Langkah kaki dengan balutan sepasang sneaker berwarna navy itu terasa berat. Berketuk pada lantai putih rumah sakit yang selalu bersih, juga dingin. Berpapasan dengan langkah kaki lainnya.
Ketika dia sampai di depan pintu ICU, dengan wajah murung duduk di salah satu kursi tunggu. Mengangkat tangan sebelah kirinya dan melihat liontin gelang berbentuk huruf "L" itu dengan sendu.
"Sudah lama... Jungkook?" Jungkook mendongak, melihat Bambam berdiri bersama seorang gadis yang Jungkook tahu itu adalah salah satu sahabat Lisa.
"Ani," jawab Jungkook singkat, lalu menyandarkan punggungnya pada dinding. Enggan berinteraksi terlalu banyak karena perasaan lelaki itu sedang kacau semenjak lebih dari 2 minggu.
"Masuklah, tidak ada yang menemaninya sekarang." Bambam menyuruh Eunha, dan gadis itu tanpa berkata apapun langsung memasuki ruang ICU. Meninggalkan dua pria yang dia tahu telah jatuh hati pada gadis yang sama. Gadis yang saat ini sedang berdebat dengan maut.
Bambam tersenyum tipis, duduk di samping Jungkook seraya terus memandangi wajah pria yang matanya kini terpejam itu.
"Kau tau? Aku rasanya sudah putus asa," ujar Bambam lirih, menelan saliva ketika mata Jungkook terbuka mendadak.
Melihat Jungkook hanya diam tanpa menanggapi ucapannya, Bambam berinisiatif melanjutkan kalimatnya. Tapi sebelum itu, dia membasahi bibirnya yang terasa amat kering. Padahal beberapa menit lalu dia baru saja meminum air.
"Paman Eunha adalah Dokter yang menangani Lisa. Saat itu, kami diberitahu...." Bambam meringis, mendongak saat air matanya berkumpul dan siap untuk terjun.
"Mwo?" tanya Jungkook penasaran, karena demi apapun setiap dia bertanya pada keluarga Lisa perihal keadaan gadis itu, semuanya menjawab "Semua akan baik-baik saja," termasuk sahabat sekaligus kembaran Lisa. Bukan Jungkook tidak percaya, tapi saat mereka mengatakan itu, sebuah sirat
kesakitan terpancar dari mata mereka. Terlebih Chaeyoung yang akan langsung menitihkan air mata setelah mengatakan itu.".... Kemungkinan besar, Lisa tidak akan bisa bangun lagi. Semuanya terasa mustahil,"
Air mata itu menetes, walau Bambam menahannya dengan sekuat tenaga. Hatinya terlalu lemah ketika mengingat keadaan sahabat terbaik yang sudah mengambil hatinya itu.
"Dan kau percaya?" tanya Jungkook dengan mata memerah. Berusaha mengelak dengan fakta yang Bambam jabarkan.
Bambam menggeleng, menatap Jungkook dengan pandangan bingung.
"Kau tau sendiri, tiga hari sekali dia selalu melakukan cuci darah. Apakah itu wajar? Dan ini sudah hampir 3 minggu, Jungkook-ssi."Jungkook tertawa hambar, namun tangan kanannya menggenggam erat liontin yang tergantung pada gelangnya. Menahan gemetar yang mulai menyerang.
"Kau seharusnya lebih mengenal Lisa, kan? Kau sudah mengenalnya 5 tahun, dan semudah itu kau melupakan jika Lisa adalah gadis yang luar biasa kuat?" ujar Jungkook dengan tatapan nyalang.
Bambam terhenyak, tidak menyangka jika Jungkook akan bicara hal seperti itu. Seketika dia menunduk, merutuki rasa keputus asaanya. Semua orang bahkan masih selalu optimis akan Lisa, namun kenapa dia menjadi lemah seperti ini?
Hingga kedua pria itu terdiam untuk beberapa waktu. Memikirkan hal yang bisa jadi sama. Tentang Lisa, tentang hubungan mereka yang sedikit rumit beberapa minggu lalu.
"Jungkook-ssi,"
"Hm?"
"Sekarang aku tidak peduli lagi, Lisa akan memerikan hatinya pada siapa. Selamanya, aku akan tetap menjadi sahabat setianya. Karena aku tidak mau, persahabatan yang sudah kami bangun bertahun-tahun hancur karena keegoisanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Ties ✔
FanfictionSeberapapun jarak yang akan menghalangi mereka, mereka tetaplah saudara sedarah. Ikatan darah tidak dapat dihalangi oleh badai sebesar apapun. "Maafkan aku." - Kim Jisoo/Jisoo Kim "Aku menyayangi kalian." - Kim Jennie/Jennie Kim "Aku iri." - Kim Cha...