kepalanya menahan segala air matanya agar tidak tumpah.

Dokter Gibran sangat menyadari bagaimana perasaan yang sekarang Fahmi rasakan.Kemudian ia bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Fahmi sembari menepuk pelan bahu Fahmi.

" Setiap manusia yang ada di bumi pasti akan di beri masalah.Bukannya masalah itu sebagian besar adalah pelajaran untuk kita,lo pernah mikir nggak?kalau seandainya lo nggak ada masalah,apa lo bisa belajar dari masalah itu? " ujar Dokter Gibran sembari menepuk-nepuk pelan pundak Fahmi.

Fahmi mendongakkan kepalanya menatap sang dokter,kemudian ia diajak oleh dokter Gibran untuk duduk bersamanya di soffa yang terdapat pada ruangannya.

" Gue tau,masalah lo itu berat.Gue juga pernah ko merasakan apa yang lo rasakan.Waktu itu gue bener-bener benci sama hidup gue,waktu itu gue juga pernah berpikir untuk bunuh diri.Saat itu usia gue 13 tahun,gue masih remaja.Disaat semua anak seusia gue senang-senang kepada keluarganya keluar masuk untuk bermain.Waktu itu,gue cuman anak rumahan yang hidupnya selalu buat orang tua gue sengsara " ucap dokter Gibran

Beliau menghentikan ucapannya kemudian ia mengambil nafas sebentar sebelum ia melanjutkan ceritanya.

Fahmi sangat seksama dalam mendengarkan cerita dari dokter Gibran.

" Sejak kecil gue hidup di panti asuhan,setelah umur gue 13 tahun,orang tua kandung gue mengambil gue dari panti asuhan.Saat itu,gue seneng lah secara sejak kecil gue hidup sendiri tanpa asuhan dari orang tua.Waktu itu,gue bikin pengumuman sama-sama temen panti kalau gue udah di jemput sama orang tua gue,temen-temen gue yang ada di panti,berbondong-bondong memberikan selamat sama gue, " ceritanya kembali sembari terkekeh ketika ia mengingat kejadian kala itu.

" Karena waktu itu,gue orang pertama yang di jemput sama orang tua gue diantara mereka.2 minggu gue di rumah itu,gue merasa kaya ada di neraka,tidak ada keharmonisan,papah gue setiap malem selalu bawa cewek masuk ke rumah dan cewek itu berbeda,mamah gue adalah orang yang paling sabar yang gue tahu.Dia gak pernah marah sama papah gue,dia selalu bilang sama gue,'jangan sakitin wanitamu,karena satu kali kamu menyakiti wanitamu,maka setiap langkahmu akan dikutuk oleh malaikat'.HAHA itu sih yang selalu gue inget. "

Dokter Gibran menengadahkan wajahnya,ia kembali berdiri dan ia berjalan menuju ke jendela,

" 12 tahun yang lalu,waktu yang paling gue benci,kala itu papah,pulang tengah malam,papah balik di keadaan yang sangat mabuk.Papah marah cuman gara-gara mamah menegur papah,tiba-tiba papah nodongin pisau ke perut mamah,gue kira papah reflek ternyata papah udah ngerencanain semuanya.Saat di waktu yang sama,adek gue juga kecelakaan,gue nungguin mamah sama adek gue,dua-duanya kritis,mamah sempet sadar,mamah juga sempet merasakan firasat yang buruk tentang adek gue,dokter dateng ngasih tau ke gue anak 13 tahun,kalau adek gue butuh donor jantung,gue sok dong.Adek gue kecelakaan tapi kenapa jantungnya sampai kena,ternyata adek gue kenal penyakit gagal jantung.Mamah denger,waktu mamah terus pendarahan padahal lukanya udah di jahit sampai mamah mutusin buat donorin jantungnya untuk adek gue.Disitu gue gak ikhlas gue baru ketemu sama mamah selama 13 tahun gue pisah sama beliau,tapi takdir berkata lain.Sebelum masuk ke ruang operasi mamah sempat titip pesan,'jangan benci ayahmu,sejahat-jahatnya ayahmu,darahnya masih mengalir di tubuhmu,' sontak gue nangis kejer disaat keadaannya kritis dia masih mikirin papah,salut sih sama nyokap gue dalam keadaan apapun,sesakit apapun beliau nggak pernah benci sama papah. " Dokter Gibran menghentikan semua ucapan nya,ia menarik nafas sejenak tiba-tiba ia meneteskan air matanya ketika ingin melanjutkan ceritanya

Assalamualaikum MahromkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang