#20 - Tiga Sudut Persegi

13.9K 2.3K 576
                                        

"Heh, Kudis."

Ucapan dingin dan tajam itu tidak hanya membuat Adis berbalik, melainkan beberapa mahasiswa lain yang berada di basement yang kebetulan tak jauh dari keduanya. Semua menatap pelakunya heran, terlebih Adis.

Adis mengerutkan kening ketika Doyoung berjalan mendekatinya dengan tatapan tajam yang asing, seolah ada sesuatu yang dibenci Doyoung yang hinggap pada diri Adis.

"Ap—AUW, SAKIT!"

Seketika rasa perih dan panas menghinggapi kulit kepala Adis ketika kucir rambutnya ditarik begitu saja oleh Doyoung, membuat rambut bergelombangnya terurai sempurna. Beberapa helainya ada yang menyangkut di jari-jari Doyoung, sebagian ada yang membelit kucir rambut Adis.

Adis berusaha berbalik, namun Doyoung menahan pundaknya dan memaksanya memunggungi cowok itu.

"Apaan sih?!" pekik cewek itu tak terima. "Gila ya lo?!"

Doyoung tidak menjawab. Ia memilih menyisir rambut panjang bergelombang Adis dengan jarinya.

Pikirannya kembali memutar kejadian lalu, ketika seseorang menatap rambut yang sedang disisirnya sekarang dengan tatapan memuja. Senyum itu terpatri di otak Doyoung. Memuakkan. Bahkan terasa lebih memuakkan lagi saat bibir itu perlahan bersuara sepelan embusan napas, namun entah bagaimana sampai di kupingnya dan merusak suasana hatinya detik itu juga.

"Bisa nggak sih elo ngucir rambut yang rapi?"

Ia merapikan rambut Adis dan mengikat rambut gadis itu dengan rapi. Setelah beres, ia memutar tubuh Adis. Kali ini tatapannya melunak walau tetap saja terlihat ada kilat marah di matanya, entah karena apa. "Kalo elo nggak bisa ngucir rambut yang bener, biar gue iket tuh rambut pake tali rapia."

"Kemarin-kemarin juga nggak protes gue mo ngiket rambut kayak gimana juga." Adis mendengus tak suka. "Trus kenapa sekarang jadi masalah?"

"Pokoknya selain di kosan, lo nggak boleh asal ngiket rambut!"

Adis seketika melongo, memandangi Doyoung yang melewatinya begitu saja dan naik ke atas motor. Tapi yang dipandang terlihat tak peduli. Cowok itu memilih memasang helm lalu menyodorkan helm lainnya pada Adis. "Temenin gue nyari makan yok? Laper nih."

***

"Ternyata makin cantik ya kalo ngucir rambutnya asal-asalan."

Johnny menggelengkan kepala ketika mengingat ucapannya saat di kantin siang kemarin. Itu jelas sebuah pemikiran spontan Johnny, tapi entah kenapa cowok itu menyuarakannya tanpa sadar.

Ia mengisap rokoknya dalam, mengisi paru-paru dengan nikotin lalu mengembuskannya ke udara sebelum meneguk Vsoy di tangannya demi menahan hasrat merebut botol minuman di meja panitia.

Seperti biasa, setelah acara kumpul bersama panitia dan seluruh anggota PEFT, mereka akan mengadakan acara "Malam Keakraban" di ruang olahraga kampus. Lengkap dengan musik, rokok, dan berpuluh-puluh botol minuman hasil patungan.

Di sana terlihat Yuta yang tengah dicekoki satu botol penuh anggur merah oleh panitia lainnya, termasuk Kibo yang menyoraki Yuta sambil ikut meneguk minuman itu. Biasanya Johnny akan berada di sana sambil meneguk segelas rum, menonton kelakuan orang mabuk yang sering kali bertingkah konyol.

Tapi kali ini ia menonton jauh dari ujung ruang olahraga kampus. Hanya dengan rokok dan sebotol susu kedelai.

Dari arah pintu masuk ruang olahraga, terlihat Taeyong yang berjalan mendekat lalu duduk di samping Johnny. Ia menyodorkan kol goreng bumbu pada Johnny yang hanya dibalas dengan gelengan kepala.

PEKA SENITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang