BAB 22

3.8K 118 1
                                    

Darka Calling

Linggar memandang layar ponsel, jujur sudah beberapa hari ini ia sudah hampir melupakan Darka. Pusat perhatiannya kini sudah berganti dengan Radit. Oh Tuhan, apa yang ia lakukan sebenarnya. Linggar melirik Radit, laki-laki itu sedang berada dapur, menyiapkan teh hangat untuk dirinya.

Linggar berjalan menjauhi diri dari ruang keluarga, ia memilih duduk di ruang tamu, ia tidak ingin Radit mendengar percakapannya. Linggar menggeser tombol hijau pada layar. Ia letakkan ponsel itu di telinga kiri.

"Iya,"

"Kamu lagi apa sayang?" Tanya Darka.

"Lagi duduk-duduk aja,"

"Besok aku pulang," ucap Darka.

Ia terdiam sesaat, dan lalu berpikir, "Owh ya," ucap Linggar, ia sulit percaya bahwa Darka pulang ke Jakarta secepat ini.

"Kamu jemput aku ya di bandara," ucapnya lagi.

"Iya besok aku jemput, jam berapa?" Tanya Linggar lagi.

"Ini aku lagi transit di Amsterdam, besok pagi mungkin aku sudah mendarat di Jakarta,"

"Kamu pulang sendiri?" Tanya Linggar.

"Aku pulang dengan Liam," ucap Darka.

"Iya, besok aku jemput kamu," ucap Linggar.

"Aku kangen banget sama kamu," ucap Darka.

Ia menarik nafas panjang, "aku juga," ucap Linggar.

"Sayang, sudah dulu ya, aku sama Liam mau melanjutkan penerbangan lagi,"

"Iya, hati-hati, semoga selamat sampai tujuan,"

"Aku sayang banget sama kamu," ucap Darka.

Sedetik kemudian panggilan itu terputus. Ia lalu terduduk, memijat kepalanya. Perasaan resah, gelisah, sedih, menjadi satu. Akhirnya ia sudah menjadi salah satu wanita penghianat. Sungguh ia kecewa atas apa yang ia lakukan. Ia begitu kecewa terhadap dirinya sendiri, hingga ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Penghianatan suatu pelanggaran dalam hubungan ini. Ia seperti di hantui rasa bersalah. Sekarang ia malah memberi peluang laki-laki lain, masuk ke dalam hati nya. Ia menatap langit-langit plafon, menahan air mata, agar tidak jatuh. Padahal baru kemarin hatinya berwarna, karena cinta itu bersemi kembali. Tapi ia malah membuatnya menjadi kelabu.

Ini bukanlah perasaan patah hati, tapi sebuah bentuk kekecewaan yang ada di dalam hati. Ia tidak seharusnya melakukan ini, ia tidak cukup dewasa menyikapi ini. Ia yakin permasalahan hidup semakin ruwet, jika Darka tahu bahwa dirinya telah berkhianat. Ia bukan wanita di posisi yang benar. Sungguh di saat hati telah nyaman, maka ia telah melupakan tentang cinta.

Pada akhirnya nanti, semua akan meminta kejelasan. Ia tidak mungkin menutupi Radit secara rapat-rapat, tapi ketahuilah tidak akan ada pernah ada bangkai bau yang tidak tercium. Ia merupakan wanita bodoh yang berani melakukan penghianatan cinta.

"Linggar,"

Linggar dengan cepat menepis air matanya. Ia merasakan tangan Radit menyentuh bahu. Ia memandang laki-laki dewasa itu tepat di hadapannya. Pandangan itu sulit ia artikan, laki-laki itu nampak tenang.

"Kamu baik-baik saja,"

"Iya enggak apa-apa kok," ucap Linggar pelan.

Radit tahu apa yang ada di dalam pikiran wanita cantik ini. Karena ia mendengar secara jelas bahwa kekasih wanita ini akan pulang. Radit tidak bertanya lebih lanjut, ia membiarkan Linggar dengan pikirannya.

CINTA SELEBGRAM DAN TUAN CEO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang