#8 - Gunung Tak Semenarik Jahe

15.9K 2.4K 1K
                                    

Kun dan Ten duduk di antara lingkaran kelompok Doyoung. Keduanya tersenyum ramah dengan tangan yang memegang sembilan bungkus Biskuat cokelat kecil.

"Selamat pagi semuanya," sapa Ten ramah. "Gue Ten dan yang di samping gue ini Kun. Udah pada kenal lah ya."

Mereka mengangguk.

"Kami ini Parvati yang bakal bimbing kalian selama BSM alam," jelas Kun. "Nama kelompok ini apa, btw?"

Jahe mengangkat bendera kelompoknya. "Bumi Manusia, Kang."

Kun mengangguk paham. "Bagus. Nah, sekarang bakal ada sesi diskusi film sama peserta lain. Kalo mau ngemil, ngemil aja ya."

"Kami ada di ujung ruangan, nyemangatin kalian," sahut Ten dengan senyuman.

Selepas Kun dan Ten dari kelompok, dua orang pembawa acara masuk. Namanya Gelas Kaca dan Alfar.

"Gelas?" Jahe diam sejenak. "Gue kalo manggil si Teteh kena copyright nggak ya?"

Lukas berdecak. "Elo nggak bener-bener mikir kayak gitu, kan?"

"Kas, copyright itu masalah fatal tau." Jahe menatap tak percaya Lukas, seolah sobatnya ini tidak mengerti hal mendasar sejak manusia dilahirkan. "Mamanya Teh Gelas dituntut perusahaannya nggak ya?"

"Lah, itu lo barusan nyebut-"

Jahe menutup mulutnya panik. "LAH IYA, KAS! GIMANA INI?!"

Echan memutar matanya. "Ngapain lo tutup mulut kalo masih teriak-teriak?"

Di antara orang-orang yang sudah tak habis pikir dengan kelakuan absurd Jahe, Yangyang terdiam. Matanya berkedip beberapa kali sebelum menatap Jahe. "Ngomongin apa tadi?"

Melihat Jahe yang masih panik, Doyoung menghela napas. "Siapa pun nggak usah nanggepin omongan si-"

"Itu, nama si Teteh yang di depan," sambar Jahe, tidak mendengar ucapan Doyoung.

"Teh Gelas?" sahut Yangyang polos. Ia terdiam sejenak. "Ih, lucu ya!"

"Jangan disebut!" pekik Jahe panik. "Nanti kena copyright!"

Baru saja Echan hendak meluruskan pemikiran Jahe, Yangyang ikutan terlihat panik sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Lah, iya! Gue kena sanksi nggak ya?!"

Serius, Adis yang sejak tadi berusaha tidak ikut campur kini geregetan sendiri. Ia melirik Doyoung. "Gara-gara lo katain tuh, jadi ogeb beneran, kan?"

"Kalo gitu, gue salah satu pelakunya dong," celetuk Mark. "Semalem gue ngatain si Jahe ogeb gegara orangnya nyicip biskuit Kokom."

"Kokom itu siapa?" tanya Hendery.

"Buntelan pemalesan, bangsat, dan menyebalkan," jelas Doyoung tak acuh yang langsung mendapat geplakan di kepalanya oleh Adis.

"Kucing oren gue," sahut Adis cepat.

Hendery menghela napas. "Gue pikir manusia sableng cuma si Yangyang."

"Gue nggak sableng ya!" pekik Yangyang tidak terima. "Buktinya apa kalo gue sableng?"

Adis memilih fokus pada Gelas yang sudah mulai bicara di depan mereka. "Nah, sebagai salah satu rangkaian BSM, kami mau buka diskusi terbuka yang temanya ditentukan oleh kalian sendiri. Tentunya masih mengenai film ya."

Alfar mengangguk. "Iya nih, kira-kira ada nggak dari teman-teman yang punya hal menarik seputar film untuk didiskusikan bersama?"

Mark terlihat berpikir. Ia terlihat berpikir sebelum mengangkat tangannya dan maju ke depan. Setelah diberikan mic oleh Gelas, Mark mulai bersuara, "Nama saya Mark dari kelompok Bumi Manusia. Ada hal yang pengen banget saya diskusikan dengan teman-teman mengenai tontonan untuk anak."

PEKA SENITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang