30. Somewhere

19.1K 1.8K 302
                                    

Setelah jam makan siang, Jisoo memilih meninggalkan rumah sakit dan kini dia berada di depan kantor polisi tempat mantan kekasihnya mendekam.

Ada gurat kesedihan di wajah Jisoo. Dia tidak menyangka, orang yang dulunya selalu mengisi hatinya tega mencoba membunuhnya. Dulu, di pikiran Jisoo tak pernah terbersit sedikitpun tentang hal seperti ini akan terjadi di hubungannya dengan Jiyoung.

Yang ada dipikiran Jisoo, hanyalah masa depan mereka kelak. Bagaimana mereka mempersiapkan pernikahan hingga memilih memiliki berapa anak. Sungguh ironi bagi Jisoo, kisah asmara pertamanya berakhir sangatlah buruk seperti ini. Diselingkuhi, dan ingin dibunuh pula.

"Kau tidak ingin masuk?" Kris yang bertugas mengantar Jisoo bertanya sambil menyentuh pundaknya.

"Aku masuk. Kau tunggulah disini, Oppa."

Kris memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Memandang miris pada punggung Jisoo yang mulai menjauh.

.....

"Uhuk!"

Jennie mengusap punggung Lisa berkali-kali. Sejak setengah jam yang lalu Lisa tak berhenti batuk. Dan batuk yang terdengar sangat berat, juga Jennie bisa melihat gurat kesakitan di dahi Lisa ketika dirinya terbatuk.

"Kenapa obat yang diberi Chungsa-ssi tidak bereaksi," Hanna datang dari dalam kamar mandi dengan satu wadah air hangat dan selembar handuk kecil.

Wanita itu membuka bagian bawah selimut Lisa dan mengompres kaki kiri Lisa yang membengkak. Hanna meringis ketika memegang kaki putrinya itu. Membiru dan dingin, membuat hati Hanna yang rapuh tidak tahan untuk lebih lama melihatnya.

"Apakah bengkaknya masih seperti kemarin, Eomma?" tanya Jennie pada ibunya yang kini sudah menutup kaki Lisa kembali dengan selimut.

"Sedikit mengecil," jawab Hanna. Lalu beralih memandang wajah Lisa yang dipenuhi keringat.

Ada rasa tak tega melihat anak bungsunya tersiksa. Karena Hanna adalah ibu, yang hanya ingin melihat anak-anaknya berada dalam kebahagiaan. Bukan kesakitan yang bahkan Hanna sendiri tidak bisa berbuat apa-apa selain menyalurkan rasa kasih sayangnya.

"Cepatlah sembuh. Beberapa bulan lagi ulang tahunmu dan Chaeyoung. Eomma dan Appa akan memberikan apa yang kalian mau, eoh?"

Hanna menitihkan air mata, ketika putrinya hanya sanggup mengangguk lemah tanpa satu kata pun yang keluar dari mulutnya.

.....

Bibir Jisoo tertarik, membentuk senyum sinis tatkala seorang polisi membawa paksa pemuda dengan kedua tangan terborgol ke belakang. Mata Jisoo terus saja menangkap gerak-gerik pemuda yang terlihat menolak untuk mendekati Jisoo. Hingga akhirnya pemuda itu hanya bisa pasrah ketika di dudukkan tepat di hadapan Jisoo.

"Annyeong. Kelihatannya keadaanmu kurang baik," ujar Jisoo meringis melihat wajah Jinyoung yang terdapat beberapa bekas luka. Jisoo tahu jika itu ulah Kris, karena pemuda itu sudah menceritakannya.

"Apa maumu?" tanya Jinyoung datar.

"Aku hanya ingin melihat orang yang mencoba membunuhmu. And see, aku cukup terkejut karena mantan kekasihmu sendiri yang menjadi tersangkanya." Jinyoung tertawa hambar mendengar penuturan Jisoo yang terdengar dibuat-buat.

"Sekarang kau sudah melihatnya. Pulanglah," Jinyoung hendak berdiri, namun bahunya di tahan oleh petugas polisi yang menggiringnya tadi.

"Kau pikir, kau sedang berhadapan dengan siapa?" tanya Jisoo dengan tangan mencengkram dagu Jinyoung.

Blood Ties ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang