Darka membuka matanya secara perlahan. Awalnya kabur, lama kelamaan ia memfokuskan penglihatannya. Jujur ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Ia memandang Sena, wajah itu terlihat cemas, yang teramat sangat.
"Sayang, kamu udah sadar," Tanya Sena.
Sejam yang lalu, ada seseorang yang menghubungi dirinya, mereka mengatakan Darka berada di rumah sakit. Ia mendengar itu lalu bergegas pergi ke rumah sakit, mencari keberadaan Darka. Akhirnya ia mendapati Darka sedang terbaring di ranjang, dengan perban di sudut bibir. Dokter mengatakan Tidak apa-apa, hanya perlu menunggu siuman.
"Apa yang terjadi, sehingga kamu seperti ini?" Tanya Sena penuh khawatir.
Darka masih ingat, apa yang terjadi beberapa jam yang lalu. Ia telah adu tinju kepada abang iparnya Linggar dan Radit, ketika ia akan menjemput Sena. Ia sempat melawan ke dua orang itu, tapi ia sendiri di sana. Andai saja ada Liam, tentu akan sepadan melawan mereka.
"Aku enggak apa-apa," ucap Darka, ia menahan sakit yang teramat sangat di punggungnya.
"Apa kata dokter?" Tanya Darka, semoga saja tulang rusuknya tidak ada yang patah. Ia teringat jelas bahwa tubuhnya ditendang bertubi-tubi oleh dua orang itu.
"Kata dokter enggak apa-apa, tunggu kamu siuman, setelah itu boleh pulang," ucap Sena.
"Apa yang terjadi? Kamu kelahi sama siapa? kamu harus cerita sama aku," ucap Sena.
Darka meraih tangan lentik Sena, ia bersyukur bahwa Sena mengkhawatirkan keadaanya.
"Aku enggak apa-apa sayang, biasalah laki-laki," ucap Darka mencoba menenangkan Sena.
"Kamu buat aku khawatir," ucap Sena.
Darka menegakkan punggungnya di sisi ranjang. "Sini duduk di samping aku," ucap Darka, menepuk sisi ranjang.
Sena duduk di samping Darka, ia menatap penuh prihatin terhadap kekasihnya itu.
"Apa yang terjadi, kamu kelahi sama siapa?" Ucap Sena kesekian kalinya, ia tahu babak belur yang di alami Darka akibat perkelahian. Ia tidak menyangka bahwa Darka memiliki musuh.
Darka menarik nafas, ia menatap iris mata bening itu, "Aku mau peluk kamu," ucap Darka, ia mengalihkan pertanyaan Sena.
Ia lalu memeluk tubuh ramping Sena. Sena membalas pelukkan itu.
"Maaf ya, telah buat kamu khawatir," ucap Darka, ia mengusap punggung ramping itu.
"Jelas saja aku khawatir, apalagi lihat keadaan kamu seperti ini," ucap Sena.
"Aku enggak apa-apa sayang, cuma luka sedikit,"
Darka melonggarkan pelukkanya, ia mengecup puncak kepala Sena,
"Kamu ke sini pakek apa?" Tanya Darka.
"Pakek taxi,"
"Kamu bisa bawa mobil kan,"
"Bisalah,"
"Yaudah kita pulang yuk, Aku enggak betah lama-lama di rumah sakit," ucap Darka.
Sena mengangguk, "Kamu bisa jalan enggak?," ucap Sena, ia memperhatikan tubuh Darka.
"Bisa lah sayang,"
"Masih sakit,"
"Sedikit,"
"Beneran?"
"Beneran, palingan sakitnya akan terasa besok. Aku kuat kok, kamu tenang aja," ucap Darka.
"Ih, kamu,"
Darka tersenyum, ia sekilas mengecup puncak kepala Sena,
"Itu kunci mobil, ponsel, dan dompet aku, kamu pegang ya," ia menunjuk di nakas.
Setidaknya ke dua orang itu masih punya hati untuk mengantarnya ke rumah sakit, dan dan barang-barang berharganya masih utuh.
"Iya,"
Darka menegakkan tubuhnya, dan mencoba berdiri tegak. Sena memegang tangan Darka, dan menuntunnya keluar.
**********
"Sakit apa sih?" Tanya Dian penasaran.
"Enggak tahu sayang, makanya kita lihat Darka," ucap Liam, ia melepas pengait helm di kepala Dian.
Liam meletakkan helm itu di kaca sepion. Dian membawa kantong keresek berwarna putih, berisi buah apel dan anggur, yang ia beli di toko buah. Dian mengikuti langkah Liam, menuju pintu utama.
Beberapa menit kemudian, ia telah tiba di depan pintu kamar Darka. Liam membuka pintu, ia memandang Darka sedang terbaring di tempat tidur. Darka tidak sendiri di sana, ia bersama Sena.
"Itu pacarnya Darka?" Ucap Dian pelan.
"Iya, namanya Sena," ucap Liam.
Alis Dian terangkat, sebenarnya ia cukup kecewa bahwa Darka dan Linggar tidak bersama lagi. Padahal ia suka berteman dengan wanita muda itu. Ia jadi merindukan Linggar yang bawel, menyenangkan, judes dan sifatnya yang blak-blakkan. Bagaimanapun Linggar jauh lebih cantik dari kekasih baru Darka. Jelas saja Linggar lebih cantik, secara dia termasuk tujuh dari youtuber tercantik di Indonesia.
Dian menyeimbangi langkah Liam, menuju ranjang berukuran king size itu. Darka tersenyum menyambut kehadiran Dian dan Liam. Sementara Sena masih berdiri dan tersenyum atas kehadiran teman Darka.
"Sakit apa lo," ucap Liam, memperhatikan Darka. Sahabatnya itu seperti keluar dari ring tinju.
"Sakit demam biasa," ucap Darka asal.
Dian meletakkan buah itu di nakas, ia tersenyum kepada Sena. "Hey, saya Dian," ucap Dian mengulurkan tangannya.
"Sena," ucap Sena membalas uluran tangan itu.
Liam menahan tawa, "Baru tau gue, ada demam sampe biru-biru gini,"
"Dokternya bilang, Demam jenis terbaru, lo sih enggak pernah baca buku,"
"Owh ya, gue pikir lo kalah adu tinju. Kalau cuma demam enggak bakalan gue datang,"
"Kampret lo," ucap Darka.
Liam melipat tangan di dada, ia menatap Darka cukup serius. Ia ingin tahu siapa yang buat sahabatnya seperti ini. Ya jujur ia tidak terima, Darka babak belur.
"Siapa yang buat lo seperti ini," Tanya Liam serius.
"Biasalah, tapi udahlah enggak usah di pikirkan lagi," ucap Darka.
"Gue enggak terima men, liat lo kayak gini," ucap Liam.
"Gue enggak mau urusannya makin panjang,"
"Kan gue udah bilang, gue enggak terima sahabat gue ancur kayak gini,"
Darka menarik nafas, menatap Liam, "Siapa lagi kalau enggak bodyguard nya Linggar. Tapi gue masih bersyukur kali, kayak gini. Sebenarnya mereka mau nuntut gue ke jalur hukum kemarin. Tapi si Linggar masih lindungi gue katanya,"
"Nuntut apa lagi men,"
"Masalah video, mereka sudah tahu siapa di balik semua itu,"
Liam mengibaskan rambut panjangnya ke belakang, "Baik juga tu bocah, tapi gue enggak terima men lo kayak gini,"
"Udahlah men, jangan dipikirkan lagi. Gue enggak apa-apa kok,"
"Brengsek, saharusnya mau kalahi ajak-ajak gue lah. Gue udah lama enggak nombok orang men,"
"Kampret lo," ucap Darka di selingi tawa.
"Tapi lo enggak apa-apa kan,"
"Enggak, lo tenang aja,"
********

KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SELEBGRAM DAN TUAN CEO (SELESAI)
Romance"Itu mantan lo," ucap Tita, mencoba memastikan. "Ya, dia si brengsek itu," Tita melirik Linggar, "Dia makin tampan Ling," gumam Tita. Linggar mengerutkan dahi dan melirik Tita, "Tampan dari mana," "Sumpah sekarang dia lebih hot," Linggar yang menden...