BAB 23

4K 134 0
                                    

Sex After Dinner,"

Linggar menghentikan langkahnya dan memandang Radit cukup serius. Ini sudah kesekian kalinya Radit mengajaknya tidur bersama. Kata-kata itu membuatnya merinding. Ia menelan ludah, karena rasa ketertarikan itu cukup besar atas bujukkan itu.

"Apa alasan mas untuk tidur dengan aku?" Tanya Linggar.

"Memiliki kamu," ucap Radit tenang, ia menarik pinggang Linggar merapat ke tubuhnya.

Linggar hanya diam, ia memegang dada bidang Radit. Ia kembali menelan ludah, memandang iris mata tajam itu.

"Linggar,"

"Hemmm,"

"Sebenarnya mas paling tidak suka membahas masa lalu, bahkan hubungan dengan mantan mas terdahulu. Rasional saja, mas bukan laki-laki suci, bukan laki-laki munafik yang tidak tertarik wanita seperti kamu. Jujur mas sudah sering tidur dengan mantan-mantan mas sebelumnya,"

Jantung Linggar berdegup kencang, mendengar penuturan laki-laki dewasa di hadapannya ini. Oh Tuhan, pantas saja laki-laki begitu profesional dalam memanjakan wanita. Ternyata dia memilki segudang pengalaman membuat wanita itu nyaman, masuk ke dalam perangkapnya. Ia tidak tahu apakah ia menjadi salah satu wanita yang masuk ke dalam perangkapnya atau tidak. Ia bahkan tidak tahu siapa mantan laki-laki ini, karena ia baru saja mengenalnya.

Ia bahkan sudah memberi akses kepada laki-laki ini untuk menyentuhnya, mencumbunya. Ia sama sekali tidak menolak atas tindak kan laki-laki di awal pertemuannya. Entahlah ia terlalu bodoh atau terangsang, atas semua ucapan laki-laki ini sehingga ia terbuai begitu saja.

"Mas ingin memiliki kamu,"

Sekarang laki-laki itu memintanya lagi. Permintaan itu tanpa paksaan, tapi ada perasaan penasaran yang ingin ia coba. Ia tidak tahu mungkin ini efek wine yang di teguknya atau tidak. Ia mengalungkan tangannya di leher Radit, dan mengangguk.

"Ceritakan apa yang mas pikirkan terhadap aku," ucap Linggar.

"Begini, semakin menarik seorang wanita, semakin liar fantasi laki-laki terhadap seks. Kamu adalah wanita yang menarik itu,"

"Mas akan memberi tahu kamu, sebagai laki-laki dewasa. Laki-laki normal seperti mas, memiliki fantasi tentang seks, termasuk laki-laki baik tanpa terkecuali. Namun ini bukan ancaman seperti yang kamu pikirkan, justru sikap ini menuntut laki-laki tidak melepaskan kamu,"

"Ada perasaan yang tidak cukup kuat, misalnya status hubungan yang tidak jelas, ia mendapatkan seks kepada wanita tersebut, maka itu akan timbul rasa bosan, dan ingin segera wanita itu pergi dari nya, walau sepuas apapun itu. Tapi tidak dengan perasaan sayang, komitmen yang jelas, maka akan selalu ingin "cuddling" ,"

Radit mengelus rambut Linggar, "Ketahuilah, manusia itu mahluk seksual, dengan seks mereka akan senang. Seks juga dapat membangun hubungan yang lebih baik. Hubungan seks membuat mas merasa dicintai, diakui, dan diperhatikan. Membuat suatu hal yang tidak bisa di singkirkan dalam hidup mas,"

"Seks suatu cara mendapatkan keintiman emosi sebagai pasangan. Inilah tentang seks, mas berpikir terbuka terhadap kamu. Karena kamu adalah wanita yang mas inginkan,"

Linggar terpana apa yang di ucapkan Radit. Laki-laki ini menceritakan seks seperti suatu metode pembelajaran yang harus ia pahami, tentang seorang laki-laki selama ini. Tidak luput juga percakapan Liam yang terang-terangan membicarakan seks, begitu juga dengan Darka kekasihnya, semua memikirkan hal yang sama. Andai Darka bisa menjelaskan seperti Radit, mungkin ia sudah lama tidur dengan laki-laki itu. Ia lebih suka dengan cara pandangan terbuka seperti ini, tanpa malu untuk menjelaskannya.

Penjelasan Radit terasa benar. Ia tahu bahwa laki-laki cerdas dapat berpikir rasional dan nyata. Ia seperti belajar memahami cara pandangan laki-laki terhadap seks. Linggar mengelus rahang Radit secara perlahan.

"Apakah kita harus melakukan seks?" Tanya Linggar.

Radit menangkup wajah cantik Linggar, "Mas tidak memaksa kamu untuk melakukannya,"

Linggar terdiam sesaat, memandang iris mata Radit. Laki-laki tanpa keraguan sedikitpun dan masih menunggu jawabannya. Entah ada dorongan apa ia lalu mengangguk.

"Ya, lakukanlah,"

"Apakah kamu yakin,"

"Sebenarnya tidak terlalu yakin, tapi rasa penasaran itu semakin besar, ketika mas menjelaskannya tadi,"

Alis Radit terangkat, mengusap rambut Linggar secara perlahan, "Jadi,"

"Ya,"

*************




Ia bahagia kini Linggar berada di pelukkannya. Ia mengecup puncak kepala itu secara perlahan.

"Kamu milik mas," bisik Radit pelan.

Tidak ada yang lebih bahagia memiliki wanita ini. Ia sudah menduga cepat atau lambat wanita ini menjadi miliknya. Sekarang ia memiliki seutuhnya. Ia memeluk tubuh ramping itu. Rasanya begitu nyaman dan tidak ingin lepas. Linggar membalas tatapannya, mata itu begitu teduh.

Wanita ini sudah memutuskan untuk berhubungan dengan dirinya. Secara langsung ia mengambil kendali seluruh emosional yang di miliki wanita ini. Wanita ini akan terikat dengan dirinya. Kenikmatan ini akan di bayar dengan tanggung jawab yang besar, hingga akhirnya akan memutuskan komitmen.

"Apakah mas menyakiti kamu,"

Linggar menarik nafas, ia tersenyum, "sedikit,"

"Nanti kamu akan terbiasa, maaf kan mas sudah menyakiti kamu,"

"Enggak apa-apa mas,"

"Mas," ucap Linggar.

"Ya, sayang,"

"Aku mau pulang," ucap Linggar.

Radit melirik jam menggantung di dinding, menunjukkan pukul 22.30 menit. Radit merenggangkan ototnya, ia sebenarnya ngantuk dan ingin tertidur sambil memeluk tubuh ramping ini. Tapi ia mencoba menahannya, hingga wanitanya nyaman berada di pelukkannya.

"Kamu enggak tidur di sini,"

"Enggak mas, ada yang harus aku urus besok," ucap Linggar.

"Apakah mas boleh tahu, apa yang harus kamu urus," tanya Radit.

"Mas enggak perlu tahu, karena ini masalah pribadi aku,"

Radit menangkup wajah cantik itu, memandangnya dengan intens,

"Apakah ini masalah ini nyangkut tentang masalah kekasih kamu?"

"Mas tahu aku memiliki kekasih," tanya Linggar tidak percaya, padahal ia belum menceritakan apapun tentang hubungannya dengan laki-laki dewasa ini.

"Ya, mas sudah tahu. Karena di Bali kemarin mas melihat kamu,"

Linggar menyandarkan punggungnya di sisi tempat tidur, "Jika mas sudah tahu aku punya kekasih, kenapa mas masih ngejar aku,"

"Dengar kan mas, kamu itu bukan wanita bersuami. Toh, mas tidak merusak rumah tangga kamu. Untuk apa mas mempermasalahkan tentang hubungan kalian. Bagi mas kamu bisa di miliki siapa saja,"

"Tapi mas,"

"Kamu sudah menyerahkan semuanya kepada mas. Ini merupakan tanggung jawab besar bagi mas. Cepat atau lambat mas akan segera menikahi kamu,"

"Satu hal lagi yang kamu tahu. Mas tahu atas konsekuensi yang mas lakukan terhadap kamu. Walau akan terjadi pertumpahan darah, antara mas dan kekasihmu itu,"

Radit membuka bed cover menegakkan tubuhnya, lalu menoleh ke arah Linggar. Wanitanya masih di posisi yang sama,

"Putuskan saja kekasihmu itu,"

Sementara Linggar tidak sempat untuk menjelaskan apapun terhadap laki-laki dewasa itu. Karena tubuh itu sudah menghilang di balik pintu.

**********

CINTA SELEBGRAM DAN TUAN CEO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang