Ketika Chaeyoung dalam perjalanan pulang untuk memberitahu jika Lisa menghilang, tiba-tiba sebuah mobil van berwarna hitam menyalip mobilnya hingga van itu berhenti mendadak di depannya.
Chaeyoung tentu kaget. Untung rem mobilnya cukup bisa di andalkan sehingga Chaeyoung tidak menambrak van itu.
Keterkejutannya bertambah ketika dua pria berbadan besar keluar dari van itu. Berjalan kearah mobilnya. Dan tanpa persiapan apapun, Chaeyoung di seret dari dalam mobilnya dengan kasar.
"Hei, lepaskan!" Gadis itu berteriak. Mengharapkan bantuan sekitar. Tapi nyatanya kali ini dia cukup sial karena di daerah itu tidak ada perumahan atau tempat singgah.
Salah satu pria itu mendesis karena sedari tadi Chaeyoung terus memberontak. Diambilnya sebuah suntikan, dan menancapkannya di lengan Chaeyoung. Membuat gadis itu lama kelamaan hilang kesadaran.
.....
Aroma debu yang menyengat, menyambut kedua mata Chaeyoung perlahan terbuka. Awalnya dia meringis ketika merasakan kepalanya pening. Lalu saat tersadar, dia kaget karena tubuhnya terikat kuat pada kursi yang dia duduki.
"Chaeng-ah," Chaeyoung tersentak ketika mendengar suara lirih itu. Menoleh ke samping kanan dan terkejut bukan main mendapati kedua kakaknya juga dalam keadaan sama seperti dirinya.
"M-Mwo? Apa yang--"
Brakk
Pintu ruangan gelap itu terbuka. Cahaya langsung masuk melalui ruangan lain yang lebih terang saat mendapat celah cukup lebar. Dan ketiga gadis yang tersadar itu lagi-lagi kembali terkejut melihat siapa yang sudah berdiri di hadapan mereka.
"Tutup mulut mereka. Aku tidak suka kebisingan." Ujar pria itu dan langsung dituruti 4 pria berbadan besar yang semula berdiri di belakangnya.
"Ani--" Belum sempat Jisoo berkata, mulutnya sudah dipasang selotip berwarna hitam yang cukup membuat mulutnya bungkam.
"Cukup mereka bertiga. Gadis itu tidak perlu."
Terkejut lagi, Chaeyoung menoleh ke samping kiri. Matanya langsung memanas ketika melihat Lisa masih dalam keadaan pingsan dan terikat di kursi yang sama dengannya. Ingin memanggil tetap mulutnya saat ini tidak bisa terbuka karena selotip itu.
"Ah, lihat. Adik kalian ini masih belum terbangun juga. Kira-kira apa yang harus aku lakukan untuk membuatnya bangun?" lelaki itu tersenyum sinis, membuat ketiganya menggeram marah.
"Ambilkan aku air." Perintah pria itu dan tak menunggu lama, seember air sudah tersedia di samping kakinya.
Jennie menggeleng kuat dengan air mata yang sudah tumpah ketika pria itu mengangkat ember yang dipenuhi air dingin. Lalu mengguyurkannya ke atas kepala Lisa. Membuat ketiga kakak gadis itu memekik tanpa suara.
Samar-samar Lisa mendengar suara tawa seorang pria. Kepalanya begitu sakit dan tubuhnya juga lemas. Tapi gadis itu penasaran hingga memaksakan diri untuk membuka mata.
Aroma debu, serta dirinya yang tiba-tiba menggigil ketika dia berhasil membuka mata sempurna. Buram, tetapi Lisa yakin yang ada di hadapannya adalah seorang pria.
"Lihatlah, adik kalian yang lemah ini terbangun berkatku." Suara pria itu tak asing di telinga Lisa, sehingga gadis itu berusaha memulihkan penglihatannya.
"Paman?" tanya Lisa lirih ketika mendapati Paman kandungnya yang sedang menatap remeh kearah lain.
"Uri Lisa, apakah aku mengganggu tidur nyenyakmu?"
Lisa mengerjabkan matanya berkali-kali. Sama sekali belum paham apa yang terjadi. Sampai sebuah gumangan keras yang berasal dari samping kanannya membuat Lisa sangat terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Ties ✔
FanfictionSeberapapun jarak yang akan menghalangi mereka, mereka tetaplah saudara sedarah. Ikatan darah tidak dapat dihalangi oleh badai sebesar apapun. "Maafkan aku." - Kim Jisoo/Jisoo Kim "Aku menyayangi kalian." - Kim Jennie/Jennie Kim "Aku iri." - Kim Cha...