London, 12.00
Kini Edward sedang memainkan biola nya di hadapan Jelita sudah 10 lagu yang ia mainkan tatapan Jelita tidak ada hentinya menatap Edward dengan rasa kagum nya.
"Edward,kau berbakat dan kau hebat kalo ngeliat kamu kaya gini mengingatkan aku pada seseorang" ucap Jelita, Edward pun menaruh kembali biola nya di atas meja.
"Seseorang?siapa?" Tanya Edward.
"Elvano" jawab singkat Jelita.
"Siapa Elvano?" Edward balik tanya.
"Dia adalah teman ku dulu,tapi ia sudah tiada" jawab Jelita.
"Kalo boleh tau kenapa?".
"Dia punya penyakit kanker awalnya pertama kalian bertemu dengan ku dulu ia sudah sampai stadium akhir dan dokter sudah vonis hidup nya tidak lama lagi..dia sebenarnya kesepian yang ia butuhkan adalah seorang teman mungkin Tuhan mendengar semua keluhan nya dan keinginan sederhana nya itu hingga keajaiban Tuhan datang pada nya ia bertahan hidup hingga 7 bulan..dan saat itu juga ternyata ia menaruh perasaan pada ku" jelas Jelita.
"Lalu dia mengungkapkan perasaan nya pada mu Jelita?".
Jelita menggeleng kepalanya .
"Saat itu dia minta aku kerumahnya kata supirnya mereka lagi keluar sebentar membeli kue dan saat di lampu merah El melihat aku sedang bercanda dan tertawa dengan orang lain yang jauh lebih sempurna dari nya, hal itu yang membuat hati nya sakit dan dia pingsan dan di larikan ke rumah sakit,El sempat koma 6 jam dan akhir nya ia menghembuskan nafas terakhir nya " ucap Jelita sambil tersenyum tegar mengingat kisah nya dengan El.
"Aku jadi penasaran dengan El, lalu ia di makam kan di mana?".
"Di Jakarta".
"Ohh, tapi kau tidak suka dengan nya juga kan Jelita" ucap Edward.
"Tidak aku tidak punya perasaan apapun pada nya bahkan perhatian aku selama ini bukan karena aku kasihan dengan nya tetapi karena aku memang peduli pada nya tidak lebih" jawab Jelita.
"Syukurlah kalo gitu" ucap Edward tersenyum.
"Tapi Edward, kalo di pikir pikir setelah aku mengetahui tentang kehidupan mu dan tentang El kalian berdua persamaan disana kalian merasa kesepian,tapi beda nya kau masih mempunyai keluarga lengkap dan bahkan kamu tidak merasa kesepian atau apapun sedangkan El kedua orangtuanya sudah bercerai,di tambah penyakitnya,lalu ia kesepian ia sama sekali tidak memiliki sahabat ataupun teman" ucap Jelita entah kenapa ucapan nya barusan sangat menyentuh hati Edward.
Jelita benar hidup Edward agak sama seperti
Elvano sama sama kesepian tapi Edward masih bersyukur ia tidak seperti Elvano yang kesepian dan penyakit yang di deritanya."Andai El masih hidup aku yakin kalian berdua akan bercerita tentang kehidupan kalian yang sama ini,dan aku yakin jika El mengenal mu pasti hidupnya tidak merasa kesepian" ucap Jelita.
"Iya Lit, kamu benar....kalo gitu anggap aja aku El yang masih hidup ya walaupun aku gak tau Elvano seperti apa dan belum pernah bertemu tapi aku yakin kalo El mendapati hati kamu pasti dia sangat bahagia sekali seperti aku sekarang ini" jawab Edward dengan senyuman senangnya begitu juga dengan Jelita yang ikut senang.
"Tapi Lita, kalo dia masih hidup pasti aku akan cemburu" tambah Edward.
"Cemburu kenapa?" Jelita sedikit mengerutkan keningnya.
"Aku takut kamu ngelupain aku dan lebih perhatian lagi sama dia" ucapnya membuat Jelita terkekeh.
"Gak ada siapapun yang aku lupakan dunia ini termasuk diri mu" jawab Jelita.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASYAH (JELITA 2)
Teen FictionKelanjutan Cerita Jelita yang pertama. Baca dulu yang pertama ya biar tahu kisahnya 😊 "Aku kembali Jelita,aku menepati janji ku ini pada mu. Jakarta sudah berbeda tidak lagi seperti dulu seperti nya aku telah ketinggalan banyak cerita dari kota ini...