Lisa tak pernah bosan memandang saudara kembarnya yang sedang bernyanyi sambil memainkan gitar. Aktivitas Lisa disetiap malamnya sebelum tidur. Awalnya memang dia selalu mendumal kesal karena Chaeyoung menariknya paksa memasuki ruang musik. Namun itu tak bertahan lama, karena Lisa benar-benar sudah kecanduan suara unik Chaeyoung.
Ketika Chaeyoung baru saja mengakhiri nyanyiannya, Jisoo dan Jennie datang dengan piyama couple yang membuat mereka terlihat lebih muda dari usianya.
"Woah! Kiyowo!" Lisa memekik girang melihat dua kakaknya yang terlihat imut.
"Heish, kenapa kalian belum tidur?" Jisoo bertanya kesal. Awalnya dia tak berniat memasuki ruang musik, namun saat dia dan Jennie hendak mengambil air minum, mereka mendengar suara di dalam ruangan ini. Alhasil mereka berdua memergoki kedua adiknya belum tidur. Padahal ini sudah pukul 1 malam.
"Aku menemani, Chaeyoung." Jawab Lisa membuat kedua kakaknya beralih melihat Chaeyoung yang kini menyengir lebar.
"Kau tidak perlu berusaha sekeras ini. Kau pasti memenangkan kontes besok." Jennie berujar memberi kalimat penenang. Kedua adiknya ini sama saja. Mereka hebat, tetapi selalu memforsir tubuh mereka terlalu berlebihan karena tidak percaya diri.
"Lihatlah, kau sudah pucat. Ayo pergi tidur." Ujar Jisoo menunjuk wajah Chaeyoung yang memang agak pucat.
Mata Lisa memicing. Dia sama sekali tak memperhatikannya, dan ternyata memang benar. Wajah kembarannya tidak secerah sebelum mereka memasuki ruang musik ini.
"Chaeng istirahatlah. Lagumu sudah sempurna. Bahkan aku sudah hapal dan bosan mendengarnya terus-menerus." Perkataan Lisa ini beda tipis antara memberi perhatian serta mendumal. Sebenarnya gadis itu agak kesal, beberapa hari ini dia selalu dipaksa melihat Chaeyoung latihan. Mau itu bersama Jungkook atau sendiri. Bahkan dia sampai membatalkan beberapa latihannya untuk menemani Chaeyoung yang mendadak manja.
"Baiklah," setelah mengatakan itu, Chaeyoung langsung ditarik Jisoo keluar dari ruang musik. Tampaknya mereka akan tidur bersama.
"Tidur bersama Unnie?" Lisa tersenyum kearah Jennie. Kakaknya satu ini benar-benar memberi dia ketenangan yang tak bisa didapan dari siapapun.
"Boleh,"
Langsung saja Jennie menggandeng tangan Lisa. Mereka memilih tidur di kamar Lisa, yang kini terdapat Leo di atas kasur milik Lisa.
"Ugh, maaf Leo. Tempatmu ku ambil dulu." Jennie mengangkat Leo. Memindahkan kucing gemuk itu ke tempat tidur kucing yang telah tersedia disana.
Lisa berbaring. Diikuti Jennie yang memeluk Lisa dari belakang. Mereka terdiam cukup lama. Bukan tidur, melainkan melamun dengan pikiran masing-masing.
Hingga usapan di dada atasnya, membuat Lisa tersadar. Dia menoleh sedikit ke arah Jennie, dan mendapati kakaknya itu tersenyum tipis. Senyum yang Lisa tau memiliki makna tersembunyi.
"Tidurlah," ujar Jennie lembut.
"Sepertinya aku akan kesiangan. Bangunkan aku besok, Unnie." Ujar Lisa mulai menutup matanya.
"Hm,"
.....
Jisoo memandang wajah damai adiknya yang ada dihadapannya. Chaeyoung tampaknya sangat lelah hingga langsung tertidur setelah menyentuh kasur.
Tangan putihnya terulur ke wajah sang adik. Menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Chaeyoung. Lalu mengusapnya pelan, tak ingin mengusik tidur Chaeyoung.
"Semua akan baik-baik saja. Pasti," ujar Jisoo lirih. Suaranya mengandung rasa ragu yang mendalam.
Tangannya kini beralih memegang pipi kirinya. Rasa perih yang ibunya berikan sudah tak terasa. Mungkin karena obat yang dioleskan ibunya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Ties ✔
FanfictionSeberapapun jarak yang akan menghalangi mereka, mereka tetaplah saudara sedarah. Ikatan darah tidak dapat dihalangi oleh badai sebesar apapun. "Maafkan aku." - Kim Jisoo/Jisoo Kim "Aku menyayangi kalian." - Kim Jennie/Jennie Kim "Aku iri." - Kim Cha...