BAB 5

12K 381 14
                                    


"Sayang, bangun udah take off," ucap Darka pelan, menggoyangkan bahu Linggar secara perlahan.

Darka tidak percaya, bahwa ia bisa mengatakan sayang lagi, kepada wanita di sampingnya ini. Ah ya, ia sudah lama sekali tidak mengucapkan kata-kata itu. Walau ia tahu Linggar tidak mendengarnya.

"Linggar bangun, sudah mau take off and landing," ucap Darka kembali menggoyangkan bahu sang mantan. Oh Tuhan, wanita cantik ini ternyata tidur nyenyak sekali.

Linggar membuka matanya secara perlahan. Awalnya kabur perlahan ia memfokuskan penglihatannya. Ia cukup sadar bahwa ada seseorang yang membangunkannya. Ia memandang iris mata berwarna hitam tepat di hadapannya.

"Maaf aku membangunkan kamu, untuk jangan tidur dalam keadaan take off and landing. Karena akan berdampak pada kekosongan udara dan saluran eustachius, bisa membuat telinga budeg. Kamu seorang perawat, pasti sudah mempelajarinya," ucap Darka, ia mengelus rambut berwarna coklat Linggar

Linggar yang mendengar itu lalu mengerutkan dahi, ia tersadar bahwa ia sedang bersandar di bahu bidang Darka, dan posisi memeluk lengan. Pantas saja, tadi ia merasa ada perasaan hangat dan nyaman gimana gitu. Linggar mengetahui posisi seperti ini, ia dengan cepat menjauhi tubuhnya.

"Tadi, gue tidur di sebelah kiri," ucap Linggar.

"Mungkin kamu sudah mengambil posisi paling nyaman, yang kamu rindukan selama ini,"

Linggar sulit mencerna kata-kata itu, ia hanya melirik Darka yang tengah memandangnya. Mungkin efek baru bangun tidur, jadi ia tidak menjawab pernyataan Darka. Iris mata itu masih memandangnya intens. Laki-laki itu akan berbicara cukup serius kepadanya.

"Masalah yang kita hadapi sekarang, bukan mencari orang baru, tapi memperjuangkan seseorang yang telah membuat kita nyaman," ucap Darka lagi.

"Sebaiknya kita memeperjelas apa yang kita hadapi, agar tidak ada lagi sesak di antara kita,"

Linggar mengerutkan, ada kata-kata tersirat di setiap kalimat laki-laki itu. Linggar mulai mengerti arah mana pembicaraan Darka. Ia merapikan rambut dengan jari-jari tangannya.

"Masalah kita udah selesai, lo bukan siapa-siapa gue," ucap Linggar ketus.

"Tapi aku mau membahasnya, dan memperlurus keadaan ini,"

"Ya lo lurusin aja sendiri, emang gue peduli,"

"Ya sama-sama lurusinnya, agar hubungan kita berjalan dengan baik,"

"Gue enggak mau, Lo jauh-jauh deh dari gue, sebel gue liat lo," ucap Linggar kesal.

"Mau jauh gimana lagi, tadi kamu aja malah peluk-peluk aku," ucap Darka.

"Itu karena gue enggak tahu, ya emang enggak sadar,"

"Ya, aku maklumi sih, kita udah lama enggak ketemu juga, dan pastinya kamu kangen bangetkan sama aku, ngaku aja enggak apa-apa kok," ucap Darka.

Linggar ingin sekali membenturkan kepala Darka, yang seenaknya mengatakan dirinya kengen.

"Mimpi aja, jangan GR,"

"Buktinya kamu tidur di pelukkan aku," ucap Darka.

"Kan gue udah bilang, enggak sadar,"

Darka tersenyum dan mendekatkan wajahnya, "Aku suka kok, sering-sering aja enggak sadar,"

"Ih,"

"Kamu manis sekali, kalau keadaan kesal seperti ini," ucap Darka.

"Sorry ya, gombalan lo enggak bakalan mempan," ucap Linggar, ia mengibaskan rambutnya mendadak gerah.

CINTA SELEBGRAM DAN TUAN CEO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang