Hanna dengan langkah cepat sambil mendorong kursi roda yang dinaiki Jisoo. Sedangkan Chaeyoung berjalan dindepannya dengan air mata yang sudah tumpah.
"Appa!" Chaeyoung menghampiri Yonha dan Jennie yang terduduk di kursi tunggu dengan wajah sayu.
"Lisa... Bagaimana dia?" tanya Chaeyoung dengan napas terengah.
Yonha hanya menggeleng lemas dan Jennie tetap diam dengan tatapan kosongnya. Membuat Chaeyoung benar-benar dilanda ketakutan.
"Yeobo?" Hanna tiba disana bersama Jisoo. Keduanya sama-sama terlihat panik.
"Aku ingin menemuinya." Tangan Chaeyoung segera dicekal Yonha saat gadis itu hendak membuka pintu ruang ICU.
"Hanya melihat. Tidak menemui,"
Air mata Chaeyoung jatuh untuk kesekian kalinya.
"Wae?""Adikmu belum melewati masa kritisnya, Nak. Kita hanya bisa melihatnya dari balik kaca," suara Yonha terdengar parau. Memang agak menyakitkan untuk Chaeyoung karena tidak bisa menyentuh saudara kembarnya.
"Cukup melihatnya. Aku tidak apa-apa," tekat Chaeyoung seraya menghapus kasar airmatanya.
"Arra, akan Appa temani. Kalian tunggulah disini dulu."
Sebelum masuk, Yonha dan Chaeyoung mencuci tangannya dengan antiseptik yang sudah di sediakan di samping pintu ruang ICU. Dan saat sudah berhasil masuk, mereka diberi masker, baju khusus dan penutup kepala.
Berbeda dengan Yonha yang memakai atribut itu dengan tak bergairah, Chaeyoung justru terburu-buru. Hingga gadis itu geram karena ayahnya terlalu lambat.
"Appa, cepatlah."
Yonha menghela napas. Sebenarnya dia tak mau melihat Lisa sekarang. Karena sebelumnya, dia sudah melihat Lisa bersama Jennie. Keadaan anak bungsunya itu sangat menyakiti hatinya hingga Yonha benar-benar tak kuat memandangnya.
Lelaki itu hanya bisa pasrah ketika tangannya di tarik oleh Chaeyoung mendekati kaca besar yang menjadi batas antara mereka dan Lisa.
Chaeyoung mendekati kaca besar yang menampakkan keadaan ruang ICU. Dimana ada Lisa yang terbaring lemah di dalam sana. Dengan banyak selang dan kabel yang melilit di tubuh Lisa.
Chaeyoung tentu terkejut melihatnya. Hingga tanpa sadar menutup mulutnya dengan tangan, lalu menatap sang ayah yang sedang memalingkan wajah kearah lain.
"Appa," Yonha tetap tidak menoleh. Dia tak ingin memperlihatkan air matanya yang kini mengalir pada Chaeyoung.
Merasa diabaikan oleh Yonha, Chaeyoung kembali menatap kaca di hadapannya. Kali ini dengan tangis yang tidak dapat ditahan. Dia maju dan menempelkan keningnya pada kaca itu. Melihat Lisa dengan lebih jelas lagi.
"Cepat, bangunlah." Ditengah tangisnya, Chaeyoung berusaha mengeluarkan sebuah kalimat untuk Lisa. Walaupun dia tau Lisa tak akan mendengarnya.
"Aku disini, Lisa-ya. Ayo bangun dan bermain bersama," tangan Chaeyoung terulur menyentuh kaca itu. Mengusapnya seakan dia sedang menyentuh wajah Lisa.
"Kau... Ingatkan dengan janjimu?"
Chaeyoung menahan napasnya sejenak, berusaha mengatur suaranya agar stabil.
"Jangan ingkar, eoh? Aku akan sangat membencimu jika kau mengingkarinya.".....
Seminggu sepertinya berjalan dengan cepat. Tapi entah kenapa, bagi Jisoo sangatlah lama. Apalagi ketika dia menunggu mata adiknya untuk terbuka. Sehari saja sudah sangat menyiksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Ties ✔
FanfictionSeberapapun jarak yang akan menghalangi mereka, mereka tetaplah saudara sedarah. Ikatan darah tidak dapat dihalangi oleh badai sebesar apapun. "Maafkan aku." - Kim Jisoo/Jisoo Kim "Aku menyayangi kalian." - Kim Jennie/Jennie Kim "Aku iri." - Kim Cha...