Lisa meringis memegang dadanya. Nyeri itu semakin terasa, padahal Lisa hanya duduk diam di pinggir bukit bersama Jungkook. Tidak melakukan hal berat apapun.
"Ayo pulang," Lisa menoleh, berusaha menyembunyikan kesakitannya pda Jungkook.
"Kita sudah seharian penuh disini. Tampaknya sebentar lagi pagi," Jungkook melanjutkan kalimatnya. Memang mereka tidak melakukan apapun, tapi Lisa meminta Jungkook menemaninya di pinggir bukit itu sedari mereka sampai hingga menjelang pagi seperti ini. Hanya disana, memandang kumpulan pohon hijau yang terbentang.
"Mian, Jungkook. Tidak seharusnya aku mengajakmu pergi selama ini. Pasti orangtuamu mencarimu sekarang karena tidak bisa dihubungi." Ujar Lisa penuh dengan rasa bersalah.
"Ani. Mereka tak akan mencariku karena aku tinggal di apartemen sendiri."
Lisa mengerjit. Pantas saja Jungkook terlihat sangat mandiri.
"Ayo pulang. Wajahmu sudah sangat pucat." Jungkook menarik tangan Lisa. Memaksa gadis itu untuk ikut berdiri.
"Tanganmu dingin sekali," Jungkook panik, meniup berkali tangan kurus itu.
"Hentikan, ayo pulang." Lisa berjalan terlebih dahulu kearah mobil Jungkook yang parkir tidak terlalu jauh dari mereka. Memasuki mobil hitam itu dan meremas dadanya sebentar. Lisa sakit. Sangat sakit.
.....
Ruang keluarga itu masih sama hingga pagi kini menyapa. 5 orang dengan kantung mata yang sangat jelas karena tidak tidur semalaman. Memikirkan nasib bungsu Kim yang entah kemana.
Hingga dering ponsel Yonha mengalihkan perhatian mereka. Berharap itu adalah sebuah tanda baik tentang kabar Lisa.
"Ah, annyeong Chungsa."
Jisoo, Chaeyoung, dan Jennie menurunkan bahunya lesu karena ternyata yang menghubungi ayah mereka adalah Dokter Choi.
"Bagaimana? Apa Lisa sudah ada kabar?"
Yonha memijat pelipisnya kuat.
"Belum.""Yonha-ya, bagaimana ini? Aku khawatir kondisinya memburuk." Suara Dokter Choi benar-benar membuat Yonha semakin dilanda frustasi.
"Aku sudah menyewa agen profesional. Tapi sampai saat ini belum ada hasil apapun,"
"Setelah dia pulang, cepat bawa kesini. Kita harus secepatnya melakukan pengobatan."
"Arra." Sambungan telepon terputus dan membuat ruangan megah itu kembali hening. Menunggu kabar baik yang entah kapan datang.
.....
"Gomawo," Lisa turun dari mobil Jungkook dan langsung masuk ke dalam mansionnya. Tak sengaja bertemu Kris di pintu utama.
"Astaga, Lisa-ya. Kau dari mana saja?" Kris ingin menyentuh Lisa, namun gadis itu bergerak mundur.
"Mian, Oppa. Aku lelah." Lisa melengos begitu saja. Tapi Kris tahu, gadis itu sedang kesakitan. Terbukti dari wajahnya yang pucat serta kerutan di dahinya.
Hingga langkah Lisa sampai di ruang keluarga yang memang terletak di tengah mansion, membuat kelima orang disana merasakan senang bukan main.
"Lisa-ya!"
Lisa berhenti. Bukan karena panggilan Jennie, namun karena jantungnya seperti ditikam mendadak. Membuat tangan kurus itu meremas bagian dadanya.
Pandangan Lisa buram, telinganya berdengung hebat, dan dirinya ambruk begitu saja karena kakinya terasa mati rasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Ties ✔
FanfictionSeberapapun jarak yang akan menghalangi mereka, mereka tetaplah saudara sedarah. Ikatan darah tidak dapat dihalangi oleh badai sebesar apapun. "Maafkan aku." - Kim Jisoo/Jisoo Kim "Aku menyayangi kalian." - Kim Jennie/Jennie Kim "Aku iri." - Kim Cha...