BAB 51

4.5K 109 0
                                    

1 bulan kemudian

"Halo Ay," ucap Linggar, ia menyandarkan punggungnya di sisi tempat tidur.

"Iya Ling," ucap Ayana di balik speaker.

"Lo ada di mana sih?" Tanya Linggar, karena Ayana merupakan orang satu-satunya yang belum ia kasih kebaya dan sepatu, untuk pernikahannya Minggu depan.

"Kan lo tau sendiri, gue tinggal di Melbourne, tapi gue udah baca pesan lo kok, lo mau nikah kan. Sekarang gue ada di rumah orang tuanya Daniel, di Kemang,"

"Syukurlah kalau ada di Kemang, gue mau ngantarain kebaya sama sepatu. Lo jadi bridesmaid nya gue. Gue titip gojek aja ya," ucap Linggar.

Linggar mengalihkan pandangannya ke arah kalender. Ia tersenyum karena hari ini Radit pulang dari Aljazair.

"Iya lo titip aja sama gojek," ucap Ayana.

"Lo nikahnya bukan sama Darka kan? Siapa calon lo," Ucap Ayana, mulai kepo, karena Dian mengatakan bahwa Linggar akan nikah.

"Bukan, gue nikahnya sama Radit. Lo sih ketinggalan berita,"

"Lo kan tau sendiri gue di Melbourne, gue juga baru balik bulan madu. Enggak sempat lah kepoin tentang kalian," ucap Ayana mencoba menjelaskan.

"Makanya lo wajib datang, besok malam bridal shower di apartemen gue, untuk kita-kita aja. Terus lo juga harus datang malam Bainai,"

"Apaan tuh malam bainai?" Tanya Ayana.

"Gue nikah ni kan pakek acara adat Minang, ikut laki gue. Kalau istilah jawa itu midodareni, dan adat Makasar bilangnya Mapacci. Mertua gue bilang malam lajang gitu deh atau bahasa minangnya malam anak daro. Ya, kayak ritual mandi-mandi. Terus pemasangan inai di tangan gue,"

"Seru banget sih, gue mau kayak gitu kemaren, ih sebel gue sama Daniel,"

"Lo datang ya agak awal, acaranya malam, sore lah lo datang. Soalnya lo nanti dampingi gue, lo pakek baju adat, udah disiapin semua, lupa gue namanya apa, " ucap Linggar.

"Ih seru banget sih, Dian juga katanya mau nikah pakek adat Batak, secara si Liam batak tulen,"

Linggar tertawa, ia dengar bahwa Dian juga bakalan nikah di bulan depan. "Pokoknya lo harus datang,"

"Acaranya di mana?" Tanya Ayana.

"Di rumah orang tuanya Radit, soalnya dia yang buat acara kayak gitu,"

"Ada gitu ritual itu di tempat cowok,"

"Adalah, kalau diadain, lagian mereka yang ngotot mau di rumahnya. Ya gue mau aja, maklum lah enggak pernah ada acara selama beliau tinggal di Jakarta. Nanti gue kasih tau alamatnya,"

"Iya, gue pasti datang kok. Di Kalimantan enggak ngadain acara?" Tanya Ayana.

"Enggak, di sini aja sih, gue enggak boleh terlalu capek, lo tau sendiri sekarang aja gue dipingit," ucap Linggar lagi.

"Emang sekarang lo ada di mana?"

"Ada di rumah kakak gue, orang tua gue udah datang dari Minggu lalu, maklum lah anaknya yang cantik ini mau nikah, hebohnya bukan main,"

"Lo dayak bukan sih?"

"Campuran tau, bapak gue dayak jawa, ibu gue jawa chainess,"

"Pantesan lo cantik banget, secara lo perpaduan banyak gitu, kenapa enggak pakek chinese gitu sih, kan keren," ucap Ayana.

Linggar terkekeh, "Udahlah, gue enggak mau banyak banget ritualnya, ini aja udah ribet, apalagi ditambah ini itu, bisa-bisa gue keguguran tau,"

"Emang lo hamil, sampe keguguran?" Tanya Ayana, mulai mencurigai, karena Linggar enggak ada angin dan hujan, langsung nikah mendadak gini. Terlebih ia tidak tahu, kapan pacaran dengan laki-laki itu.

Linggar lalu tertawa mendengar penuturan Ayana, "Kalau iya kenapa?"

"Jadi benar lo hamil?"

"Menurut lo?" Linggar sambil tertawa.

"Serius?" Ucap Ayana mencoba memastikan.

Linggar tidak menjawab pertanyaan Ayana yang mulai kepo, "Yaudah deh, gitu aja, lo harus datang, oke,"

"Iya, iya gue pasti datang. Oiya lo mau hadiah apa?"

"Apa aja, terserah lo,"

"Iya deh, gue kasik tau Dian dulu ya,"

"Iya,"

Linggar mematikan sambungan telfonnya. Sedetik kemudian notifikasi, sebuah pesan masuk dari Ayana, berisi alamat rumah orang tuanya Daniel. Linggar lalu memesan gojek, untuk mengantar paket untuk Ayana.

***********

Linggar membujurkan kakinya di tempat tidur. Sedetik kemudian pintu terbuka, ia menoleh ke arah pintu. Ia menatap saudaranya Hanum di sana. Hanum tersenyum dan berjalan mendekatinya.

"Belum tidur," ucap Hanum, ia lalu duduk di sisi tempat tidur.

Hanum memandang Linggar, ia tidak sampai hati melihat sang adik yang sebentar lagi akan menikah. Ia bersyukur bahwa Linggar akan menikah dengan Radit. Betapa beruntungnya Linggar mendapati keluarga yang begitu menyayanginya. Tidak sepertinya dulu, butuh perjuangan yang sangat keras hingga nikah di bawah tangan, mau mencapai tahap itu.

Ia tahu bahwa orang tua Radit sangat menyayangi Linggar. Bahkan begitu di manja seperti anak satu-satunya. Tante Widi selalu memuji Linggar, karena begitu rajin. Selalu menemani tante Widi ke salon, ke pasar, belanja, dan mereka selalu pakai baju yang sama. Tante Widi selalu meminta Linggar untuk mendandaninya. Mereka begitu kompak, ia bahkan sempat iri kekompakkan mereka.

"Aska sudah tidur mbak?" Tanya Linggar.

"Belum, masih sama ibu di bawah," ucap Hanum.

"Mba enggak menyangka bahwa kamu sekarang sudah mau nikah, padahal baru kemarin mbak masukin kamu keperguruan Tinggi. Sekarang sudah mau jadi istri orang," ucap Hanum, ia meraih jemari adiknya.

"Namanya juga jodoh mbak,"

"Kamu sudah siap jadi istri Radit?" Ucap Hanum, mencoba memastikan.

Linggar tersenyum dan lalu mengangguk, "Iya mbak, sudah,"

Hanum mengusap punggung tangan Linggar, ia menatap iris mata bening itu, ada yang ia sampaikan kepada adik yang ia sayangi di dunia ini.

"Mbak hanya ingin kasih tahu kamu sebuah nasehat, sebelum kamu menjadi istri Radit," ucap Hanum tenang.

Linggar memandang Hanum, ia hanya diam, dan akan mendengar nasehat dari sang kakak tercinta.

"Menurut mbak, pernikahan itu adalah impian setiap wanita di muka bumi ini, karena mbak tahu pernikahan itu abadi," ucap Hanum.

"Mbak tahu kamu masih begitu polos untuk mengenal sebuah pernikahan, dan sebentar lagi kamu akan menjalaninya. Mbak harap kamu menghormati suami kamu, layani dia dengan baik, walau mbak tahu Radit selalu memanjakan kamu,"

"Pernikahan ini akan membuat kamu lebih dewasa, mengenal arti kehidupan sebenarnya,"

"Mbak sayang banget sama kamu, mbak doa kan semoga kamu bisa membangun keluarga kecilmu dengan bahagia,"

"Berbahagialah, karena kamu akan menikah dengan orang yang kamu cintai. Mbak yakin Radit orang yang tepat menjaga kamu,"

Linggar lalu memeluk tubuh Hanum. Hanum membalas pelukkanya, "Makasih ya mbak nasehatnya, aku juga sayang banget sama mbak,"

Hanum melonggarkan pelukkanya, ia mengusap wajah cantik itu, "Radit ada di bawah, temuin gih. Katanya dia kangen banget sama kamu," ucap Hanum.

"Beneran mbak,"

"Bener, dia lagi sama Tibra,"

"Yaudah aku siap-siap dulu ya mbak," ucap Linggar antusias.

********

CINTA SELEBGRAM DAN TUAN CEO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang