3. Attend

33.2K 2.9K 113
                                    

Kegugupan melanda Lisa dan teman-temannya. Walaupun ini bukan pertama kalinya mengikuti kompetisi, tapi tetap saja rasa gugup itu selalu muncul. Ini hal yang wajar.

Lisa meremas kedua tangannya karena rasa gugup yang berlebihan. Bagaimana tidak, untuk pertama kalinya ketiga saudara Lisa menonton kompetisinya. Biasanya, hanya Jennie yang sesekali menonton. Sepertinya pertengkaran malam itu menghasilkan sesuatu yang cukup baik untuk Lisa dan saudara-saudaranya.

"Hey, Lisa-ya! Kenapa diam? Nama kita sudah dipanggil." Bambam menyadarkan Lisa dari lamunannya.

"Hah? Apa?" Kepanikan seketika menyergap Lisa. Demi apapun jantungnya saat ini ingin meloncat keluar.

"Let's to wish and high five." Yera selaku pelatih mereka berujar, dan langsung dituruti semua muridnya yang beranggotakan 9 orang itu.

"WE CAN DO IT!" Mereka bersorak sambil menyatukan tangan satu sama lain. Saling melempar senyum dan berjalan ke arah panggung.

Hal pertama yang Lisa lihat saat pertama kali menginjak panggung adalah penonton yang sangat ramai. Di barisan paling depan ada ketiga kakaknya dan kedua orangtuanya. Tunggu? Kedua orangtuanya?

Lisa mengerjabkan matanya berkali-kali. Sulit percaya dengan apa yang dia lihat. Hingga musik yang mulai berputar membuat gadis itu mau tak mau mengganti fokusnya.

Enam menit berlangsung, dan saat mereka melakukan gerakan akhir semua bertepuk tangan. Menandakan jika dance yang mereka suguhkan menarik perhatian.

Dengan napas yang terengah, mereka melempar senyum dan melakukan bow untuk mengakhiri penampilan mereka.

"Berikan aku minum!" Bambam berseru dengan heboh. Membuat asisten pelatih mereka melemparkan sebotol air putih padanya. Rasa gugup nyatanya membuat mereka berkali-kali lebih lelah dibandingkan latihan biasa.

"Benarkan apa kataku?" Yera memandang Lisa saat gadis itu baru saja memasuki backstage.

"Aku hanya tidak bisa percaya. Ini seperti mimpi," Lisa berujar dengan senyum tipis diwajahnya.

"Kau tau, di luar banyak sekali wartawan." Ujar asisten pelatih mereka seraya menyodorkan sebotol air pada Lisa. Dan Lisa dengan senang hati menerimanya.

"Bukankah sudah biasa?" tanya Ten heran. Memang jika mereka melakukan kompetisi, pasti ada saja wartawan yang mengikuti. Alasannya tentu saja Lisa. Anak konglomerat yang sudah di kenal publik.

"Tapi kali ini lebih banyak."

Ten ngedikkan bahu.
"Mungkin karena ada orangtua dan kakak Lisa."

Semua mengangguki ucapan Ten. Semetara Lisa benar-benar tak peduli dengan wartawan-wartawan itu. Senyumnya masih merekah mengingat kakak-kakak dan orangtuanya ada disini.

.....

Lisa memandang piala kemenangannya sedari tadi. Teman-temannya tidak ada yang mau membawa piala itu, sehingga mengharuskan Lisa si ketua club dance untuk membawanya dan memajangnya bersama piala lain di dalam kamarnya. Selalu saja seperti ini, entah apa alasannya mereka tidak mau membawa piala itu pulang.

"Kau memenangkannya lagi, selamat!" Jennie datang ke backstage bersama Chaeyoung dan Jisoo. Menghampiri adiknya yang sedang memutar-mutar piala yang didapat.

"Gomawo, Unnie." Ujar Lisa tersenyum.

"Ayo pulang, Appa dan Eomma sudah pulang terlebih dahulu. Mereka menyiapkan makan malam." Ajak Jisoo kenapa adik-adiknya.

"Tumben sekali," gumang Lisa terhera.

"Sebelum pulang, ayo ambil gambar!" Jisoo berseru gembira, membuat Lisa menatap Jennie dan Chaeyoung bergantian. Tidak biasanya Jisoo yang pendiam bertingkah seperti itu.

Blood Ties ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang