#3 - Workshop Itu Kerja Toko

22.9K 3.5K 935
                                    

Adis menatap kertas bertuliskan angka tiga di tangannya. Ia lalu melirik Lukas yang mendapat kertas bertuliskan angka delapan. "Buat apa sih kertas ini?"

"Kayaknya buat ngantre snack," jawab Lukas. Ia menunjuk meja di ujung ruangan. "Tuh, di sana ada dispenser, kue-kue kering, sama astor."

Keduanya pun menghampiri meja itu. Terlihat kumpulan piring berisi kudapan dan gelas-gelas plastik dengan gula, kopi, dan teh yang sudah disediakan.

Kun langsung menyambut keduanya. "Sok yang mau ambil, ambil aja. Kalo mau minum ambil sendiri aja bebas. Kopi sama tehnya seduh sendiri."

Adis mengerutkan kening. "Trus ini kertasnya buat apa, Kang?"

"Oh, itu mah buat entar," jawab Kun singkat.

"Makasih, Kang." Lukas langsung mengambil dua piring snack dan menyodorkan yang satu pada Adis. "Mo minum apa?"

"Air putih aja."

Selagi Lukas mengambilkannya air putih, Adis memindai ruangan gedung pertunjukan ini. Ia memperhatikan sosok asing di depannya, mencoba menilai orang-orang dalam ruangan ini hanya dari penilaian sekilasnya.

Dari semua orang yang hadir, ada satu cewek yang benar-benar membuat Adis tidak nyaman. Cewek itu mengenakan kacamata, dengan karang hitam di atas bibirnya, dan mulut yang cenderung terlihat sinis meskipun sedang diam.

Demi apa pun, Adis berharap ia tidak berurusan dengan cewek itu.

Yuta naik ke atas podium dengan sebuah mic di tangannya. "Semuanya ayo duduk di tengah ruangan, acaranya mau dimulai."

Lukas dan Adis duduk lesehan bersama maba jurusan Film lainnya. Ia bisa melihat Doyoung duduk di barisan depan bersama bocah polos yang sedari tadi melihat kiri-kanannya saksama yang kalau Adis tidak salah ingat adalah teman seperhukumannya tempo lalu, Mark.

"Nah, selamat pagi dan salam sejahtera semuanya," sapa Yuta yang langsung disahut seluruh peserta workshop. "Selamat datang dalam Workshop yang diadakan PEFT sebagai lembaga tertinggi jurusan film di Institut Seni Tetronida Bandung."

"Pefet?" Lukas mencoba mengulang ucapan Yuta. "Gue kira dibacanya bakal kayak singkatan P.E.F.T gitu."

"Iya, Paguyuban Estetika Film Tetronida," jelas Yuta. "Disingkat PEFT (pefet)."

"Nggak singkata, nggak cara baca, kok nggak ada keren-kerennya sih?!" protes Mark heran. "Mana biasanya orang sunda susah bilang F kan?"

"Hush, ngaco!" Doyoung menyikut rusuk Mark. "Jangan pukul rata gitu dong. Gue orang sunda tapi bisa bilang F."

"Ini gimana sih?!" pekik Echan tidak terima. "Di FF lain namanya keren-keren, kenapa di sini namanya pefet pefet coba?! Mana paguyuban lagi! Nggak sekalian aja koalisi?!"

"Paguyuban itu apa sih?" tanya Jahe bingung. Dahinya mengerut dengan muka yang tidak ia kontrol. 

Yuta menggeleng kecil. "Oke, oke, sekarang waktunya Johnny menjelaskan apa itu PEFT."

Mic beralih pada Johnny yang berada di pinggir undakan podium. Ia naik lalu mengambil tempat di tengah podium. "PEFT itu bukan perkumpulan atau asosiasi kampus sebagaimana kalian tau. Kita paguyuban, sedarah, keluarga! Lebih dari sekadar organisasi kampus! Makanya, di sana," Johnny menunjuk sudut kirinya yang sudah duduk dengan rapi para alumni, "masih ada alumni yang bersedia membantu keluarga ini untuk membimbing kalian calon-calon anggota PEFT. Bahkan sampai kalian menginjakkan kaki keluar dari kampus ini, menikah, sampai sudah tinggal nama, kalian tetap bagian keluarga ini."

PEKA SENITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang