BAB 18

4.6K 161 1
                                    

Sepanjang perjalanan pulang Linggar dan Radit hanya diam. Tidak ada yang berani memulai percakapan. Radit menghidupkan music pada audio. Agar tidak terlalu sunyi, lagu Westlife, Beautiful in White mengalun lembut. Ia tidak tahu sejak kapan ia mengoleksi lagu wedding ini. Padahal sebelumnya ia tidak pernah mengoleksi ataupun menyimpannya.

Radit melirik Linggar, wanita cantik itu hanya diam, memandang ke arah jendela. Radit tahu, ini terlalu capat ia melakukan aksi ciumannya kepada seorang wanita. Ia melakukan itu hanya mengikuti insting sebagai laki-laki dewasa.

Ia tahu wanita itu terlihat cemas, yang baru beberapa jam ia lakukan, terlebih wanita itu memiliki kekasih. Mungkin wanita itu merasa bersalah, sehingga tidak bisa berkata-kata.

Pada dasarnya laki-laki seperti dirinya melihat, berdasarkan daya tarik seseorang. Terlebih ia laki-laki dewasa yang sangat peka terhadap keindahan dan kecantikan wanita. Ia tidak peduli sebarapa kuat hubungan wanita itu dengan pesanganya. Namun naluri ia sebagai laki-laki, bahwa Linggar merupakan wanita potensial untuk dirinya.

Setiap laki-laki memiliki sisi pribadi, dan punya nurani, karena mengusik hubungan itu. Mungkin awalnya ia tidak berniat, namun ia juga berpikir. Toh, ia bukan menghancurkan keharmonisan rumah tangga Linggar. Terbukalah, bahwa Linggar bukan wanita berumah tangga yang harus ia sesalkan. Linggar masih bisa dimilik siapa saja, sebelum ikrar suci diucapkan di hadapan Tuhan.

Radit menghentikan mesin mobil, dan membuka sabuk pengaman. Ia melirik Linggar, wanita cantik itu membalas tatapannya.

"Linggar," ucap Radit tenang.

"Ya, mas,"

"Ada yang harus mas kasih tahu kepada kamu," ucap Radit.

Linggar memandang iris mata Radit, jujur jantungnya masih meraton, katika laki-laki berucap. Ia ingin mendengar apa yang akan di ucapkan laki-laki itu, setelah aksi ciuman dahsyatnya.

"Mas, laki-laki dewasa, yang lebih banyak menggunakan logika dari pada perasaan. Di usia mas yang tidak muda ini, bukanlah saatnya untuk bermain-main dalam menjalani hubungan,"

"Apakah kamu tahu, sebab rasa cinta dan kekaguman akan muncul ketika di ajak kerja sama. Tanpa banyak konflik dan rasa nyaman, dalam hubungan. Itu sudah cukup,"

"Jujurlah dengan hati kamu, bahwa kesalahan yang kamu lakukan, merupakan solusi hidup kamu selama ini,"

Kata-kata itu seakan menusuk dalam hati. Ia membenarkan apa yang di ucapkan laki-laki dewasa ini. Tanpa banyak konflik dalam sebuah hubungan merupakan solusi terbaik. Semuanya benar, karena cara pandang laki-laki ini lebih terbuka.

"Tugas kamu, buatlah dirimu menjadi wanita yang layak di perjuangkan,"

Lama terdiam ia mencerna ucapan Radit secara jelas,

"Kamu mengerti maksud mas,"

"Iya mas,"

"Masuk yuk, bunda pasti ada di dalam, nungguin kita berdua," ucap Radit, ia lalu membuka hendel pintu.

Linggar mengikuti langkah Radit dari belakang. Berjalan menuju ke ruang keluarga yang nampak ramai, karena terdengar suara tawa Aska di sana. Linggar berjalan cepat menghampiri wanita separuh baya yang menyadari kehadirannya.

"Kalian dari mana? Kok baru pulang," tanya Bunda Radit. Ia memeluk tubuh ramping Linggar dan di berinya kecupan di pipi kiri itu.

"Habis nonton tante," ucap Linggar, ia mengecup pipi kiri Aska yang menggemaskan.

Linggar melirik laki-laki separuh baya yang duduk di sofa, sambil menikmati soto buatan Hanum. Tidak sepenuhnya itu buatan Hanum, toh yang buat bumbu bunda Radit.

CINTA SELEBGRAM DAN TUAN CEO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang