Pernikahan adalah sebagai hari yang istimewa, sepasang mempelai akan mengucapkan janji suci di hadapan Tuhan. Dengan kesungguhan hati memutuskan untuk saling mencintai baik suka maupun duka.
Semua pernikahan di susun secara terecana, mulai dari proses make up, pemakaian gaun pengantin, dan pemasangan jas mempelai pria. Mempelai pria memberi hormat kepada ke dua orang tua. Setelah itu proses temu pengantin. Mempelai wanita mengapit sang ayah, berjalan menuju altar. Mempelai pria memberikan hand bouquette untuk mempelai wanita.
Acara prosesi pemberkatan atau akad nikah berlangsung dengan khidmat. Seluruh keluarga, saksi, dan petugas fotografer mengambil foto yang tengah berlangsung, karena ini merupakan moment yang tidak bisa di ulang dua kali. Tidak lupa doa untuk ke dua mempelai, agar pernikahan langgeng, kelimpahan keberkahan kepada ke dua mempelai.
Acara selanjutnya, prosesi wedding cake, ke dua mempelai membawa pedang untuk memotong cake, dan saling suap. Tidak luput wedding kiss yang dipimpin oleh MC, di iringi music romantis. Mungkin pasangan lain nampak nervous dan malu-malu. Tapi sepertinya mempelai laki-laki tampak tidak tahu malu, sangking bernafsunya mungkin. Semua para tamu undangan tertawa melihat mempelai pria sepertinya yang tidak sabaran.
Acara terakhir yaitu acara foto bersama dan hiburan. Daftar foto di panggil MC satu persatu. Setalah acara sesi foto di isi acara lempar bunga. Ini merupakan acara puncak bagi kaum undangan yang hadir. Konon barang siapa yang mendapatkan buket bunga itu, dialah yang akan menikah selanjutnya. Acara terkahir acara hiburan dan para tamu menyantap hidangan makanan.
"Linggar,"
Linggar lalu menoleh ke arah sumber suara, ia mengerutkan dahi, dan mencoba berpikir, siapa laki-laki yang memanggilnya ini. Laki-laki itu mengenakan kemeja putih dan jas berwarna hitam. Laki-laki itu tidak sendiri, ia bersama wanita separuh baya. Laki-laki berjas hitam itu berjalan mendekatinya.
"Kamu enggak ingat sama mas," ucapnya. Diberinya senyuman kepada Linggar.
Linggar melirik Dian, yang kini sudah hilang dari pandangannya. Ia masih memperhatikan laki-laki berwajah tampan itu. Laki-laki itu mengenakan kaca mata dan terlihat berwibawa. Linggar menepuk kepalanya, ia ingat laki-laki itu adalah Radit temannya mas Tibra. Ia pernah bertemu beliau sebelumnya di rumah mas Tibra, ketika acara empat bulanan mbak Hanum.
"Mas Radit ya," ucap Linggar memastikan ingatannya.
"Itu kamu ingat, kok kamu ada di sini," tanya Radit penasaran.
"Yang nikah teman aku mas," ucap Linggar.
Radit memandang penampilan Linggar, wanita cantik ini mengenakan dress hijau. Ia tahu bahwa Linggar merupakan salah satu bridesmaid mempelai wanita.
"Jadi kamu temannya Ayana,"
"Iya mas, mas kok kenal sama Ayana?" tanya Linggar, melirik wanita separuh baya di belakangnya.
Awal ia mengenal Linggar, ketika ia menghadiri acara salah satu teman lamanya Tibra. Wanita cantik di hadapannya ini merupakan adik iparnya Tibra. Wajahnya cantik, tubuhnya ideal, rambutnya bergelombang, dan masih berstatus mahasiswa akademi perawat, karena Tibra lah yang memperkenalkannya waktu itu. Wanita cantik itu tadi tertawa-tawa kepada salah satu temannya, dan ia nampak begitu cantik di antara semua wanita berpakaian hijau itu.
"Orang tua mas dulu kerja di kedutaan juga, kebetulan om Darmawan juga kenal sama mas,"
"Owh gitu,"
Radit tersenyum, "Mas kenalin yuk sama orang tua mas," ucap Radit.
"Iya, mas," ucap Linggar, mengikuti langkah Radit dari belakang.

KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SELEBGRAM DAN TUAN CEO (SELESAI)
Romance"Itu mantan lo," ucap Tita, mencoba memastikan. "Ya, dia si brengsek itu," Tita melirik Linggar, "Dia makin tampan Ling," gumam Tita. Linggar mengerutkan dahi dan melirik Tita, "Tampan dari mana," "Sumpah sekarang dia lebih hot," Linggar yang menden...