BAB 28

3.5K 98 0
                                    

Happy reading

Darka membuka kamar mandi, ia memandang Sena di sana. Wanita itu sedang berdiri menghadap cermin, tepat di depan wastafel. Sambil memandang pantulan bayangannya sendiri. Ia tahu baru beberapa jam yang lalu mereka melakukannya.

Wanita itu mengenakan dress merah, rambut ikal itu sudah lembab, karena mereka tadi mandi bersama. Tapi wanita cantik ini tidak keluar dari kamar mandi. Ia tidak tahu perasaan wanita itu seperti apa, karena setelah mereka melakukan hubungan intim wanita itu menyendiri.

Ia melangkah mendekati Sena, wanita itu menyadari kehadirannya dari balik cermin. Ia memandang Sena, ada makna tersirat dari iris mata bening itu. Entah dorongan apa ia lalu memeluk tubuh wanita itu dari belakang. Ia peluk tubuh itu dengan perasaanya. Ia mengecup puncak kepala Sena.

"Maafkan aku," gumam Darka.

Sena, merasakan pelukkan hangat Darka. Ia memandang wajah tampan itu di balik cermin. Laki-laki itu memang sangat tampan, hingga tidak ada celah di wajahnya. Ia berdiam di sini, karena sungguh ia malu kepada Darka, inginnya ia tadi bersembunyi di balik selimut. Entahlah ada perasaan ia ingin sendiri setelah bercinta tadi. Ia butuh sendiri menenangkan hatinya, tapi lihatlah laki-laki tampan ini malah memeluknya.

Pelukkanya begitu nyaman dan menangkan. Laki-laki itu mengecupnya, seakan tahu apa yang ia rasakan. Entah berapa lama laki-laki itu memeluknya seperti ini, seakan tidak ingin lepas. Sena memutar tubuhnya, ia memandang Darka. Perasaanya kembali tenang, ia pandangi iris mata itu. Ia usap wajah tampan itu, ia mendekatkan wajahnya dan lalu mengecup bibir itu sekilas.

"Terima kasih," ucap Sena.

Darka tersenyum mendengar penuturan tulus wanita cantik ini. Wanita itu meraih jemarinya, dan merasakan kecupan di punggung tangannya.

"Mau menemani aku jalan-jalan," ucap Sena.

Darka menyentuh rambut Sena, ia selipkan di telinga, "Kamu mau jalan kemana," tanya Darka.

"Ke Mall mungkin, atau kamu mengajak aku ke suatu tempat. Sebelum aku pulang ke Sydney," ucap Sena.

Darka hampir melupakan bahwa wanita cantik ini tinggal di Sydney, "Kapan kamu akan pulang?" Tanya Darka.

"Sebenarnya tidak ada ketentuan aku pulang, karena aku bukan pekerja yang mempunyai batas waktu tertentu untuk libur. Mungkin besok atau lusa, aku akan pulang," ucap Sena.

"Cepat sekali, bisakah mengulur waktu sedikit lama di sini, toh kamu tidak ada batas waktu libur,"

"Sebenarnya aku ingin ke Bali. Aku ingin menulis dengan tenang di sana,"

Darka memegang dagu Sena, "Aku akan menemani kamu menulis di sini,"

Sena lalu tersenyum, "kamu bukan menemani aku menulis melainkan, menemani aku tidur,"

"Bukankah kamu menyukainya," ucap Darka, ia mengusap wajah cantik itu.

"Iya," ucap Sena.

Darka mengelus wajah cantik itu, ia ingin berbicara cukup serius dengan wanita ini. Lama terdiam satu sama lain,

"Kamu penulis hebat, buatlah beberapa kata yang menggambarkan tentang aku," ucap Darka.

Sena mulai berpikir, dan memandang iris mata itu, "Kamu,"

"Kamu itu seperti hujan, sehingga aku rela melepaskan payung yang aku pegang, demi berjalan bersama kamu. Saat inilah aku mulai mencintai hujan,"

Darka terpana atas kata-kata hebat yang keluar dari bibir tipis itu. Kalimat itu begitu bermakna dan sangat dalam menurutnya.

"Kamu juga seperti matahari, di mana aku rela untuk tidak berlindung, demi meminta kehangatan kamu lebih lama,"

Darka tidak tahu lagi untuk berkata-kata, ia terharu atas kalimat hebat itu. Ia kembali merengkuh tubuh ramping itu ke dalam pelukkannya. Sungguh baru kali ini ia mengenal seorang wanita, yang bisa mengeluarkan kalimat yang begitu dalam. Bagaimana ia bisa melepaskan wanita ini begitu saja.

"Disaat aku menyeka hujan, di sudut gelap itu ada kamu. Terima kasih telah menjadi hujan, karena hujan itu indah," ucap Sena lagi.

Darka semakin mengeratkan pelukkanya, ia mengecup puncak kepala itu. Sungguh ia tidak sampai hati untuk menangis, karena terharu. Oh Tuhan, ia tidak bisa melepaskan wanita ini, betapa berartinya wanita ini.

Darka melonggarkan pelukkanya, ia mengecup kening Sena. Sena merasakan kecupan hangat yang begitu dalam. Darka melepaskan kecupannya, memandang wajah cantik itu. Darka merasakan getaran dalam hatinya.

"Aku akan berjalan bersama hujan, sehingga tidak ada satu orangpun yang tahu bahwa aku bahagia,"

"Jika tidak ada hujan, mungkin aku tidak bisa membuat puisi tentang hujan,"

"Suatu saat, Aku pasti akan merindukan hujan, hingga aku meratapi kumpulan puisi-puisi hujan,"

"Aku tahu bahwa hujan itu tidak akan lama, hingga nanti akan datang pelangi yang memelukku, karena aku merindukan hujan,"

"Kamu dan hujan adalah sebuah rindu dan kenangan,"

************

CINTA SELEBGRAM DAN TUAN CEO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang