BAB 2

14.8K 497 1
                                    


Linggar berjalan menuju lobby, ia tahu bahwa kantor ini adalah kantor abang iparnya Tibra. Linggar menempelkan ponsel di telinga kirinya. Ia menunggu Dian mengangkat ponselnya. Sedetik kemudian sambungan terangkat.

"Iya Ling,"

"Gue udah di kantor lo," ucap Linggar.

"Kan gue udah bilang, gue masih kerja gimana sih lo,"

"Ya, minta ijin keluar bentar lah, kalau ke sorean enggak bisa, gue mau persiapan ngevlog,"

"Atasan gue galak tau, enggak bisa,"

"Lo bagian apa sih," ucap Linggar penasaran.

"Gue sekretaris,"

"Owh sekretaris," Linggar lalu menekan tombol merah pada layar. Mematikan sambungan ponselnya.

Linggar terus berjalan menuju salah satu ruangan yang ia hafal betul di mana letak ruangan itu. Ia tahu yang di maksud Dian atasannya yang galak itu adalah Tibra. Linggar mamadang pintu berbahan kaca, dan membuka hendel pintu.

Linggar memandang seorang wanita, yang berjalan mendekati arah pintu. Wanita berparas cantik itu menghentikan langkahnya, dan mungkin terkejut atas kehadiran dirinya.

Dian tadi sempat ingin memarahi orang yang masuk tanpa di undang itu. Ia tidak percaya bahwa yang ada di hadapannya adalah Linggar. Terlebih anak ABG itu masih berseragam perawat kebanggaanya. Dian dengan cepat menghampiri Linggar, yang masuk seenaknya udelnya.

"Lo kok bisa tau ruangan gue," ucap Dian, pelan nyaris berbisik.

Masalahnya di dalam ada Tibra atasannya. Tibra bisa marah besar, Ia tidak ingin di pecat hanya gara-gara bocah satu ini

"Tau dong, gue udah pernah berapa kali ke sini," ucap Linggar santai.

Dian mengerutkan dahi, "Ngapain lo ke sini,"

"Ngantarin makanan sama atasan lo, soalnya waktu itu bekal makananya ketinggalan gitu deh,"

Dian lalu berpikir cepat dan ia menepuk jidatnya. Ia pernah membayangkan sebelumnya bahwa wajah Linggar, mirip dengan Hanum.

"Jangan bilang kalau lo adiknya Hanum," ucap Dian.

"Lo kenal kakak gue,"

"Kenal dong, dulu kan kerja di sini," ucap Dian.

Tibra mendengar percakapan dua orang wanita di sana, ia lalu keluar dari ruangannya, ia ingin tahu siapa tamu yang datang tidak di undang itu. Alis Tibra terangkat, memandang adik iparnya di sana.

"Linggar," ucap Tibra.

"Eh mas," ucap Linggar kikuk.

"Tumben bener kamu datang ke sini," ucap Tibra, ia memperhatikan penampilan Linggar, yang masih berseragam putih, ia yakin bahwa adik iparnya itu tidak pulang ke apartement.

"Dian temen aku mas," ucap Linggar.

"Owh, jadi kalian temenan,"

"Udah lama mas, aku temenan sama Dian. Aku baru tahu, bahwa Dian ternyata kerja sama mas,"

"Ya, terus kenapa kalau Dian teman kamu," Tibra melipat tangannya di dada, ia tahu bahwa sang adik ipar pasti akan membuat ulah lagi.

Linggar mendekati Tibra, memasang wajah memelas, "Mas, aku pinjam Dian ya,"

"Pinjam kemana?" Tanya Tibra.

"Pinjam mau ngajak ke mall," ucap Dian jujur.

"Sorean kan bisa, ini masih siang juga," ucap Tibra, ia melirik jam melingkar di tangannya menunjukkan pukul 13.12 menit.

CINTA SELEBGRAM DAN TUAN CEO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang