Mendengar bunyi botol kaca yang bertubrukkan membuat Yuta yang sedang bermain PS dengan Taeyong bangkit dan melirik ke arah Johnny yang tengah memasukkan botol-botol itu ke dalam kulkas.
Buru-buru ia menghampiri sobatnya itu. "Kok nggak ngajak-ngajak beli teh euy, nggak seru!"
Johnny menoleh. "Bukan anjir!"
Kening Yuta seketika mengerut. Ia meraih salah satu botol yang sudah Johnny taruh di dalam kulkas. "Vsoy Multigrain. Apaan nih?"
"Susu kedelai."
"Tumben." Yuta menaruh lagi botol itu di kulkas. "Emangnya elo doyan?"
"Enak kok."
Beberapa detik Yuta memandangi botol-botol itu sampai akhirnya ia menyeringai dan menatap Johnny penuh selidik. "Sok, apa gerangan yang membuat Ananda tiba-tiba membeli susu kedelai ini?"
"Cuma lagi pen—"
"Adis, ya?"
Johnny menunduk seraya menggelengkan kepala. Bodoh, batinnya, untuk apa juga ia berdalih di depan sobatnya ini? "Siapa lagi?"
"Dsoy unch," komentar Yuta, terdengar sangat random. "Tau nggak Dsoy teh apa?"
"Adis Vsoy?"
"Adis Asoy!"
Yuta meringis saat kepalanya digeplak oleh Johnny.
"Intinya saya mendungkung Ananda untuk mendapatkan hati Adinda," Yuta meraih rokok di saku celananya, "kalau Adindanya mau tapi."
Lagi-lagi Johnny hanya menanggapi sobatnya dengan gelengan kepala.
***
"Karikari hagotae hoshii shi~"
Jahe terlihat anteng memeluk Kokom di atas kasur Adis tanpa memedulikan ketiga temannya yang hendak berdiskusi. Ia masih fokus pada layar ponselnya yang menyetel video Tokyo Mew Mew sambil ikut bernyanyi.
Tanpa memedulikan keduanya, Doyoung menendang-nendang tubuh Jahe. "Minggir lo! Ganggu orang mo diskusi aja!"
Jahe melirik sinis Doyoung lalu bangkit duduk. Ia menundukkan kepala dan berbisik pada Kokom yang masih dalam pelukannya, "Kita pindah aja yuk, Kokom! Papa tiri kamu galak!"
"Meong!"
"Heh!"
Jahe berjalan santai, tidak memedulikan pekikan tak terima Doyoung barusan. Begitu keduanya keluar dari kamar kos Adis, Doyoung mendudukkan diri di belakang tubuh gadis itu.
Adis mengucir rambutnya asal, seperti biasa. Dengan buku tulis, stiker, dan pulpen hitam kesayangannya ia membuat susunan cerita untuk naskah film mereka.
Setelah mendapat persetujuan teman-teman dan Parvati, Adis mulai menyusun naskahnya dengan Mark sebagai sutradara dan Doyoung sebagai DOP.
"PR untuk kita yang pasti bawa nuansa 90-an buat properti nanti," katanya tanpa memedulikan Doyoung yang sejak tadi menontonnya berkutat dengan buku tulis dan pulpennya. "Cowoknya merhatiin cewek itu dari biodata di bindernya. Trus mereka pindah sekolah dan akhirnya ketemu lagi berbekal tulisan di kertas kalo cewek itu punya mimpi tinggal di rumah pohon."
Mark mengangguk setuju. "Lo mau gambarin ceweknya kayak gimana?"
"Apanya?"
"Pas mereka udah gede."
![](https://img.wattpad.com/cover/193966651-288-k402736.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PEKA SENI
FanfictionKatanya, seni itu gila. Masa? "Meong," ucap Kokom antusias. "Meong meong meong meeeeong." "Udah gila." ------------- Doyoung itu cuma anak 18 tahun yang baru lulus SMA, punya pacar, dan baru ngerasakan hidup ngekos. Tapi, setelah ngampus di kampus s...