Dua minggu berlalu sangat cepat. Dan besok adalah hari dimana kompetisi yang akan diikuti Lisa dan Chaeyoung digelar. Cukup menegangkan, karena mereka berdua berlatih dengan keterbatasan. Lisa sadar, mereka tidak akan bisa tampil sangat baik seperti peserta lain karena latihan mereka dibatasi. Tentu oleh kedua kakak mereka. Dan Lisa tentu menyalahkan dirinya.
Malam ini, Lisa tersenyum melihat Chaeyoung yang sedang bernyanyi serta melikak-likukan badannya mengikuti irama. Sedangkan Lisa sendiri, memilih duduk di sofa ruang dance karena sedari tadi mulut Jisoo maupun Jennie tidak berhenti mengoceh untuk menyuruhnya berhenti.
"Unnie, kau tidak ke kamar?" tanya Lisa setelah Chaeyoung menyelesaikan latihannya. Tentu pertanyaan itu dilemparkan untuk Jisoo, karena dia cukup kasihan melihat sang kakak sulung terkantuk di sampingnya.
"Ani. Aku tidak mau kecolongan lagi," Jisoo memaksakan diri untuk membuka matanya lebar-lebar, lalu menyeruput kopi hitam yang mulai mendingin.
Lisa menggerutu dalam hati. Bahasa Jisoo terlalu berlebihan menurutnya. Kemarin, dia hanya kembali sedikit berlatih setelah Jisoo dan Jennie beranjak tidur.
"Jisoo Unnie benar. Kau tidak bisa dipercaya," Jennie mendukung sang kakak. Sedikit sebal karna dia kira, kemarin setelah dia meninggalkan Lisa sendiri di ruang dance, adiknya itu akan pergi ke kamar. Namun nyatanya hingga jam 2 pagi Lisa terus berlatih. Sendirian, karena Chaeyoung sudah tertidur lebih dulu.
Hanya bisa menghela napas, karena Lisa merasa sudah kalah. Kedua kakaknya akhir-akhir ini sangat cerewet dan sulit di bantah. Padahal Lisa tidak sengaja melakukan kesalahan.
"Kau tidak merasa sakit kan?" tanya Chaeyoung memastikan. Dia cukup khawatir karena dia juga ikut ceroboh tadi malam, yang membiarkan Lisa sendiri di ruang dance.
"Ani. Aku sangat baik," Lisa menyengir lebar, membuat Jisoo yang melihat hanya mendesis tak suka. Adiknya itu memang suka membual perihal kesehatannya sendiri. Dan Jisoo amat tak suka.
"Beri aku dan Chaeyoung dukungan yang meriah, besok. Kalian sudah membuatku sebal hari ini."
Jisoo dan Jennie tentu saja terbengong kaget. Hei, bukankah Lisa yang sudah membuat mereka kesal? Tetapi kenapa adiknya itu mengatakan yang sebaiknya?
.....
Tangan kurus itu melepas topi baret putihnya dari kepala. Bersandar pada dinding bilik kamar mandi karena tubuhnya terasa lemas bukan main. Ini belum dimulai, tetapi tubuh Lisa sudah sangat berkeringat dan kelelahan.
"Lisa-ya, kumohon jangan seperti ini. Kau bisa diandalkan, eoh?" Lisa bergumang pada dirinya sendiri. Menahan gejolak tak nyaman pada degub jantungnya.
Setelah menelan dua butir obat pereda rasa sakit, Lisa berusaha mengatur napasnya yang berantakan. Mengusap keringatnya dengan tissue toilet, lalu keluar dari bilik kamar mandi dengan mimik wajah seolah dia tak merasakan sakit apapun.
"Kau dari mana saja?"
Sesampainya di belakang panggung, Lisa sudah mendapati wajah Chaeyoung yang ditekuk. Apakah dia terlalu lama di dalam toilet?
"Giliran kita setelah ini, kau tau?" mendengar ucapan Chaeyoung, mata Lisa melebar. Benar, dia sudah terlalu lama berada di toilet.
"Jeongmal? Bagaimana ini? Kita belum melakukan pemanasan," Lisa seketika panik, membuat Chaeyoung tidak punya pilihan lain selain memeluk saudari kembarnya.
"Hei, tenanglah." Chaeyoung berujar lembut seraya mengusap punggung Lisa.
"Nomor 31, silahkan naik ke atas panggung!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Ties ✔
FanfictionSeberapapun jarak yang akan menghalangi mereka, mereka tetaplah saudara sedarah. Ikatan darah tidak dapat dihalangi oleh badai sebesar apapun. "Maafkan aku." - Kim Jisoo/Jisoo Kim "Aku menyayangi kalian." - Kim Jennie/Jennie Kim "Aku iri." - Kim Cha...