Linggar merapikan penampilannya, sekarang sudah waktunya mereka akan pergi ke Alila, untuk menghadiri acara bridal shower dan geladi resik. Dress putih menjadi dress code hari ini. Ia melirik Darka yang masih tertidur. Mungkin efek lelah, karena berenang tadi. Linggar berjalan mendekati Darka, ia menggoyangkan bahu laki-laki itu, karena ini hampir jam tiga.
"Ka, bangun, kita mau ke Alila jam tiga," ucap Linggar, ia duduk di sisi tempat tidur.
Perlahan mata itu terbuka, ia memandang wajah cantik sang mantan, tepat di depan matanya. Wanita cantik ini seperti bidadari turun dari langit. Ingin sekali ia memeluk bidadari itu, dan di berinya kecupan yang panjang.
"Bangun, katanya mau pergi ke Alila, sekalian gladi resik," ucap Linggar lagi.
"Iya, aku hampir lupa," ucap Darka, ia merenggangkan otot tubuhnya.
"Ini jam berapa?" Tanya Darka.
"Setengah tiga,"
"Kamu siapin baju aku ya, aku mau cuci muka, sama sikat gigi dulu," ucap Darka.
"Kok aku,"
"Biasa dulu kamu juga yang selalu nyiapin," ucap Darka.
"Dulu kan status kita bukan mantan,"
"Sekali-kali lah nyiapin pakaian, walau status kita mantan," ucap Darka.
"Tapi kan," Linggar memandang Darka sudah menghilang dari pandangannya.
"Tuh kan dia seenaknya aja nyuruh," sungut Linggar.
"Tadi gue yang beresin handuk, gue yang bawa pakaian basah ke laundry, tadi gue yang ngemasi tempat tidur. Sekarang nyuruh gue juga yang nyiapin pakaian si brengsek itu,"
Linggar membuka koper hitam berukuran sedang. Ia mengeluarkan semua pakaian yang di bawa sang mantan. Tidak banyak laki-laki itu bawa, hanya bawa seperlunya saja. Ia menyimpan pakaian Darka ke lemari dan sepatu kulit hitam, ia simpan di dekat pintu. Kemeja berwarna hijau itu ia gantung di lemari, karena akan di pakai pada hari H.
Linggar menyimpan semua perlengkapan tempur sang mantan, minyak wangi, minyak rambut dan pelembab wajah, ia simpan di meja rias, agar laki-laki itu langsung bisa memakainya. Linggar menyimpan kaos dalam, kemeja putih, dan celana hitam di tempat tidur.
Darka tersenyum memandang apa yang Linggar kerjakan. Mantannya ini masih sama seperti yang dulu. Inilah salah satu alasan ia tidak bisa lepas dari Linggar. Wanita cantik itu dengan cekatan mengurusnya. Baginya Linggar begitu sempurna, untuk di jadikan seorang istri, yang tidak bisa ia temui dari wanita manapun. Ingin sekali ia memeluk wanita itu dari belakang, dan mengatakan bahwa ia sayang kepadanya.
Linggar terkejut mendapati Darka tepat di belakangnya dengan handuk di sisi pundaknya. Linggar segera menyingkir dan lalu duduk di sofa.
"Kok aku enggak denger suara Dian sama Liam dari tadi," ucap Linggar, menghilangkan rasa geroginya.
"Mungkin mereka kecapekan," ucap Darka, ia mengancingkan kemeja.
"Perasaan enggak terlalu capek, kalau hanya perjalanan dari Jakarta ke Bali,"
"Ya capek lain lah," ucap Darka, menatap penampilannya di cermin, memasang ikat pinggang di sisi celananya.
"Capek apa,"
"Ya capek kangen-kangenan, olah raga ranjang, makanya enggak keluar-keluar dari kamar. Kamu negertikan maksud aku, makanya aku bilang jangan ganggu kesenangan mereka,"
"Kan mereka belum nikah,"
"Tapi bentar lagi mereka akan nyusul," ucap Darka, ia merapikan kerah bajunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SELEBGRAM DAN TUAN CEO (SELESAI)
Romance"Itu mantan lo," ucap Tita, mencoba memastikan. "Ya, dia si brengsek itu," Tita melirik Linggar, "Dia makin tampan Ling," gumam Tita. Linggar mengerutkan dahi dan melirik Tita, "Tampan dari mana," "Sumpah sekarang dia lebih hot," Linggar yang menden...