15. Hurt

25.3K 2.1K 51
                                    

Lisa menangis, ketika jarum suntik menembus lengannya berkali-kali. Rasa sakitnya bercampur aduk. Benar-benar terasa dari ujung kaki hingga kepala.

Gadis itu hanya bisa menggelengkan kepalanya berkali-kali. Berharap rasa sakit itu segera enyah dan Dokter Choi bisa berhenti menyakiti kulitnya.

"Jangan seperti ini, Lisa-ya." Jisoo mengusap kepala Lisa. Sedangkan kedua adiknya yang lain sedang berpelukan sambil menyaksikan Lisa yang terus meronta.

"Aku perlu bicara dengan orang tua kalian," ujar Dokter Choi setelah memastikan Lisa tertidur karena pengaruh obat terakhir yang dia suntikkan.

"Mereka sedang dalam perjalanan pulang." Jawab Jisoo, karena hanya dia yang saat ini tenang.

"Aku akan memasangkannya infus. Jika saat dia bangun dan masih merasakan sakit, dia harus dirawat."

Jisoo mengangguk setuju. Lalu kembali memandang Lisa. Wajah anak itu berangsur sangat pucat, bibirnya pecah-pecah, dan jangan lupakan keringat dingin yang mengguyur wajahnya.

Sampai kapan Lisa terus seperti ini? Jisoo tidak bisa melihat kesakitan Lisa lebih jauh lagi. Ini terlalu sakit dan Jisoo tidak bisa meredakannya.

.....

Hanna menatap sendu Chaeyoung yang terisak di samping Lisa. Padahal saudara kembarnya itu sempat tersadar dan kembali tidur setelah meminum obat. Tapi Chaeyoung tidak bisa menghentikan tangisnya. Rasanya begitu sesak.

"Sayang, ayo tidur. Akan Eomma temani." Hanna menarik bahu Chaeyoung, namun gadis itu menggeleng kuat.

"Chaeyoung-ah, istirahatlah. Unnie yang akan menjaga Lisa." Suruh Jisoo dengan suara tegasnya. Dan Chaeyoung tidak bisa untuk tidak menurut.

Setelah Chaeyoung keluar dari kamar Lisa, Jennie kini menempati tempat Chaeyoung sebelumnya. Duduk di samping Lisa. Menyentuh lengan Lisa yang di plester. Bekas infus yang sudah dilepas.

"Dia selalu bilang, jika suntikan Dokter Choi sangat sakit." Ujar Jennie sambil terkekeh, tapi juga dibarengi air mata yang mengalir.

Jisoo memperhatikan pergerakan tangan Jennie. Menyentuh titik-titik membiru di lengan Lisa. Dia baru menyadari banyak bekas suntikan di lengan adiknya.

"Aku tidak tau seberapa banyak cairan kimia masuk ke dalam tubuhnya. Tapi, pasti sangat menyakitkan." Jennie berujar lagi, kali ini lebih lirih.

"Kau tau, Unnie? Aku sangat senang ketika dia sudah mendapatkan tujuan hidupnya saat itu." Jisoo menunduk mendengar penuturan Jennie. Merasa menyesal karena sudah sempat tidak peduli dengan Lisa. Dengan impiannya.

"Tapi aku tidak tau, impian itu justru yang akan membunuhnya." Jennie tidak bisa lagi menahan isakannya. Maka dengan sekuat tenaga dia membekap mulutnya sendiri. Takut suaranya akan membangunkan Lisa.

Jisoo beranjak, memeluk Jennie dari belakang. Ikut menangis namun tak bersuara. Membiarkan tubuhnya ikut bergetar karena Jennie.

"Lisa... Pasti perasaannya sangat sakit. Bagaimana kau bisa baik-baik saja ketika satu-satunya impianmu tak bisa kau raih?" Jisoo tetap diam. Menjadi pendengar yang baik untuk Jennie. Membiarkan Jennie melepas rasa sesaknya.

"Apa salahnya, Unnie? Kenapa takdir jahat sekali?"

Jisoo mengeratkan pelukannya pada Jennie katika kalimat adiknya itu mulai menyalahkan takdir. Ini tidak benar. Bukan takdir yang jahat, tapi sebaliknya. Takdir sangat menyayangi Lisa hingga gadis kecil itu diberikan beban yang lebih berat dari ketiga saudarinya.

.....

Hanna memeluk Chaeyoung hingga gadis itu tertidur lelap. Sudah lama Hanna tidak melakukan ini untuk anak-anaknya.

Blood Ties ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang