Selesai menghantarkan Salsa ke bandara Jelita kembali lagi ke hotel saat sudah sampai di hotel ia menemui Edward yang sedang berada di lobby hendak ingin keluar sepertinya.
"Edward,kau mau kemana?" Ucap Jelita pada Edward.
"Mau ke bandara mau ngurus tiket dan lain lain disana untuk pergi lagi liburan ke London" jawab Edward.
"Loh tadi barusan aja aku kesana kenapa gak sekalian aja tadi" ujar Jelita.
"Heheh iya lupa...hmm kamu mau temani?apa kamu ingin aku ikut liburan ke London?" Ajak Edward.
"Hmm..yaudah aku mau..tapi tunggu sebentar ya aku ambil paspor aku dulu di kamar" jawab Jelita ia langsung lari pelan menuju Lift sedangkan Edward menunggu nya.
"Semenjak bertemu dengan mu kenapa kita seperti sangat dekat,seperti nya aku sudah mulai menyukainya. Lagi pula kalo aku menyukai nya tidak ada yang melarangnya bukan, Rasyah kan cuma sahabatnya gak lebih" gumam Edward sendiri.
Tak lama Jelita pun telah tiba kini ia sudah siap.
"Edward sudah!" Ucap Jelita yang menyadarkan Edward.
"Iya yuk kita jalan" jawab Edward, kali ini mereka menuju ke bandara.
"Bukan nya kita harus ke dubes dulu ya kalo kaya gitu" mulai Jelita.
"Iya kamu benar, tapi aku ini seorang pilot Jelita aku bisa menunjukan kartu pengenal ku, dan kau tau dari Polandia ke Bali saja aku tak perlu mengeluarkan uang banyak untuk membayar nya aku hanya tinggal naik pesawat dan duduk manis saja,paling ongkos nya untuk aku sudah berada di tempat tujuan" jawab Edward.
"Enak banget kaya gitu gratis Mulu,rugi dong" ucap Jelita membuat Edward terkekeh.
"Haha..ya enak nya gitu jadi pilot naik pesawat kemana pun gratis tinggal tunjuk kartu pengenalnya dan langsung bisa naik, kau tenang aja kamu juga gak bakalan bayar karena kamu teman ku".
"Gak,aku gak mau Edward berapapun akan ku bayar lunas aku gak mau ngerepotin" tolak Jelita.
"Oke gak masalah" pasrah Edward.
Tak lama mereka pun sampai di bandara dan Edward pun langsung mengurusnya Jelita juga ikut ia memperhatikan apa yang dilakukan Edward dengan para staff lain nya.
Setelah selesai semua nya mereka balik kali ini Jelita dan Edward sama sama bingung ingin pergi kemana lagi.
"Kita mau kemana?" Tanya Jelita.
"Hmm ke pantai aja gimana?" Jawab Edward.
"Hm..boleh,pak ke pantai yang kemarin ya" ucap Jelita pada sang supir.
Saat sampai di pantai Jelita dan Edward hanya duduk duduk di bangku di bawah pohon.
"Edward,kamu ngerasa gak sih sebelum kita bertemu kamu ngerasa penasaran dengan ku?" Ucap Jelita.
"Hm..jujur iya aku sangat sangat penasaran dengan mu Jelita,entah kenapa disaat sekian wanita yang selalu dekati aku entah kenapa aku selalu penasaran dengan mu Rasyah dan Risa merahasiakan nya bahkan kalo Rasyah hanya memberi tahu nama mu saja tapi tidak wajah mu begitupun juga dengan adikku".
"Kau masih mending hanya tau nama ku dan tidak tau wajah ku, kalo aku gak semua nya aku hanya tau tentang mu saja,kata Risa kau jarang sekali pulang bahkan tinggal di apartemen".
"Iya,hm.. jelita apa kau menyukai Rasyah?" Tanya Edward hati hati.
Mungkin ini saat nya Jelita berkata jujur pada semua orang yang sering kali bertanya tentang perasaan nya pada Rasyah.
"Dulu iya tapi sekarang entah kenapa ketika bertemu dengan mu perlahan hilang rasa itu" ucap jujur Jelita.
"Kenapa kau tidak lagi menyukai nya?menurut ku kalian cocok,apalagi kalian sudah lama saling kenal" jawab Edward, sebenarnya Edward merasa tidak enak ketika Jelita mengucapkan perasaan nya dengan Rasyah perlahan mulai hilang sejak bertemu dengan nya, tapi kalau boleh jujur sejak Edward bertemu dengan Jelita Edward sudah menyukai nya. Jelita hanya memberi senyuman nya.
"Entahlah" jawab Jelita.
"Kalo misalnya Rasyah punya rasa yang sama gimana,kamu pilih siapa?".
"Gak tau".
"Kamu harus menentukan pilihan lit,karena usia mu sudah memasuki 24 tahun" ucap Edward.
"Dari mana kau tau usia ku 24?" Jawab Jelita heran.
"Entahlah,aku asal tebak aja" ucap Edward cengar-cengir.
"Oya kita makan yuk aku laper Lit" ajak Edward Jelita pun mengangguk setuju dan mereka pun mencari makan di daerah pantai.
Selesai makan Jelita dan Edward kembali lagi ke pantai sambil menikmati sunset disana sambil duduk duduk di atas pasir bersama Edward.
"Indah ya ciptaan tuhan kalo udah terbenam gini" ucap Edward kagum mata nya tak henti nya menghadap ke depan.
"Gak ada yang indah di dunia ini Edward" jawab Jelita.
"Kalo sore sore kaya gini jadi inget waktu kecil, dulu Rasyah sering sekali baca Qur'an di ruang tengah. Di keluarga besar kami juga ada yang beragama muslim Jelita" ucap Edward.
"Alhamdulillah,lalu apa mereka semua menghargai muslim?".
Edward mengangguk.
"Iya, kakek dan nenek kami adalah seorang katolik yang taat dan anak anak nya juga demikian tapi semenjak salah satu anak perempuan nya mendapatkan jodoh seorang muslim orangtua nya mengizinkan putri nya untuk mengikuti agama sang suami, kamu tau kan siapa orang ku maksud". Jelita mengangguk tahu siapa yaitu adalah mama nya Rasyah.
"Saat ada muslim di keluarga besar kami perlahan ada yang masuk muslim juga termasuk kakek nenek ku, dan sisa nya masih ada yang non Muslim tapi kami semua menghargai mereka semua, tapi ada suatu ketenangan saat aku melihat Salim membaca salah satu ayat yang membuat ku tersentuh oleh nya entahlah aku tidak tau Salim membaca" ucap Edward. Jelita menoleh ke arah Edward menatap wajah Edward yang masih menatap senja.
"Edward aku boleh bertanya" tanya Jelita pada Edward, ia pun menoleh pada Jelita.
"Tanya apa?".
"Kata kau tadi hati mu merasa tersentuh bila mendengar lantunan Salim,kenapa tidak kau lebih perdalam lagi untuk mencari tau tentang muslim,mm...aku bukan memaksa mu untuk menjadi muslim tapi aku hanya ingin bertanya aja seperti itu,maaf kalo pertanyaan ku ini membuat mu tersinggung atau gimana" ucap Jelita.
"Sebenarnya sudah Lit,tapi aku masih belum yakin tunggu aku yakin dulu" jawab Edward.
"Baiklah itu juga adalah hak mu Ed bukan hak ku" ucap Jelita Edward pun mengangguk setuju.
******
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASYAH (JELITA 2)
Teen FictionKelanjutan Cerita Jelita yang pertama. Baca dulu yang pertama ya biar tahu kisahnya 😊 "Aku kembali Jelita,aku menepati janji ku ini pada mu. Jakarta sudah berbeda tidak lagi seperti dulu seperti nya aku telah ketinggalan banyak cerita dari kota ini...