31. Wish

17.8K 1.8K 70
                                    

Lisa berdecak, ketika pagi harinya harus terganggu oleh sinar matahari yang menyusup hingga memancarkan cahaya ke matanya.

Terpaksa gadis itu harus membuka mata. Menghela napas ketika lagi-lagi dinding putih rumah sakit menjadi pandangan pertama yang harus dia lihat.

Lisa bosan, seminggu ini tidak diperbolehkan pulang. Ya walaupun ucapan Dokter Choi selalu tepat sasaran ketika dia bicara tentang kondisi Lisa yang belum memungkinkan untuk melakukan rawat jalan.

Lisa meringis, ketika dirinya hendak bangun namun dadanya malah terasa sakit dan sesak. Dia menyandar, memejamkan mata dan menikmati setiap denyutan yang menghujami jantung ringkihnya.

"Ah, wae? Aku hanya terlihat seperti benalu sekarang," gumang Lisa terdengar kesal. Rasanya sejak lahir, Lisa belum pernah memberikan apa-apa pada keluarganya. Hanya hal merepotkan yang bisa dia berikan, bukan hal berharga yang terkesan.

Pandangan Lisa jatuh pada kakinya. Ketika rasa sakit yang dia dapat perlahan menghilang, Lisa kembali menegakkan badannya. Menyingkap selimut dan memandang kaki kirinya yang kini terlihat tak indah lagi. Terdapat keriputan karena beberapa hari lalu kakinya itu membengkak.

"Woah, sepertinya kau ada alasan untuk pulang ke rumah." Seseorang masuk. Membuat Lisa memutar bola matanya jengah.

"Kau sendiri yang bilang. Jika kakiku tidak bengkak lagi, aku bisa pulang." Ujar Lisa kesal.

"Eoh. Memangnya ada apa di rumahmu?" Dokter Choi duduk di pinggir ranjang Lisa. Meneliti kaki kirinya.

"Aku hanya ingin pulang."

Dokter Choi yang semula fokus pada kaki kiri Lisa, seketika mendongak kaget mendengar suara Lisa yang serak. Bahkan dia bisa melihat kedua mata gadis itu berkaca-kaca.

"Selamat pagi!" Belum sempat Dokter Choi membuka suara, salam pembukaan dari Chaeyoung menarik perhatiannya dan Lisa.

"Tunggu! Kenapa matamu seperti itu? Kau merasa sakit?" tanya Chaeyoung khawatir, melepaskan paper bagnya begitu saja dan menangkupkan wajah Lisa.

"Ani, Chaeng-ah."

Lisa menjauhkan wajahnya dari tangan Chaeyoung.
"Kau sendiri kesini?"

"Ani. Aku bersama Jennie Unnie dan Jisoo Unnie."

Baru beberapa detik dibicarakan, Jennie dan Jisoo bergandengan tangan memasuki ruang rawat Lisa. Dan ketika Jennie melihat paper bag yang dia titipkan pada Chaeyoung tergeletak di lantai, matanya langsung membulat sempurna.

"Yak! Kim Chaeyoung! Titipanku kau apakan?" Jennie berlari, meraih paper bag itu dan bernapas lega ketika melihat isi di dalamnya tetap aman.

"Mian, Unnie. Tadi aku--"

"Chaeyoung sangat rindu padaku sampai dia terlalu antusias saat masuk tadi," ujar Lisa terkekeh, dan langsung mendapat pelototan dari Chaeyoung.

"Kau sedang memeriksanya, Dokter?" tanya Jisoo berfokus pada Dokter Choi yang masih duduk di pinggir ranjang Lisa.

"Eoh, aku--"

"Katanya aku sudah diperbolehkan pulang." Lagi-lagi Lisa memotong ucapan orang lain. Dan kali ini langsung mendapat jitakan dari Dokter Choi karena terlalu kesal.

"Yak! Kau menyakiti pasien!" Seru Lisa tak terima.

Jisoo menghela napas. Sepertinya di ruangan ini tidak ada yang waras selain dirinya. Semua selalu memakai urat saat berbicara, membuat telinga Jisoo berdengung mendengarnya.

Blood Ties ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang