"Kau yakin tidak ingin ke rumah sakit?" Yonha sekali lagi memastikan kemauan anaknya. Semula dia memang mengajak Chaeyoung untuk ke rumah sakit, tapi Chaeyoung menolak dengan keras.
"Aniyo. Aku sudah tidak apa-apa. Lagipula hanya kurang darah." Jawab Chaeyoung sambil menyandarkan kepalanya di jendela mobil. Kali ini dia pulang bersama orang tuanya. Lisa menghilang setelah tampil dan Chaeyoung tak tahu kemana perginya dia.
"Appa dan Eomma tau Lisa dimana?" tanya Chaeyoung memandang Hanna yang ada di sampingnya lalu bergantian kearah Yonha yang ada di samping supir.
"Eoh, tadi dia mengabari eonnie mu kalau dia ada urusan dengan club dancenya."
Chaeyoung mengangguk paham. Ada rasa bersalah karena telah memaksa Lisa menggantikannya untuk kompetisi menyanyi tadi. Pasti adiknya itu kelelahan.
"Tidurlah. Nanti Appa akan menelfon Dokter Choi untuk memeriksamu."
.....
Siang itu, Lisa dan Chaeyoung keluar dari kamar bersamaan. Letak kamar mereka yang bersebelahan, membuat Chaeyoung lamgsung melihat Lisa. Tapi tidak dengan Lisa, dia terlalu sibuk memeriksa isi tasnya.
"Kau ada jam kuliah?" tanya Chaeyoung mendekat.
"Eoh," jawab Lisa singkat. Entah apa yang dicarinya hingga gadis berponi itu terlalu fokus.
"Sampai jam berapa?" tanya Chaeyoung lagi.
"Mungkin aku pulang malam. Ada latihan dance hari ini." Lisa mendongak setelah menemukan apa yang dia cari. Ternyata sebuah flashdisk.
"Kau kemana kemarin?" Wah, Lisa harus menyarankan Chaeyoung pindah jurusan. Sepertinya dia berbakat menjadi reporter karena selalu bertanya.
"Aku sudah memberitahu eonni. Sepertinya kau sudah tau," ucap Lisa sambil tersenyum.
Chaeyoung menghela napas, lalu menarik adik kembarnya ke dalam dekapan. Membuat Lisa terheran.
"Gomawo, berkatmu kampus kita menang. Dan kabar baiknya club musik tidak akan ditutup."
Lisa membalas pelukan Chaeyoung dengan senyuman. Tidak menyangka jika dia dan Jungkook bisa memenangkan kompetisi itu tanpa persiapan apapun.
"Aku ikut bahagia," Lisa melepaskan pelukannya, mengusap pipi Chaeyoung sebentar.
"Istirahatlah. Kau masih sakit. Aku harus berangkat sekarang,"
Chaeyoung mengangguk, dia tersenyum hingga Lisa berjalan meninggalkannya sendirian. Lalu senyum itu memudar ketika dia memandang telapak tangannya sendiri.
"Apakah pendingin dikamarnya mati? Kenapa dia berkeringat?" ujar Chaeyoung heran, karena tanpa disengaja dia menyentuh keringat Lisa yang tidak bisa dibilang sedikit.
.....
Jisoo menandatangani satu persatu berkas yang ada di mejanya dengan tak sabaran. Tangannya sudah benar-benar lelah, tapi selalu saja ada berkas lain yang datang ketika tumpukan berkas sebelumnya selesai.
"Woah, sepertinya pekerjaanmu banyak sekali." Jennie datang dengan hebohnya. Membuat raut wajah Jisoo semakin kesal mendengar nada ejekan adiknya itu.
"Kau membawa makanan?" tanya Jisoo dengan membanting pulpennya asal.
"Aku adik yang pengertian. Tak mungkin jika tidak membawa apapun kesini," Jennie membuka kotak makanan yang dia bawa, lalu menyodorkannya kearah Jisoo.
"Yak! Kau pikir aku kambing! Kenapa daun semua!" Jennie meringis seraya menjauhkan kotak makannya yang berisi salad sayur.
"Kau sudah terlalu sering makan junkfood. Aku tidak mau kau sakit," ujar Jennie menyengir lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Ties ✔
FanfictionSeberapapun jarak yang akan menghalangi mereka, mereka tetaplah saudara sedarah. Ikatan darah tidak dapat dihalangi oleh badai sebesar apapun. "Maafkan aku." - Kim Jisoo/Jisoo Kim "Aku menyayangi kalian." - Kim Jennie/Jennie Kim "Aku iri." - Kim Cha...