BAB 37

2.8K 90 1
                                    

Tibra perlu berbicara cukup serius terhadap Hanum, tentang niat baik Radit untuk menikahi adiknya, yang nakal itu. Ia tahu bahwa Hanum sangat sensitif jika berhubungan dengan Linggar.

"Han ..."

"Iya," ucap Hanum, ia mengolesi selai kacang di atas roti.

"Ada yang harus aku omongin sama kamu," ucap Tibra tenang.

"Ya, ngomong aja, enggak biasanya kamu seperti ini," ucap Hanum, ia menatap Tibra.

"Iya ini serius,"

Hanum mengerutkan dahi, "Ada apa,"

Tibra menegakkan tubuhnya, lalu duduk di samping Hanum. Tibra meraih jemari lentik Hanum. Hanum membalas tatapannya,

"Sahabat aku mau nikah,"

"Owh ya, sahabat kamu yang mana?" Tanya Hanum.

"Radit,"

"Bagus dong kalau dia mau nikah, umurnya juga sudah tua. Terus apa masalahnya?," ucap Hanum lagi.

"Kamu enggak nanya dengan siapa dia akan nikah,"

"Penting banget ya di ceritaain siapa calonnya,"

"Itu yang harus kamu ketahui, siapa calon sebenarnya,"

Alis Hanum terangkat, "Terus dengan siapa?"

"Linggar adik kamu," ucap Tibra.

Hanum mencerna ucapan Tibra, ia lalu terdiam. Ia tidak percaya bahwa Radit akan menikahi Linggar secepat ini. Jelas saja ia tidak setuju, umur Linggar masih terlalu muda, menikah dengan Radit. Perbedaan umur mereka enam belas tahun. Ia tidak ingin masa muda nya Linggar, yang seharusnya menonton bioskop, tertawa dengan sahabatnya. Kini malah di habisi dengan mengurus anak, dan suaminya di rumah. Ia juga tidak yakin Linggar bisa menjadi istri yang baik untuk Radit.

Oh Tuhan, Linggar itu masih kecil, baru tahun lalu, bocah kecil itu berseragam putih abu-abu.

"Kamu kan tahu Linggar belum selesai kuliah. Linggar masih terlalu muda untuk menikah," elak Hanum.

Tibra menarik nafas, ia memegang pundak istrinya,

"Han, aku bersyukur loh kalau Linggar menikah dengan Radit, setidaknya Linggar ada yang menjaga dan mengawasinya. Kamu sudah mengenal keluarga Radit dengan baik,"

Tibra mengelus wajah cantik istrinya,
"Sayang, Linggar itu perlu sosok laki-laki dewasa seperti Radit. Radit pasti bisa menjaga adik kamu yang nakal itu. Radit itu sudah mapan, dewasa, dia bisa mengarungi bahtera rumah tangganya dengan baik,"

Hanum memandang Tibra, ucapan Tibra benar adanya, "Aku perlu bicara kepada Radit,"

"Nanti Radit akan bicara sama kamu, dan tante Widi juga akan menghadap kamu,"

"Kok kesannya mendadak gini sih," ucap Hanum, ia mencium gelagat yang tidak beres, kesannya terlalu terburu-buru.

"Ya namanya juga Radit, udah kebelet mau nikah," ucap Tibra.

"Kapan Radit dan tente Widi mau datang,"

"Nanti malam, mereka mau datang, kebetulan adik kamu dari kemarin nginap tempat tante Widi,"

Hanum menarik nafas, ia mengedikkan bahu, ia tahu bahwa Linggar sekarang sudah begitu lengket terhadap Tente Widi. Bahkan manjanya kebangetan, sampai ia tidak tahu lagi mau berkata apa,

"Niat baik Radit jangan di tolak, Radit dan tante Widi itu orang terdekat kita di sini. Dengan adanya Radit menikahi adik kamu, hubungan kita semakin erat. Malah sudah menjadi keluarga dekat,"

CINTA SELEBGRAM DAN TUAN CEO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang