Lisa membuka matanya perlahan dengan wajah ketakutan. Mimpi buruk yang selalu menghantui ketika dia tertidur tak pernah enyah semenjak dia sadar dari koma.
"Mimpi buruk lagi?" suara berat itu mengalihkan pandangan Lisa yang semula hanya memandang atap kamar rawatnya. Tak lama, sebuah usapan di dahinya yang penuh keringat membuat perasaat Lisa sedikit tenang.
"Lagi? Kau tau aku pernah mengalaminya?" tanya Lisa heran. Pasalnya dia tak pernah memberitahu Jungkook perihal mimpi buruknya akhir-akhir ini.
"Rosé yang memberitahuku," Lisa mengangguk paham, lalu berusaha bangun dari tidurnya. Tentu saja Jungkook yang melihat itu langsung membantu.
"Bukankah kau ada mata kuliah?" tanya Lisa yang baru menyadari seharusnya Jungkook tidak disini. Bahkan Chaeyoung saja Lisa paksa untuk berangkat kuliah.
"Makanlah ini. Eomma membuatkannya untukmu." Tak mau menjawab pertanyaan Lisa, Jungkook menyuapi satu sendok bubur yang baru dia ambil dari kotak makan yang dibawanya dari rumah.
"Berhentilah." Lirih Lisa enggan menerima suapan itu.
Jungkook membasahi bibirnya, meletakkan mangkuk berisi bubur ke atas meja dengan kasar.
"Kali ini apa lagi?"Lisa menunduk dengan mata terpejam. Menahan genangan air mata yang sudah siap meluncur jika dia kembali membuka mata. Perbedatan ini, sudah tiga kali terjadi setelah Lisa sadar dari koma nya dua minggu lalu. Perdebatan dengan Jungkook yang pasti akan berakhir dengan kemarahan lelaki itu, namun keesokan harinya Jungkook pasti selalu datang padanya seolah tak terjadi apa-apa.
"Aku sudah bilang. Jangan membuang waktumu dengan sia-sia." Ujar Lisa tanpa menatap Jungkook.
"Aku juga sudah bilang, aku tidak pernah membuang waktuku dengan sia-sia."
"Berhentilah, Jungkook. Aku... Aku tidak mencintaimu." Lisa menautkan kedua tangannya yang mulai bergetar.
Jungkook menghembuskan napas kasar. Melihat kesembarang arah karena entah kenapa emosinya tiba-tiba memuncak.
"Maka dari itu... Pergilah."
"Arra. Aku akan pergi. Dan besok akan kembali lagi." Ujar Jungkook hendak membereskan kotak makan yang semula ia bawa.
"Aniyo!" Lisa berseru keras. Masih tetap tidak mau menatap Jungkook.
"Pergi. Jangan dekati aku lagi. Aku tidak mencintaimu. Aku tidak suka kau ada di dekatku."
Jungkook kembali meletakkan kotak makannya. Mendekat pada Lisa lalu menarik dagu gadis itu. Dan kini, dia bisa melihat mata gadis itu berair dan memerah.
"Seribu kalipun kau memintaku untuk meninggalkanmu, aku tidak akan melakukannya." Tangan Jungkook mengusap air mata yang membasahi pipi Lisa.
"Aku lebih percaya matamu dibandingkan mulutmu." Bibir Jungkook mengembangkan senyum tipis. Ditariknya tubuh Lisa sehingga pria itu dapat membungkusnya dengan pelukan hangat.
"Aku takut. Aku... Akan mati." Lirih Lisa menenggelamkan wajahnya di dada bidang Jungkook.
"Aniya. Kau akan tetap disini. Tidak akan pergi kemanapun." Tegas Jungkook tak suka dengan ucapan Lisa. Kalimat itu benar-benar membuat hati Jungkook diselimuti kabut hitam.
.....
Rapat itu baru saja selesai, sehingga ruangan besar itu disibukkan dengan beberapa penghuni yang sedang membereskan berkas mereka. Setelahnya, mereka berpamitan dengan sang direktur utama dan pergi dari sana.
"Setelah ini kau akan kemana, Unnie?" tanya Jennie menoleh sebentar ke arah Jisoo yang ada di samping kanannya, lalu kembali sibuk membereskan berkas-berkasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Ties ✔
FanfictionSeberapapun jarak yang akan menghalangi mereka, mereka tetaplah saudara sedarah. Ikatan darah tidak dapat dihalangi oleh badai sebesar apapun. "Maafkan aku." - Kim Jisoo/Jisoo Kim "Aku menyayangi kalian." - Kim Jennie/Jennie Kim "Aku iri." - Kim Cha...