Eunha berjalan sempoyongan melewati koridor rumah sakit itu. Menahan tangisnya yang sudah ingin keluar bahkan ketika Dokter Choi sedang bicara padanya tadi.
"Jangan memaksa Lisa untuk menari lagi."
"Lisa? Kau kenal Lisa, Paman?"
"Dia pasien Paman."
Gadis itu terduduk lemas di salah satu bangku lorong itu. Wajahnya yang penuh dengan tekanan membuat orang yang melewatinya sedikit khawatir.
"Paman, kau ini bicara apa?"
"Dia punya penyakit jantung. Kau harus tau,"
Ucapan Paman Eunha masih sangat jelas di ingatannya. Membuat gadis itu tak bisa lagi menahan tangisnya dan memukul dadanya yang terasa sangat sesak.
"Wae? Kenapa kau tidak pernah bicara padaku, Lisa-ya?" suara Eunha sangat lirih hingga hanya dirinya sendiri yang mendengar gumangan itu.
"Maka dari itu, jangan paksa Lisa lagi. Jika dia menari lagi, kau akan kehilangan sahabatmu itu."
Eunha terisak. Merasa tak terima dengan kenyataan yang baru saja dia dengar. Lisa. Gadis kuat itu tidak mungkin memiliki penyakit yang sangat mengerikan.
Selama 5 tahun bersahabat, Eunha tidak pernah melihat setitik rasa lelah di wajah Lisa. Gadis itu terlalu ambisius hingga menutupi celah terlemahnya. Bahkan Eunha pun tidak menduganya sama sekali.
Dulu, Eunha tidak pernah berpikir akan berteman dengan Lisa. Gadis dengan wajah bak boneka yang menjadi populer sejak menjadi anak baru di sekolahnya.
Tapi sayang dia pendiam. Tidak pandai berkomunikasi maupun bersosialisasi. Bahkan dulu yang Eunha tahu setiap ada tugas kelompok, Lisa selalu mengerjakannya sendiri. Padahal banyak yang menawarkan untuk bergabung.
Hingga suatu hari, Eunha mendapati gadis itu menangis di pojok koridor yang sepi.
"Hei, kenapa menangis?"
Saat itu Eunha bisa melihat keterkejutan di mata Lisa. Mata bulat yang menjadi kesukaan Eunha sejak pertama kali melihatnya.
"Aku... Hanya tidak tau menjalani hidup dengan benar."
"Mau kuberi tau?"
"Apa?"
"Ayo berdiri."
Eunha dengan ketulusannya mengulurkan tangan pada Lisa. Dan Eunha sempat melihat keraguan di mata gadis itu, tapi tak bertahan lama karena Lisa segera meraih telapak tangannya.
"Kau punya impian?"
"Ani."
Lisa adalah orang yang aneh. Itu adalah kesan pertama Eunha bertemu dengannya. Gadis berkulit pucat, berekspresi datar, dan kalimatnya selalu aneh di telinga Eunha.
"Jeongmal? Kita sama."
"Oh."
"Bagaimana jika kita mencari impian kita bersama? Impianmu akan menjadi impianku? Bagaimana?"
"Aku--"
"Eoh, lihatlah! Sunbae dari club dance sedang perform!"
Waktu itu Eunha menarik tangan Lisa untuk mengikutinya ke lapangan sekolah. Dimana musik menggema keras dan beberapa murid terlihat meliuk-liukkan badannya. Membuat Lisa untuk pertama kalinya terpana.
"Hei, bagaimana jika menari?"
.....
Lisa merebahkan tubuhnya ke atas ranjang dengan Leo di pelukannya. Sungguh gadis itu rindu kamarnya yang sudah tiga hari tidak dijamah. Terlebih pada kucing gemuk di pelukannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Ties ✔
FanfictionSeberapapun jarak yang akan menghalangi mereka, mereka tetaplah saudara sedarah. Ikatan darah tidak dapat dihalangi oleh badai sebesar apapun. "Maafkan aku." - Kim Jisoo/Jisoo Kim "Aku menyayangi kalian." - Kim Jennie/Jennie Kim "Aku iri." - Kim Cha...