#28 - Kasa yang Tak Berkisi

11.7K 1.9K 897
                                    

Ini apa?

Yap, benar, ajakan untuk membaca Kepada Tuan Detritus.












Winwin menghela napas berat. "Gue juga nggak paham kenapa bisa."

Lukas, Adis, Doyoung, Winwin, dan Jungwoo serentak menatap Jahe yang sedang berjoget ala ubur-ubur di tengah lapangan GOR bersama Echan dan maba lainnya. Ia terlihat luar biasa hepi saat idenya untuk acara inaugurasi terpilih.

Jungwoo kembali menatap keempat teman yang ada di depannya. "Mana nggak ada acara kating nge-acc pula."

Berbeda dengan yang lain, Mark yang baru saja kembali dari tukang rujak datang dengan wajah tenang. "Lumayan, ide kita antimainstream."

"Dresscode-nya apaan coba?" tanya Doyoung sambil melempar secuil kertas bekas voting tadi ke tempat sampah. "Baju tarzan?"

Adis mendelik. "Ke kebun binatang nggak perlu pake dresscode kali, kecuali elo jadi mbak-mbak karcis."

"Gue mas-mas, jingan."

"Mas-mas karcis?"

Tiba-tiba Jungwoo menoyor Doyoung dan Adis. "Ini lagi dua tuyul, gelut aja kerjaannya!"

"Eh, ini kebon binatang ya temanya?" Mark menusuk potongan semangka dan melahapnya. "Di otak gue padahal udah ada tanaman rambat di langit-langit plus marsupilami gelantungan."

Winwin langsung menatap Mark bingung. "Marsupilami tuh nama hewan apa nama kartun sih?"

"Eh, eh, bagus tuh ada marsupilanya!" seru Echan sambil berlari menghampiri sobat-sobatnya.

Jungwoo menyalak, "Marsupilami di hutan, bukan di bonbin, goblok!"

Tiba-tiba Jahe datang dengan wajah cerianya. Ia lalu menunjukkan wallpaper ponselnya. Fotonya bersama Kokom. "Eh, nanti Kokom gue pakein baju macan, ceritanya jadi harimau."

"Trus ngapain lo liatin hape lo?" tanya Mark cuek.

"Guenya ganteng."

"Apa sih, anjing!" pekik Echan seraya mendorong bahu Jahe pelan.

Jahe tak terima. "Apa sih, aing nggak ke sia!"

"Kasar, goblok!"

"Sia nu tiheula, anjing!" (Lo yang duluan!)

"Cicing sia, budak kamari sore! Balaga susurungut!" (Diem lo, anak kemarin sore! Sok-sok misuh!)

"Ngajak gelut?!" (Ngajak berantem?)

Echan melipat lengan baju pendeknya. "Dieu sia, jiga nu sieun wae aing!" (Sini lo, kayak yang takut aja gue!)

Serta-merta Jahe mengangkat kedua tangan dan satu kakinya. "Sia apal teu aing bisa silat?!" (Lo tau gue bisa silat?)

"Ti mana horeng silat aya nu kituna, anjer!" (Sejak kapan silat ada yang gitunya?)

"Ini kenapa malah pada ribut sih?!" Lukas mengusak rambutnya cepat. "Kita istirahat dulu, jam satu langsung pada kumpul lagi buat bahas konsep dan lain-lain."

Jahe menurunkan kakinya dan merangkul Echan. "Kuy lah, beres solat kita jajan."

Echan mengangguk. "Kuy."

PEKA SENITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang