"Permisi, Adis mau cek ruang musik, mau ngembaliin speaker soalnya."
Bertepatan dengan ucapan Adis tersebut, Lukas dan Mark keluar dari lift sambil membawa sebuah speaker besar.
"Nggak di kunci da," sahut Johnny. "Sini, Akang bantu."
"Nggak usah, Kang, bisa da ini," tolak Mark sambil berjalan melewati Ageu dan Johnny, sedangkan Adis mengekori kedua temannya tersebut dan membantu mereka membuka pintu ruang musik.
Ageu melirik Johnny. "Nggak apa-apa?"
"Biar nanti gue ngomong sama orangnya." Johnny mengecup bibir Ageu sekilas. "Sekarang lo balik ke kosan. Udah ini gue ke sana."
Setelah kecupan di bibirnya sekali lagi, Ageu baru beranjak menuju lift, sementara Johnny menghampiri adik tingkatnya tadi.
Johnny langsung berdiri di depan ruang musik, tepat di belakang tubuh Adis hingga gadis itu mengerjap kaget dan langsung mendongak ke belakang. "Akang?"
Detik itu, Lukas dan Mark keluar dari ruang musik. Lukas lalu menatap Adis. "Hayu, ke bawah lagi."
Sekonyong-konyong Johnny menyambar, "Kalian dulu aja, Akang mau ngajak Adis jajan."
Lukas dan Mark pun mengangguk. "Ya udah, gue sama Lukas ke Kancah Acara dulu, laporan udah ngembaliin satu speaker."
Setelah berpamitan, keduanya pergi menuju lift, meninggalkan Adis dan Johnny berdua di depan ruang musik masih terbuka. Johnny pun menuntun Adis masuk ke ruang musik dan duduk lesehan di atas karpet di dalam sana.
Johnny duduk tepat di depan Adis. Matanya intens memandangi wajah bulat di depannya. Dari semua hal yang sekiranya gadis itu lihat sebelumnya, wajah kebingungan nan polos bukan sesuatu yang Johnny duga.
Sedikit gemas, tapi lebih banyak kecewanya.
Perlahan mulut Johnny terbuka, namun pada akhirnya kembali mengatup. Terus begitu hingga tak terasa sepuluh menit mereka lewati dalam hening.
Johnny lalu menghela napas. "Akang kayak punya banyak hal yang harus Akang bilang ke Adis, tapi entah kenapa Akang yakin itu nggak dibutuhin Adis. Adis pasti tau semuanya."
Adis mengerutkan kening. "Soal apa?"
Mendengar pertanyaan polos itu membuat Johnny terkekeh. Ia tahu dan sangat yakin Adis paham mengapa gadis itu ia tarik kemari dan tahu apa yang sebenarnya cowok itu ingin bicarakan. Tapi sepertinya gadis ini tidak ingin ikut campur.
Hingga akhirnya Johnny meraih tangan Adis dan mengusapnya. "Maaf."
"Untuk apa?"
"Akang sering bikin Adis kecewa."
Ujung bibir Adis terangkat, menunjukkan senyum tipisnya. "Adis nggak kecewa, Kang. Akang punya alesan yang Adis nggak tau. Adis nggak berhak menghakimi juga."
Tangan Johnny terlepas dari tangan Adis, namun gadis itu menangkupkan tangannya, mengunci tangan besar Johnny dengan jari-jari kecilnya lalu menepuknya pelan. "Sejauh ini yang Adis liat Akang selalu jadi sosok yang diandalkan orang lain. Mungkin yang tadi bentuk Akang beristirahat."
Istirahat.
Tak ada yang tahu soal hubungan apa yang sebenarnya ada di antara ia dan Ageu selain sahabat-sahabatnya, tapi ia tahu penghakiman macam apa jika hubungannya antara Ageu dan dan dirinya terbongkar. Ageu bukan cewek gampangan yang bisa dipakai seenak jidat. Sejauh ini partner Ageu hanya dirinya. Tidak ada yang tahu Ageu merokok ataupun peminum ulung. Bahkan penampilan Ageu tak ada yang mendukung image semacam itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
PEKA SENI
FanfictionKatanya, seni itu gila. Masa? "Meong," ucap Kokom antusias. "Meong meong meong meeeeong." "Udah gila." ------------- Doyoung itu cuma anak 18 tahun yang baru lulus SMA, punya pacar, dan baru ngerasakan hidup ngekos. Tapi, setelah ngampus di kampus s...