BAB 42

3.3K 89 0
                                    

"Sena Calling"

Darka menggeser tombol hijau pada layar. Ia menaruh ponsel itu di telinga kirinya.

"Iya, sayang," ucap Darka.

"Kamu ada di mana?" Tanya Sena.

"Aku di jalan, kamu sudah pulang dari Bali?" Tanya Darka, ia menghentikan mesin mobil, karena lampu merah menyala.

"Iya sudah, aku ingin bertemu dengan kamu," ucap Sena.

"Kamu ada di mana sakarang," ucap Darka.

"Aku ada di depan lobby hotel,"

"Tunggulah di sana, aku sebenta lagi sampai" ucap Darka, ia melanjutkan perjalananya lagi karena lampu hijau menyala.

Darka mengusap tengkuknya, menghilangkan rasa kecewa pada dirinya. Memendam perasaan sakit hati seperti ini membuatnya sulit berpikir jernih. Melepas Linggar di pelukkan laki-laki lain bukanlah perkara mudah. Ia sungguh masih tidak rela Linggar jatuh pada laki-laki lain.

Perasaan sakit seakan tersiksa, mendengar pernyataan bahwa Radit telah melamar Linggar sedemikian cepat. Ia bahkan sulit percaya bahwa Radit mengatakan Linggar calon istrinya. Dirinya lah yang seharusnya di posisi itu. Ingin sekali is membunuh laki-laki itu.

"Brengsek !," Darka memukul setir mobil, menahan geram.

Ia tahu bahwa pada dasarnya laki-laki dewasa seperti dirinya menahan derita. Sungguh hatinya sakit, mendengar Linggar memilih Radit. Betapa tersiksa melihat wanita yang ia cintai, bersama laki-laki lain. Walaupun ia tahu bahwa dirinya telah bersama Sena. Sena dan Linggar jelas dua wanita yang berbeda.

Entahlah ia sulit sekali untuk berpikir jernih dalam keadaan seperti ini. Oh Tidak, ia masih tidak rela, melepas Linggar. Hubungan dirinya dan Linggar memang rumit. Secara personal dari awal hubungannya, dan Linggar memang begitu banyak halangan. Orang tua dirinya tidak begitu menyukai Linggar, karena alasan status sosial. Di satu sisi, ia tidak bisa mengabaikan orang tua, yang telah menyayanginya.

"Sial !"

Darka memejit kepalanya, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia menarik nafas, dan menghentikan mobilnya tepat di depan lobby hotel. Ia memandang Sena di sana. Wanita itu mengenakan jaket berwana merah.

Darka membuka kaca jendela, ia memandang Sena berjalan mendekatinya. Iris mata itu membengkak, ia tahu wanita itu habis menangis. Ia sungguh tidak kuasa melihat mata sendu. Darka tahu wanita itu pasti sedih melihat kenyataan bahwa dirinya masih mencintai Linggar. Wanita ini, pasti menonton acara talk show yang berlangsung satu jam.

Ia sudah membuat kekasih barunya ini sedih, meratapi penyesalan karena telah menerimanya. Ia memang berengsek, yang tidak tahu cara menghargai seorang wanita yang mencintainya dengan tulus. Ia tidak tega melihat iris mata itu. Ia tahu wanita cantik ini akan membahas prihal hubungan tentang dirinya.

Jujur saat ini hatinya juga begitu emosi dan terluka. Rasa sakit dan kecewa yang dialaminya semakin mendalam. Setelah menatap Sena, hatinya seakan sesak bahkan sulit bernafa.

Darka membuka hendel pintu, dan lalu berjalan mendekati Sena. Sena membalas tatapannya, tatapan seakan mengatakan bahwa kita akhiri saja hubungan ini.

Jelas saja ia tidak bisa, karena keegoisannyalah ia seperti ini. Oh Tuhan, ia telah menyakiti hati wanita cantik ini. Ia tidak bisa mengungkapkan kata-kata lagi.

Ia lalu merengkuh tubuh ramping itu ke dalam pelukkanya. Bagaimanapun wanita ini telah menjadikannya laki-laki terbaik dalam hidupnya. Ia tahu ketulusan wanita ini mampu meluluhkan hatinya.

CINTA SELEBGRAM DAN TUAN CEO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang