Alunan musik klasik itu mengalun lembut, menyapa semua telinga manusia yang ada di dalam ballroom mewah yang sudah di dekorasi sedemikian rupa itu. Baju dengan merek branded, perhiasan mewah, riasan mahal, menjadikan pesta itu seakan adalah ajang tempat menjabarkan seberapa kaya mereka.
Gadis berponi itu menguap. Menandakan betapa kantuk memeluknya dengan erat. Matanya memperhatikan sekitar, lalu beralih pada gelas berisikan jus jeruk yang menggoda.
"Aku tak suka jus," gumangnya kesal, tapi tak ada minuman lain yang aman untuknya. Vodka, beer, wine, soju, dan minuman beralkohol lain tak dapat dia sentuh walaupun semua itu terlihat menggiurkan. Jika dia menegak satu tegukan saja, omelan 1 hari penuh akan memenuhi gendang telinganya.
"Aish! Aku mengantuk!" Dia kesal sendiri, menopang dagu dengan kedua tangan seraya memperhatikan kembarannya yang asik berbincang dengan seorang pemuda.
Terkadang Lisa iri dengan Chaeyoung yang mudah bergaul dengan banyak orang. Entah kenapa, walaupun kembar sifat mereka berbeda. Bukan hanya itu, bahkan wajah saja mereka berbeda. Yup, mereka kembar non-identik.
"Kau mengantuk?" suara lembut milik Jennie mengalun indah. Membuat Lisa merasa sangat nyaman.
"Hm,"
Lisa memperhatikan Jennie yang menoleh kesana kemari. Berikutnya, tangan kakak keduanya itu mengelus rambut abu kecokelatannya sebentar.
"Ayo pulang. Aku akan menelpon Kris Oppa,"
"Tapi Unnie, acaranya bahkan belum sampai setengah."
Jennie terseyum lembut seraya meraih ponsel yang ada di tas kecilnya.
"Tidak masalah."Selanjutnya, Lisa hanya memperhatikan kakaknya itu sedang menelpon seseorang.
.....
Mansion itu tampak sepi. Hanya ada pelayan yang berlalu lalang. Semuanya begitu lenggang, tak ada suara dari manapun. Hingga pintu utama terbuka secara kasar. Membuat beberapa pelayan yang sedang menjalankan tugasnya terkesiap kaget. Cepat-cepat mereka berbaris rapih dan membungguk sopan pada para majikannya yang baru saja memasuki mansion itu.
"Bibi Ahn, apakah Lisa dan Jennie sudah pulang sedari tadi?" tanya Nyonya besar Kim itu pada salah satu pelayan disana.
"Iya, Nyonya. Mereka sepertinya langsung beristirahat di kamar masing-masing," jawab wanita paruh baya yang sudah bekerja selama 24 tahun pada keluarga Kim.
"Bisa kau panggilkan mereka?" Bibi Ahn tersentak mendengar perintah tuan besarnya yang terdengar sedang marah.
"Tidak perlu. Aku disini." Semua mata memandang Jennie yang turun dari tangga mansion. Dengan kaus putih dan celana hot pants. Sangat kontras dengan penampilannya saat di pesta tadi.
"Apakah kau sadar kesalahanmu, Jennie?" tanya Kim Yonha, ayah dari keempat gadis cantik yang menghuni mansion itu.
"Tidak." Jawab Jennie singkat. Membuat Yonha semakin terlihat marah.
Dilain sisi, Chaeyoung dan Jisoo saling bertukar pandang. Takut saudari mereka itu terkena amukan sang ayah untuk kesekian kali karena selalu memberontak.
"Kau mengajak adikmu meninggalakan pesta seenaknya. Kau bahkan tahu pesta itu sangat berharga untuk keluarga kita! Terlebih banyak wartawan disana."
"Aku tak peduli," Jisoo meringis mendengar jawaban santai Jennie. Dan benar, tangan ayahnya sudah melayang hendak menampar wajah adiknya.
"Apa yang ingin Appa lakukan?" suara itu menghentikan tangan Yonha yang hendak melayangkan tamparan kearah Jennie.
Yonha tak berkutik. Dia menatap tangannya sendiri dengan nanar. Pria itu menggeleng, lalu melihat anak bungsunya dengan tatapan sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Ties ✔
FanfictionSeberapapun jarak yang akan menghalangi mereka, mereka tetaplah saudara sedarah. Ikatan darah tidak dapat dihalangi oleh badai sebesar apapun. "Maafkan aku." - Kim Jisoo/Jisoo Kim "Aku menyayangi kalian." - Kim Jennie/Jennie Kim "Aku iri." - Kim Cha...