Jahe bangun dari kasurnya. Seperti hari-hari biasa, ia akan langsung bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu lalu ikut rombongan kosan untuk salat berjamaah di masjid.
Tapi bukan itu poinnya.
Pulang dari masjid, ia akan langsung merebus air, masuk ke kamar Adis yang tidak pernah terkunci, menyiapkan ember di kamar gadis itu, mengangkat air yang sudah hangat, memasukkannya ke dalam ember, menambahkan air hangat sampai suhunya pas...
... dan menggendong Kokom menuju kamar mandi Adis.
Ya, begitulah kegiatan Minggu pagi Jahe. Bukan jadwal yang disepakati, tapi hari Minggu memang waktunya Jahe mengurus Kokom saat di hari-hari biasa Kyuhyun dan Adis-lah yang mengurus kucing tersebut.
Dengan telaten, Jahe menyikati bulu Kokom, memunggungi kucing itu saat buang air, lalu kembali membersihkan tubuh kucing itu seraya menyebor kotoran tadi.
Adis masuk ke dalam kamar saat Jahe sudah melilit Kokom dengan handuk dan menaruhnya di atas kasur Adis. Cowok itu langsung mengambil pengering rambut dan mengeringkan rambut Kokom.
"Makan gih, udah dibikinin Teh Gladis sayur buncis sama tempe bacem," ujar Adis seraya meraih ponselnya dari atas kasur.
Jahe mengangguk. "Jangan diabisin tempenya."
"Ya makanya cepet. Belom mandi, belom makan. Entar kesorean ke sananya gera."
"Da bareng Erin atuh!"
"Halah, udah gelap mah beda cerita!" salak Adis galak. "Cepetan mandi, biar ke sananya nggak kemaleman."
Adis pun keluar, membiarkan pintu kamarnya terbuka lebar.
Jahe terdiam sejenak. Ia lalu memandangi Kokom yang masih anteng menikmati udara panas yang keluar dari pengering rambut Adis. "Kom, hari ini Jahe kencan tapi juga belok dulu."
Kokom hanya diam.
"Jahe bawa baju ganti aja gitu ya?"
Kokom mendongak, menatap wajah Jahe dengan mata bulatnya. "Meong."
"Ah, bener, mending biar sekalian aja! Makasih ya, Kom."
"Meong."
Jahe pun mematikan pengering rambut tersebut dan menciumi bulu halus Kokom. "Dah, Kokom, Jahe mau jalan-jalan dulu sama Erin. Nanti Kokom juga ke sana ya!"
***
Berbeda dengan image Jahe biasanya, cowok itu terlihat luar biasa profesional di depan kamera.
Mulai dengan pemotretan sebuah brand tas lokal, sepatu, hingga akhirnya brand pakaian milik temannya yang sedang merintis usaha. Bersama Erin, ia tak keberatan dibayar semampu temannya. Bahkan sebenarnya ia dan Erin tak keberatan jika tidak dibayar.
Kali ini fotografer meminta Jahe untuk mengambil posisi di atas sofa sedangkan Erin dengan anggun duduk di karpet bawah sofa, membuat rok gaunnya membentang indah di sana.
Jahe memasang wajah tajam sambil merangkul Erin yang duduk di bawah sofa yang ia tiduri. Matanya nyalang menatap kamera dan dengan percaya diri, ia mengganti gaya beberapa kali. Sesekali ia mengusap peluh di dahinya dan dahi Erin dengan tisu yang ia sembunyikan di belakang tubuhnya. Mau seminim apa pun suhu AC di ruangan itu, cahaya lighting tetap membuatnya gerah, ditambah tuxedo yang ia kenakan sekarang membuat keringatnya makin bercucuran.
"Nah, bagus!"
Begitu sang fotografer menjauhkan kameranya dari mata, Jahe kembali memasang wajah ramahnya. Ia lalu membantu Erin bangkit dari posisi duduknya dan membersihkan kotoran pada gaun hijau tua yang digunakan cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEKA SENI
FanfictionKatanya, seni itu gila. Masa? "Meong," ucap Kokom antusias. "Meong meong meong meeeeong." "Udah gila." ------------- Doyoung itu cuma anak 18 tahun yang baru lulus SMA, punya pacar, dan baru ngerasakan hidup ngekos. Tapi, setelah ngampus di kampus s...