21. Mualaf

25 2 0
                                        

Jam 10 pagi Rasyah akan menemani Edward menemui salah satu sahabat papa nya yaitu seorang ulama di kota Istanbul Turki yang memang sedang tinggal sementara di Warsawa untuk menyampaikan dakwahnya. Kali ini Edward dan Rasyah tengah berada di rumah beliau yang didalam rumahnya terdapat musholla kecil disana.

"Assalamualaikum" sapa Rasyah pada Imran Al Hamad seorang ulama dari Istanbul.

"Walaikumsalam, kau putra dari sahabat ku Daniel?" Jawabnya.

"Iya benar paman" ucap Rasyah dengan ramah.

"Oke,ada perlu apa kau datang?".

"Hmm..paman kenalkan dia adalah sepupu ku Edward " ucap Rasyah , Edward hanya tersenyum ramah pada nya.

Saat ruang tamu Rasyah menjelaskan pada nya bahwa Edward ingin menjadi seorang muslim dan Rasyah juga meminta nya untuk membantunya dengan senang hati ulama Imran  Al Hamad menyetujui dan segera membantu Edward sedangkan Rasyah hanya melihatnya dan menemani nya saja dan ia juga merekam sebagai bukti untuk dikirimkan oleh Jelita.

Menyebut nama sahabatnya itu membuat ia ingin kembali dan bahkan tinggal lagi di Jakarta bersama nya,tapi di kota ini ia juga mempunyai tugas yang sangat penting yaitu seorang dokter, rumah sakit tempat Rasyah bekerja sangat membutuhkan dokter bedah jantung seperti Rasyah karena kegigihan dan telatennya membuat siapapun ingin sekali konsultasi pada nyam

Ulama Imran Al Hamad membantu Edward mengucapkan kalimat syahadat dan Edward pelan pelan mengikutinya dan lama lama akhirnya Edward telah resmi menjadi seorang Muslim. Wajah penuh bahagia yang terukir di wajah Edward akhirnya sekarang ia adalah seorang muslim langkah pertama telah ia lalui tinggal langkah berikutnya saja.

"Rasyah, saya harap kamu mau membimbing dan membantu sepupu mu ini dalam beragama ajari dia kau mengerti" ucap paman Imran.

"Saya mengerti paman" jawab Rasyah.

"Untuk Edward semoga kau menjadi seorang mualaf yang baik dan taat menjalankan kewajiban dan sunah yang telah di ajarkan agama Islam" ucap paman Imran pada Edward.

"Baik paman terima kasih banyak telah membantu saya" jawab terimakasih Edward pada nya.

Edward dan Rasyah tidak bisa lama lama dan akhirnya mereka pun pamit, saat didalam mobil sejak tadi Edward fokus dengan ponselnya sepertinya ia sedang chatan dengan Jelita.

"Edward, kau ingin ikut aku kerumah sakit? Soalnya ada pasien ku yang ingin konsultasi" ucap Rasyah, merasa ditanya oleh Rasyah Edward pun menoleh pada nya.

"Hmm...kau turunkan aku di perempatan lampu merah saja, aku ingin kerumah teman ku dulu" jawab Edward.

"Oke" Rasyah melajukan jalan nya hingga akhirnya Rasyah berhenti di perempatan jalan yang di pinta oleh Edward.

"Edward, jam 12 kau harus solat..kau masih ingat kan cara nya yang ku ajarkan kemarin" Ucap Rasyah yang mengingatkan Edward.

"Iya aku ingat niat nya juga aku ingat..nanti aku akan solat" jawab Edward lalu keluar dari mobil Rasyah dan Rasyah pun kembali melaju kan mobilnya.

Edward berjalan kaki dari tempat ia di turunkan oleh Edward hingga ia masuk kedalam komplek perumahan mewah disana.

Edward menekan bel rumah seseorang yang tak lain adalah sahabatnya Michael.

"Hay ..kapten kau masih ingat dengan teman mu ini" ucap Michael menyambut kedatangan Edward ia pun mempersilakan teman nya itu untuk masuk kedalam.

"Apa liburan mu menyenangkan selama di Bali?selain dulu kita ke Bandung apa yang membuat mu ingin ke Bali?" Ucap Michael sambil duduk di sofa di ikuti oleh Edward.

"Pulau kecil itu menarik bagi ku..menurut ku Bali sangat indah kau harus mencoba kesana,tapi Bandung tak kalah juga sama sama indah sungguh ciptaan tuhan yang luar biasa" jawab Edward.

Michael terkekeh mendengar ucapan sahabatnya itu.

"Oya aku punya kabar bagus untuk mu tapi karena Farel sudah tidak tinggal disini jadi kau saja biar Farel nanti kau saja yang memberi tahu nya" mulai Edward,membuat Michael penasaran.

"Apa apa" jawab Michael dengan semangat ia sungguh penasaran.

"Kau masih ingat kan tentang sahabat adik ku itu yang orang Indonesia?" Ucap Edward, Michael hanya mengangguk.

"Nah jadi saat lagi di Bali gak sengaja aku bertemu dengan gadis itu dan saat itu juga aku menyukainya dan bahkan kami liburan dari Bali lalu ke London,dan satu lagi kabar bahagia nya sekarang aku adalah seorang muslim" tambah Edward sontak membuat Michael membulatkan bola mata nya tak percaya.

"Sekarang kau muslim?" Kata Michael.

"Iya, aku muslim..aku menjadi seorang mualaf bukan karena gadis itu tapi karena keinginan ku sendiri kau pasti Taulah..dan setelah ini aku akan membawa keluarga ku ke Indonesia untuk melamar gadis itu" ucap Edward.

"Seriusan..ya ampun kapten..kau..kapan kau akan ke Indonesia lagi?" Michael kembali bertanya.

"Iya serius..yang penting nanti kalian berdua akan ku undang tenang saja kalian dapat tiket gratis " ucap Edward Michael hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum.

"Hahhah...oke-oke terserah kau saja asalkan jangan lupa kulit aja" sahut Michael. Edward hampir 1 jam berada di rumah Michael hingga tak lama ia pun pamit untuk pulang.














*Skip

Kini Rasyah baru saja selesai mengangani pasien nya ia kini sedang berada di ruangan nya untuk beristirahat, entah kenapa pikiran nya tidak pernah lepas dari Jelita. Semudah itu kah Jelita lebih memilih Edward di banding dengan nya sendiri yang sudah lama saling kenal sedangkan Edward mereka baru baru saja mengenal.

Rasyah mengambil ponselnya dari saku celana nya dan menelpon Jelita.

"Ada apa Rasyah" ucap Jelita dari sebrang sana.

"Kau sedang apa?" Jawab nya.

"Biasa lagi lembur" ucap Jelita jujur.

"Ohh, jangan pulang malem malem ya..".

"Makasih udah di ingetin Syah" ucap Jelita.

Rasyah tersenyum.

"Sama sama,kamu kan sahabat aku udah jadi tugas aku buat ingetin kamu" jawab Rasyah.

"Hehe,kamu lagi apa?".

"Istirahat tadi baru aja ada pasien mau konsultasi terus periksa dan lain lain".

"Ohhhhhhhh".

"Lit, aku sayang..tapi maaf Edward lebih membutuhkan kamu" entah kenapa kata itu muncul dari mulut Rasyah.

"I know, tapi mau bagaimana lagi..udah takdir kita sendiri! Gak mungkin aku nikah sama kalian berdua sekaligus".

"Ada kok yang kaya gitu Lit".

"Em..aku gak yakin kalo aku bisa, cuma satu yang aku takuti yaitu disalah satu di antara nya ada yang merasa tersakiti".

"Kamu benar , kalau seandainya El masih ada kamu mau pilih aku, Edward, atau El?".

"Aku gak tau".

"Kenapa?bingung ya? Karena di antara mereka bertiga itu sama sama yang terbaik buat kamu" ledek Rasyah membuat ia mendengar suara Jelita terkekeh pelan.

"Edward sudahlah lagi pula persahabatan aku dengan Rasyah tidak putus" jawab Jelita.

"Iya-iya terserah deh,yaudah ya aku tutup dulu bye" ucap Edward lalu mematikan ponselnya.






















➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖










Bersambung.......

RASYAH (JELITA 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang