Halaman rumah Eunha malam ini tampak ramai. Ditambah dekorasi yang menbuat halaman itu menjadi cantik. Udaranya juga tidak terlalu dingin, untungnya.
Lisa memilih duduk di bangku panjang. Memandang teman-teman dari dance clubnya dan orangtua Eunha yang sedang memanggang beberapa potong daging dan sosis.
"Aku tidak mengira kau akan memberiku kejutan." Eunha berdiri di depan Lisa, menyodorkan sekaleng soda dan langsung di terimanya.
Eunha duduk di samping Lisa. Ikut memandang apa yang semula ditatap Lisa.
"Aku masih kecewa."Lisa terkekeh hambar, lalu menundukkan kepalanya. Ada banyak pertimbangan dia ikut dalam acara kejutan untuk Eunha. Pasti sangat banyak pertanyaan tentang kenapa dia meninggalkan club dance begitu saja. Tapi jika Lisa tak ikut hadir, dia akan menyesal karena melewatkan acara sahabat terbaiknya ini.
"Apa kau melupakannya, Lisa-ya? Bahkan ini baru 5 tahun."
Merasa tidak nyaman dengan pembahasan Eunha, Lisa memilih merogoh tas selempangannya. Meraih sebuah kotak perhiasan mahal dan menyerahkannya untuk Eunha.
"Hadiah dariku,"
Eunha tak meraihnya, dan malah memandang Lisa sendu.
"Bisakah aku mendapatkan hadiah yang lain?""Kau tak suka? Kalau begitu bilang saja apa yang kau inginkan, nanti akan kubelikan." Lisa berujar dengan senyum lebarnya. Berusaha mengabaikan wajah Eunha yang semakin sendu.
"Kembalilah ke club dance."
Senyum Lisa memudar. Gadis itu merasa ada yang mecubit hatinya hingga terasa sakit disana. Ingin sekali Lisa mengiyakan ucapan Eunha. Tapi rasanya sangat sulit.
"Ambilah. Aku harus segera pulang." Lisa meletakkan kotak beludru itu ke pangkuan Eunha, setelahnya berlalu begitu saja tanpa pamit pada orang disana kecuali Eunha.
Pandangan Eunha teralih pada kaleng soda yang masih utuh tergeletak di bangku itu
"Bahkan kau tak meminum pemberianku.""Kenapa kau berubah, Lisa-ya?"
.....
Saat melihat Jisoo yang sedang duduk santai sambil menonton TV di ruang tengah mansion, Chaeyoung segera merebahkan tubuhnya dengan kepala di atas paha kakaknya. Rasanya begitu lelah karena harus mengerjakan tugas terlebih dahulu bersama teman-temannya.
"Lelah sekali," keluh Chaeyoung memejamkan mata.
"Lemah. Dulu bahkan Unnie kuliah sambil bekerja." Ujar Jisoo menyuapkan keripik kentang ke mulut adiknya.
"Kau terlalu ambisius, Unnie. Aku masih waras untuk mengikuti jejakmu." Ujar Chaeyoung setelah menelan kunyahan keripiknya.
"Jennie Unnie kemana?" tanya Chaeyoung heran. Biasanya Jennie selalu menempel pada Jisoo jika mereka sudah bersantai di rumah.
"Dia sedang lembur, Pamanmu itu berulah lagi. Membuat Jennie pusing saja." Gerutu Jisoo sambil memasukkan banyak keripik ke nulutnya.
"Mwoya? Penggelapan dana lagi?" tanya Chaeyoung heboh.
"Eoh," Jisoo kembali menyuapi Chaeyoung keripik kentang, lalu memfokuskan pada acara TV yang sedang berlangsung.
Uhukk
Chaeyoung tersedak tiba-tiba dan langsung mendudukkan dirinya. Jisoo dengan panik meraih segelas air di atas meja dan memberikannya pada Chaeyoung.
"Shh, dadaku sakit." Chaeyoung bersandar pada sofa. Mata gadis itu sangat merah.
"Lain kali jika makan, harus duduk." Gerutu Jisoo kesal namun tetap menyusap dada adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Ties ✔
FanfictionSeberapapun jarak yang akan menghalangi mereka, mereka tetaplah saudara sedarah. Ikatan darah tidak dapat dihalangi oleh badai sebesar apapun. "Maafkan aku." - Kim Jisoo/Jisoo Kim "Aku menyayangi kalian." - Kim Jennie/Jennie Kim "Aku iri." - Kim Cha...